Pinta Turang Dabutar

Seorang guru biasa yang masih terus belajar untuk meningkatkan potensi diri. Mengajar di SMK Negeri 1 Tapaktuan, jurusan Akuntansi. Alhamdulillah mempunyai 2 an...

Selengkapnya
Navigasi Web
PELANGI UNTUK IBU

PELANGI UNTUK IBU

#Part 2

Pagi ini cuaca di kotaku sangat cerah. Sang mentari mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur. Sepertinya si raja siang akan menyinari bumi ini dengan gagahnya seperti kemarin. Aku dan Zahra sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sementara ibu sedang sibuk mengemas kue-kue yang akan dijualnya pagi ini.

“Alhamdulillah, semua kue jualan ibu hari ini sudah selesai ibu siapkan. Nanti setelah kalian berangkat ke sekolah, ibu akan berkeliling menjualnya. Mudah-mudahan semuanya habis terjual, Aamiin.” Ucap ibu sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya.

Seperti biasanya setiap pagi setelah shalat subuh, ibu selalu menyiapkan kue-kue jualannya. Semua kue tersebut dimasak sendiri oleh ibu.

Sebelum memasak kue-kue tersebut, ibu selalu melaksanakan shalat tahajud terlebih dahulu. Aku dan Zahra juga sering ikut melaksanakan shalat Tahajud bersama ibu. Walau awalnya terasa sangat berat karena harus menahan kantuk, namun lama kelamaan kami menjadi terbiasa hingga rasa kantuk itu tidak jadi masalah lagi.

Ibu selalu mengingatkan kami tentang manfa’at dari shalat Tahajud. Di antaranya: shalat Tahajud sangat baik untuk kesehatan fisik maupun jiwa kita. Karena saat shalat kita seperti sedang berolahraga.

Coba bayangkan, setelah bangun tidur kita langsung berolah raga. Pastinya tubuh kita sehat, bukan? Dan ketika kita sedang khusyu’ dalam shalat, maka pikiran kita jadi tenang. Sehingga jiwa kita pun menjadi sehat.

Di saat semua orang sedang terlelap dalam tidurnya kita bermunajat kepada Allah, Tuhan kita. Nah, hal ini tentu saja membuat Allah sangat kepada kita. Karena kita rela meninggalkan nikmatnya tidur bersama mimpi-mimpi indahnya demi untuk beribadah kepada-Nya.

Shalat Tahajud juga merupakan saat yang sangat tepat untuk berkhalwat atau berdua-duaan dengan Allah. Saat itu kita bebas mencurahkan semua isi hati kita kepada Allah dan Dia langsung mendengarkannya.

Ibarat jaringan internet. Di waktu siang hari pasti sangat banyak orang yang menggunakannya, bukan? Itu sebabnya kalau siang hari jaringan sering lelet. Sehingga kalau kita ingin membrowsing sesuatu lodingnya jadi lambat.

Oleh karena itu, ketika kita sedang menghadapi suatu masalah, lakukanlah shalat Tahajud. Adukanlah semua permasalahan kita kepada-Nya. Mohon kepada Allah agar Dia memberikan jalan keluar dari masalah tersebut. InsyaAllah Dia pasti akan mengabulkan do’a kita dan memberikan jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi.

Panjang lebar penjelasan Ibu kepadaku dan Zahra mengenai keutamaan shalat Tahajud, yang membuat kami semakin termotivasi untuk selalu mengerjakannya. Namun demikian ibu tidak pernah memaksa kami untuk mengerjakan shalat Tahajud. Karena memang shalat tahajud hukumnya sunnah, bukan wajib. Jadi jika tidak dikerjakan, maka kita tidak berdosa..

***

Malam ini suasana terasa sangat hening. Hembusan sang bayu yang begitu kencang menambah dinginnya udara di sepertiga malam ini. Sesekali tiupannya mengenai atap rumah kami yang berbahan seng bekas menghadirkan suara kelentang-kelenteng. Dan saat hembusannya menerobos dinding rumah kami yang terbuat dari tepas rasa dingin pun kian menusuk hingga ke tulang-tulang.

“Farhan, Zahra bangun sayang. Kita sholat Tahajud, yuk!”

