Pinta Turang Dabutar

Seorang guru biasa yang masih terus belajar untuk meningkatkan potensi diri. Mengajar di SMK Negeri 1 Tapaktuan, jurusan Akuntansi. Alhamdulillah mempunyai 2 an...

Selengkapnya
Navigasi Web
MAHKOTA KEHORMATAN DARI ANAKKU

MAHKOTA KEHORMATAN DARI ANAKKU

(Buah Kesabaran Seorang Ibu)

#Part 4

Aku melangkahkan kaki ke luar dari “CLEAN & FRESH LAUNDRY“, usaha milik Ibu Aminah itu. Tak henti-hentinya aku bersyukur kepada Allah atas anugerah-Nya ini. Aku berharap dengan bekerja di sana aku bisa memenuhi kebutuhan hidupku bersama kedua anakku. Meski hingga saat ini aku belum tau berapa besar gaji yang akan aku terima? Karena memang tadi Bu Aminah belum memberitahukannya kepadaku. Dan tidak etis rasanya kalau aku langsung menanyakannya, sementara beliau belum melihat bagaimana kemampuanku dalam bekerja.

Aku mengeluarkan benda pipih dari tas selempangku kemudian menekan tombol powernya, aku ingin melihat sudah pukul berapa saat ini. Ternyata jam di sana telah menunjukkan pukul 12.05 WIB. Itu artinya sekitar dua puluh menit lagi waktu shalat dzuhur akan tiba. Aku harus bisa sampai ke rumah lebih cepat, supaya bisa shalat di awal waktu. Lagi pula Aku yakin Wildan dan Zahra pasti sudah menungguku sejak tadi. Lebih baik Aku pulang dengan naik beca saja bisa sampai lebih cepat.

Tanpa terasa beca yang Aku tumpangi sudah tiba di depan rumahku. Tak sabar rasanya untuk segera bertemu dengan dua buah hatiku itu.

“Tok…tok..tok… Assalamu ‘alaikum. Wildan, Zahra ini Ibu, Nak..”

“Wa’alaikum salam. Horeee… Ibu pulang…” Sambil berteriak kegirangan Wildan langsung berlari menghampiriku.

“Ibu dari mana? Koq lama sekali pulangnya? Kenapa enggak mengajak Wildan dan Dek Zahra tadi?” Setelah mencium punggung tanganku, Wildan langsung menjejariku beberapa pertanyaan.

Aku kemudian berjongkok untuk mensejajarkan tubuhku dengannya, lalu memeluk erat anak sulungku itu.

“Tadi Ibu mencari pekerjaan, Sayang. Ibu kan harus bekerja, supaya bisa dapat duit buat membeli semua keperluan kita. Di luar itu panas banget, makanya Ibu tidak mengajak Wildan dan Dek Zahra” Aku menjelaskan alasan mengapa pergi ke luar rumah tanpa mengajak mereka.

“Ngomong-ngomong Dek Zahra mana? Koq Ibu tidak mendengar suaranya?”

“Dedek Zahra bobok, Bu. Setelah minum susu tadi dia diayun sama bik Endah dan tidur sampai sekarang.”

“Ooohh, syukurlah kalau begitu. Tadi adiknya rewel tidak?”

“Enggak, Bu. Dedek Zahra enggak rewel, koq. Tadi kami main lego sama Nek Endah. Tadi Wildan membuat pesawat tempur dan kereta api, Bu. Bagus banget.” Dengan antusiasya Wildan menceritakan kreativitasnya hari ini kepadaku. Selama ini Wildan memang sangat senang merancang bangunan-bangunan. Baik bangunan berupa gedung-gedung bertingkat,maupun bermacam kendaraan seperti pesawat, mobil, kapal laut dan juga kereta api.

“MasyaAllah… Hebat anak ibu. Mana dia, Nak? Ibu mau lihat.”

“Sudah hancur, Bu. Tadi setelah selesai bermain kami membereskan semua maninan kami dan memasukkannya ke kotak mainan.”

