#Tantangaharike-347 #Tantanganmenulismediaguru

Belum lepas rasa tegang yang menyerang, kakaknya telah menghentikan angkot .Syahira pun naik. Dia tidak mengerti kemana kakaknya membawanya. Hanya tahunya ingin ke Pantai Losari untuk menikmati keindahannya seperti bayangannya.

Laju angkot sangat pelan sehingga perjalanan memakan waktu lama. Syahira gelisah menunggu giliran kakaknya menghentikan angkot untuk segera turun. Kepalanya pun mulai pusing. Perasaan tidak enak.

"Masih jauh kak?"

"Ya lumayan dik? Kamu tidak apa-apa kan?"

Syahira tidak menjawab. Dia berusaha menstabilkan perasaannya walau sebenarnya sudah ingin ambruk. Mual sedikit lagi muncrat.

Syahira enggan mengatakan apa yang dirasakan karena banyak mata di dalam angkot. Dia takut kakaknya malu jika didengar orang. Sama seperti dia melihat buah belimbing tadi.

Hana mengamati Syahira. Dia menangkap raut wajah adiknya yang sangat pucat. Dia mencolek pinggang Syahira lalu menunjuk ke lampu merah.

"Lihat tu di lampu merah."

Syahira terkejut. Matanya terbelalak. Seketika derita mual yang mendekapnya perlahan membaik. Dia membuang pandangannya ke arah yang ditunjuk kakaknya.

Syahira melihat bayi mungil terlelab digendongan kakaknya yang masih terbilang kecil juga. Spontan suara Syahira terdengar.

"Wih anak bayi kak. Kenapa ada di situ? Mana orang tuanya?"

Gelak tawa keluar dari mulut yang ada di angkot. Syahira tambah terkejut dan heran. Rasa prihatinnya justru mengundang tawa orang lain. Termasuk kakaknya Hana.

Bersamaan dengan itu,Hana menghentikan angkot. Syahira dan kakaknya turun tanpa mengerti mengapa orang menertawakannya.

Next

Luwu Utara,28 Maret 2021