Popon Siti Mariah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta terhempas #day21

Cinta terhempas #day21

Sudah banyak yang datang dipesta itu saat Jodi tiba. Syukuran ulang tahun om Isnandar nampak sedikit berlebihan untuk ukuran orang lanjut usia. Diselenggarakan dengan gaya garden party di sebuah rumah makan yang kebetulan memiliki area taman di bagian belakangnya.

" Jodiiii.....! "

Tiba-tiba suara tante Yeni mengejutkan Jodi yang waktu itu sedang celingukan mencari om dan tante ditengah kerumunan undangan.

" Tante.... "

" Ayo sini, tuh....om mu. Dia masih sehat saja walau sudah masuk 70....."

" Yah Jodi, ini tante yang maksa loh.... Om sih gak mau dibikinin pesta kayak gini. Tapi ini kan special.....sweet seventy...... hehehe " Tante Yeni nih emang biasa rame dan ceriwis. Tapi dengan itu dia mudah bergaul dan mendapatkan banyak teman dimana- mana.

" Pak.....ini Jodi.. "

" Waaaww..... Jodi, kamu makin ganteng saja.... "

Begitulah, Jodi selalu disambut hangat setiap kali datang menemui om dan tantenya Gina itu. Walaupun mereka berdua harus melayani banyak tamu namun tetap saja Jodi mendapatkan keramahan yang menyamankan. Sambil memegang gelas minuman, dia berjalan mengedarkan pandangannya mencari sosok Gina.

Gina ini, belum juga hilang dari lingkar hatinya. Masih saja ada rasa rindu ingin ketemu, dan merasa ragu harus melepasnya. Rasa itulah yang menyebabkan Jodi belum juga berkata putus padanya. Walau dia sudah bertekad untuk lanjut dalam pernikahannya dengan Zarima, namun tetap tak berani secara total meninggalkan Gina.

Yah, setelah berjalannya waktu lambat laun Jodi mulai menyukai Zarima istrinya. Banyak sekali kejutan dari Rima yang dia dapati. Kejutan mengenai betapa santunnya wanita ini, betapa teraturnya hidup dia dalam kerangka ketaqwaan. Betapa luas wawasannya sesungguhnya, namun tidak juga dia mengumbarnya, dan disitu justru pesona utamanya : rendah hati.

Jodi bertekad untuk membuat Zarima bahagia. Oleh karena itu maka selama hidup serumah ini dia berusaha sebaik mungkin memperlakukan Zarima dengan istimewa. Sejak kejadian Zarima hampir minggat itu, tak pernah sedikitpun dia kendor untuk memberikan yang terbaik padanya. Jodi pun bisa merasakan kalau Zarima puas dengan sikapnya, namun dia juga heran mengapa Zarima masih belum juga sepenuhnya menerima dirinya? Dalam hal tertentu, dia masih membatasi diri dari Jodi, padahal sudah sebulan mereka berbaikan namun belum juga membiarkan Jodi masuk kamarnya, dan bicaranyapun masih sekedarnya saja. Inilah yang membuat Jodi bingung.....

Tiba-tiba...langkahnya terhenti, matanya tertegun menatap ke arah sana....di tempat yang agak terpisah, nampak Gina yang penuh pesona sedang ngobrol dengan seorang laki-laki. Jodi merasakan degup jantungnya, ada rasa yang tidak enak melihat betapa bersinarnya mata Gina saat ngobrol dengan laki-laki... yang dia seperti kenal.

" Haiii... jodiii... " Gina menyambut riang saat melihatnya, menyalaminya erat -erat. Nampaknya dia baik-baik saja,tidak nampak sedih atau gusar melihat Jodi. Ingin sekali Jodi memeluknya melepas rindu...namun Gina tidak memberikan peluang untuk dia peluk. Dia menggamit tangan Jodi untuk mendekat pada lelaki yang tadi bersamanya itu...

" Dokter Ichsan....? " Jodi surprised sekali....

" Hei Jodi...apa kabar? "

" Baik dok...lama gak jumpa ya...sekarang dokter tidak pernah ke rumah lagi... "

" Oooh iya...karena saya kan cuma dokter penganti. Sekarang dokter aslinya sudah kembali dari luar negri...hehe "

" Saya dengar dari dokter Rachma, ibu makin sehat ya? Syukurlah... "

" Ya dok, alhamdulillah mama makin sehat sekarang. Semoga aja tak kambuh-kambuh lagi... "

" Saya ambil minuman dulu Jod... " Dokter Ichsan seperti sengaja memberinya waktu bagi Jodi berdua dengan Gina.

" Kamu baik-baik saja sayang...? "

" Aku amat tidak baik saat kamu tinggalkan begitu saja dulu Jodi...aku sangat marah padamu, juga pada Zarima. Untunglah mas Ichsan selalu membimbing aku dan memberikan nasihat-nasihat agar aku mampu menerima semua taqdir Allah. Yah, sesungguhnya kan semua yang terjadi dimuka bumi ini sudah ditentukan oleh Allah yang kuasa."