“Alhamdulillah anak-anak Ibu memang hebat. Selesai bermain, mainannya langsung disusun dan disimpan pada tempatnya. Ibu bangga pada kalian.” Aku mengecup pucuk kepala Wildan penuh sayang.

“Nahh, itu di masjid sudah mulai mengaji. Berarti sebentar lagi waktu shalat dzuhur akan tiba. Kita siap-siap yuk, Sayang!” Aku bangkit lalu menuntun Wildan berjalan ke kamar untuk bersiap-siap.

**

Besok adalah hari pertamaku bekerja di laundry itu. Menurut bu Aminah, aku masuk bekerja pukul 09.00 – 16.00 WIB. Setidaknya pagi-pagi aku masih bisa menyiapkan anak-anak dan sorenya bisa menemani mereka bermain. Aku akan meminta tolong kepada Bu Endah, untuk menjaga Wildan dan Zahra selama aku bekerja nanti. Semoga saja Bu Endah bersedia membantuku.

“Bu, Alhamdulillah tadi Aku sudah mendapatkan pekerjaan sebagai kasir di salah satu laundry di komplek sebelah.”

“Oya? Alhamdulillah.. Ibu senang mendengarnya, Aisyah. Allah sudah mengabulkan do’a Kamu selama ini. Kamu bisa bekerja sebagai kasir sesuai dengan keahlian Kamu.” Sahut Bu Endah sumringah.

“Iya, Bu. Alhamdulillah..” jawabku tak kalah sumringahnya dari Bu Endah.

“Tapi, ada yang mengganjal di hati Aisyah, Bu. Aisyah bingung kalau harus bekerja nanti, bagaimana dengan anak-anak?” Suaraku nyaris tak terdengar karena menahan sesak di dadaku.

“Lho… lho… kenapa harus bingung sich? Ibu kan ada di sini. Biar Ibu yang menjaga mereka nanti. Aisya, Kamu jangan pernah sungkan sama Ibu, Nak. Ibu sudah menganggap Kamu seperti anak Ibu sendiri. Jadi, ya otomatis anak-anak Kamu adalah cucu-cucu Ibu juga.” Bu Endah menarik badanku ke dalam dekapannya. Selama ini Bu Endah memang sudah menganggap aku seperti anaknya sendiri. Terutama sejak kepergian suamiku, kasih sayangnya kepadaku dan anak-anakku semakin bertambah. Kata beliau, menyayangi anak-anak yatim itu sangat banyak pahalanya.

“Ibu mau bersama dengan Nabi Muhammad di syurga kelak. Ibu tidak pandai membaca Al-Qur’an. Untuk sering-sering berpuasa sunnah Ibu juga tidak kuat. Jadi, Ibu berharap dengan menyayangi Wildan dan Zahra bisa sebagai salah satu jalan menghantarkanku ke surga kelak.” Ucapnya suatu hari. Mungkin itu jugalah sebabnya sehingga beliau mengizinkanku tinggal di salah satu rumah kontrakannya ini tanpa membayar sewa sepeser pun.

“Alhamdulillah… terima kasih banyak atas semua bantuannya kepada kami, Bu. Aisyah tidak tau bagaimana harus membalas semua kebaikan Ibu selama ini.” Aku semakin mengeratkan pelukanku kepada Bu Endah.

“Huss, jangan bicara begitu. Itu tidak perlu Kamu pikirkan. Yang penting kamu bisa bekerja dengan tenang, dan anak-anak tinggal di rumah bersama ibu di rumah.”

Hatiku sangat lega karena Bu Endah bersedia menjaga anak-anakku. Jadi, mulai besok aku bisa bekerja dengan tenang, karena tidak perlu mengkhawatirkan anak-anak. Aku yakin mereka akan merasa sangat nyaman bersama Bu Endah, orang yang selama ini sudah mereka anggap seperti neneknya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang keren banget, Sala kenal dan Izin Follow.semoga sehat dan sukses selalu buat ibu.

09 Jun
Balas



search

New Post