Sayup-sayup kudengar suara ibu membangunkanku dan Zahra. Sambil mengusap-ngusap kedua mataku yang masih terasa sangat berat, aku pun bangkit dan membaca do’a bangun tidur.

“Alhamdulillahilladzi ahyaana ba’da ma ‘amatana wa ilayihin nushuur”. (Segala puji bagi Allah yang telah mennghidupkanku setelah mematikanku kepada Allah tempat kembali). Lalu aku bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu. Tak lama kemudian Zahra menyusulku untuk bergantian berwudhu ke kamar mandi.

Aku, ibu dan Zahra berdiri di atas sajadah masing-masing. Ibu bertindak sebagai imam, sedangkan aku dan Zahra menjadi makmum.

Kami mengerjakan shalat tahajud sebanyak empat raka’at dan ditutup dengan shalat witir tiga raka’at.

Dengan sangat fasih ibu membaca surat Al-Fatihah, yang dilanjutkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an lainnya. Bacaan ibu begitu indah. Membuat kami hanyut dalam nikmatnya bermunajat kepada Allah, Rabb kami.

Setelah shalat witir selesai, ibu kemudian memimpin do’a. Tanpa terasa air mata kami mengalir saat ibu melantunkan do’a. Ibu begitu khusyu’ tiap kali berdo’a kepada Allah. Seolah-olah ibu sedang melihat Allah benar-benar berada di hadapannya dan siap untuk mengijabah do’anya.

“Nak, kalau berdo’a kita mesti khusyu’. Kita harus yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’a kita. Karena sesungguhnya Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Jika kita yakin bahwa akan Allah mengabulkan do’a kita, maka Dia akan mengabulkannya. Akan tetapi apabila kita ragu, maka Allah juga akan ragu untuk mengabulkannya.” Begitu pesan ibu yang selalu kami ingat dan pegang teguh tiap kali berdo’a kepada Allah SWT..

Setelah menunaikan sholat tahajud, ibu mulai memasak kue-kue yang akan dijual nantinya. Ia akan memasak kue-kue tersebut sampai adzan subuh berkumandang. Karena seluruh bahannya sudah dipersiapkan sebelum tidur malam tadi.

Nanti setelah sholat subuh ibu tinggal mengemas kue-kue tersebut dengan baik. Setelah itu ibu akan melanjutkan pekerjaan lainnya, yaitu menyiapkan sarapan untuk kami bertiga.

Sedangkan aku dan dek Zahra melanjutkan hapalan Al-Qur’an kami. Setiap pagi kami selalu menambah hapalan kami. Nanti siang hapalan tersebut akan kami setorkan kepada ustadz Yahya.

Ustadz Yahya adalah guru mengaji kami di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Beliau telah menjadi hafidz Al-Qur’an sejak masih berusia dua belas tahun. Ustadz Yahya jugalah yang selama ini selalu memotivasiku dan Zahra beserta anak-anak lainnya untuk selalu bersemangat menghapal Al-Qur’an.

Menurut cerita ibu, semenjak kami masih di dalam kandungan ibu selalu memperdengarkan bacaan murratal Al-Qur’an kepada kami.

Dan ketika bayi, ibu juga sering mengajak kami menghapalkan surat-surat pendek meskipun kami belum bisa berbicara.

Demikian juga saat bermain bersama teman-teman, ibu sering meminta kami untuk berlomba membacakan beberapa surat-surat pendek. Kebiasaan itu terus ibu lakukan hingga kami mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.

Sehingga sewaktu kami masih bersekolah di Taman Kanak-Kanak, beberapa surat pendek sudah kami hapal di luar kepala.

Tiap kali ada lomba menghapal surat-surat pendek tingkat sekolah aku dan Zahra sering diikutkan mewakili sekolah kami. Alhamdulillah hampir setiap lomba kami selalu meraih peringkat terbaik. Kami pun sering mendapatkan piala dan uang tunai sebagai hadiahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah, keluarga yang berbahagia.

19 Feb
Balas

Aamiin.Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan Saya, Pak

21 Feb

Mantap izin follow

19 Feb
Balas

Silakan, Bapak.Ntar Bapak saya follow back

21 Feb



search

New Post