" Mas Ichsan....? "

" Ya Jodi, dokter Ichsan yang kamu kenal itulah yang saat itu menawarkan perih dihatiku. Akhirnya aku sadar, tidak akan lagi menunggu apalagi mengejar-ngejar kamu yang sudah menikahi Zarima... "

Sekali lagi Jodi terkejut oleh perubahan Gina yang sangat nyata. Dia kini berbicara taqdir Allah, dia juga mampu bersabar pada apa yang seharusnya membuat dia marah. Lebih-lebih...berkali-kali dia menyebut mas Ichsan dengan bangga. Mungkinkah...?

" Ini minuman kamu Gin... "

Waw....sekarang dokter Ichsan pun tidak memanggil mbak Gina lagi. Mereka nampak mesra saling lempar senyum...

" Oh ya Jodi, maukah kamu datang di acara pertunangan kami...bulan depan? "

Suara Gina yang kemanja-manjaan itu kini bagaikan halilintar...menyambar kesadarannya akan keadaan yang kini berubah jauh. Harapannya untuk tetap menjalin hubungan dengan Gina hapuslah sudah. Gina ternyata lebih mampu beradaftasi dengan keadaan. Hubungan bertahun-tahun dengan Jodi yang kandas itu sepertinya tidak membekaskan luka. Dia dengan segera bangkit berdiri dan menata hidupnya hanya dalam waktu sebulan saja. Dalam sebulan saja tempatnya dihati gadis itu sudah tergantikan oleh orang lain.

Entah apa yang kini merasuki hati Jodi. Apakah dia marah atau sedih...dia berjalan lesu menjauhi kerumunan, menjauhi pesta itu, menjauhi Gina dengan kekasih barunya.

Tiba-tiba dia rindu Zarima di rumah. Menyesal dia tidak mengajaknya tadi... Zarima, sedang apa kini? Mungkin sedang membaca buku seperti biasanya, atau mungkin sedang merancang baju lagi? Akhir-akhir ini memang Zarima kembali berkarya merancang busana, kemudian dia kirim rancangan nya itu kepada rekan usahanya di Bandung untuk dibuatkan. Katanya, para pelanggannya sudah lama menunggu hasil karyanya itu. Penghasilan Rima dari berbisnis busana premium ternyata lumayan besar. Walau tidak sebesar yang Jodi berikan, tapi itu pasti cukup menutupi seluruh gaya hidupnya.

Jodi mampir di toko bunga, memilih selusin mawar merah...dia bertekad, akan membuat Zarima takluk malam ini. Dia juga akan bertekuk lutut menyatakan cintanya malam ini. Ini harus menjadi malam penuh sejarah bagi mereka berdua....

Mang Darso seperti sengaja menunggunya di gerbang rumahnya. Dia segera menghambur saat Jodi memarkir mobilnya,terengah.

"Deeen.... "

"Den Jodiii... "

" Apakah Aden sudah bicara sama non Rima...? "

" Zarima...? Zarima kenapa mang..? "

Jodi tergesa membuka pintu mobil, disambarnya karangan bunga mawar yang teronggok di kursi sebelahnya. Hampir berlari ke arah pintu rumah.

" Adeeeen...... "

Bi Dasih yang sejak tadi berdiri di pintu,hampir tertabrak Jodi yang menerobos masuk.

Bergegas Jodi menuju kamar Zarima, mendadak rasa tidak enak itu muncul lagi lebih kuat. Ada apa ini? Tanpa mengetuk ,dia buka pintu kamar yang tak terkunci itu, kosong.

" Rimaa... "

" Rimaaa.... "

Dibukanya pintu kamar mandi, kosong juga. Dia lihat ke dapur, dia longok ke taman belakang, bahkan ke balkon da ke ruang kerjanya sendiri dia periksa : Zarima tidak ada.

"Zarima kemana Mang? Istriku kemana dia? Mengapa malam-malam begini dia pergi ?"

" Deeen..... Aden kemana saja? Sejak siang tadi mamang telponin gak diangkat-angkat... "

" Non Rima pergi,Den..."

Akhirnya Mang Darso melepaskan kalimatnya yang paling berat, dan paling menggelegar di kuping Jodi.

" Rimaaaaaa......!! "

Dia lemas mendapati lemari pakean dan meja rias Zarima kosong. Disana, hanya ada dua amplop tergeletak. Yang satu berwarna coklat, Jodi hapal betul, itu adalah uang yang dia berikan yang dia tahu persis belum berkurang selembarpun. Satunya lagi putih panjang, ada tulisan : kepada kang Jodi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya Ichsan, tapi bukan dokter.

13 Feb
Balas

Iiiih.... Beda dikit atuh

14 Feb



search

New Post