Popon Siti Mariah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DAY 12: Tragedi Pengantin

DAY 12: Tragedi Pengantin

Zarima melangkah dengan anggun menuju ruang tengah rumah ibunya dibimbing oleh seorang teman dekatnya. Cantik dalam balutan busana pengantin warna moka yang Syar’i. Seluruh aurat yang wajibnya tertutup, namun aura cantiknya terpancar memukau dari senyum beningnya. Kulitnya yang kuning langsat dipoles dengan make up tidak terlalu tebal seperti layaknya pengantin sih...tapi manglingi.... Hatinya berbalut bahagia tiada tara.

Baru saja diucapkan ijab kabul pernikahan oleh Jodi, putra pak Dahlan, yang sudah dijodohkan dengan Zarima sejak mereka kecil. Adik almarhum ayahnya sengaja datang mengajak keluarganya untuk menghadiri pernikahan dirinya sekaligus bertindak menjadi wali nikah. Pernikahan sederhana ini dilangsungkan di rumah kediaman orang tua Zarima sendiri, hanya dihadiri oleh kerabat dekat kedua keluarga dan beberapa teman dekat mempelai. Namun, tak urung semua prosesi berjalan sangat khidmat dan semua hadirin nampak bahagia.

Zarima sendiri, dengan ramah menyalami semua yang datang memberinya selamat. Mereka berdua hanya berdiri di salah satu bagian rumah, tanpa pelaminan dan dekorasi wah....hanya dirias sekadarnya saja. Juga dihidangkan makanan pesta yang lezat-lezat dan nampak berkelas, tapi tidak berlebihan.

Setelah melewati serangkaian proses akhirnya perjodohan itu berujung di ijab kabul. Tentu Zarima sangat bahagia karena berhasil menunaikan amanah kedua pasang orangtuanya, menikah dengan putra sahabat mereka. Zarima terbiasa melihat segala sesuatu dari sisi positifnya. Apalagi menyangkut pilihan orang tua, dia percaya semua ini pasti melalui pertimbangan yang matang.

Menjelang sore, semua tamu undangan termasuk kerabat dekat sudah pulang. Yang tinggal hanya kedua mempelai, ibu Zarima dan dua orang pembantu setia dan kedua orang tua Jodi sendiri.

“Zarima,....sebaiknya kamu bersih-bersih diri nak, juga nak Jodi....kemudian kalian istirahat ya....hari ini sangat melelahkan...” Bu Wida mengingatkan putri dan menantunya.

Jodi mendekati ibu mertuanya kemudian berucap sopan : “ Ya bu saya dan terutama Zarima akan mandi dulu, tapi tidak perlu istirahat pula, kami akan langsung pulang ke rumah yang sudah saya siapkan untuk kami...” Mendengar ucapan Jodi, semua yang hadir tersentak kaget...ayahnya sampai agak berteriak “ Jodi....apa maksudmu ? “

“ Kang Jodi....?” Zarima ternganga....

“ Ya Zarima, ibu,bapak dan mama...saya sudah memutuskan, kami akan langsung pulang ke rumahku..”

“ Apa tidak sebaiknya.....”

“ Kita pulang sekarang ke rumahku....” Jodi memotong pembicaraan Zarima. Ayah Jodi dan juga mamanya maklum dengan kepribadian Jodi yang keras, mereka tidak bicara lagi...mereka yakin tak akan mengubah hasil. Sebaliknya, Zarima dan ibunya sampai pucat saking terkesima dengan sikap suaminya itu, yang dirasa tidak lazim.

“ Mau mandi dulu atau langsung ...? “ Jodi berpaling pada Zarima..” Sini, aku bantu kamu beresin baju-baju kamu...” Lanjutnya.

Dengan sedikit bingung Zarima mengeluarkan beberapa lembar pakean dan perlengkapan lainnya dia letakkan saja diatas pembaringan...kemudian dia berjalan ke kamar mandi. Sejurus kemudian dia sudah muncul lagi, wajahnya bersih tanpa make up , meski suram namun tak urung nampak kemolekan asli kulit mukanya. Jodi melihat sesaat kemudian berpaling ,memasukkan baju-baju Zarima kedalam koper kecil yang tadi disodorkan ibunya.

“Sekarang ini,nak Jodilah imam mu Rima, kepadanyalah kamu harus menurut....karena begitulah kewajiban seorang istri nak...” Bu Wida berkata lembut sambil menepuk halus pundak putrinya. “ Ya bu....” Zarima menjawab setengah berbisik....tangannya sibuk mengusap-ngusap satu sama lain,seperti hal itu ada perlunya. Nampak sekali dia gugup dan merasa tidak yakin akan semua yang terjadi. Bu Wida memeluknya, mencium ubun-ubunnya, pipinya dan mengusap bening di sudut matanya....diangkatnya dagu putih pualam itu supaya matanya bisa melihat bola mata indah itu, kemudian senyum sangat lembut dan mengangguk meyakinkan. Zarima tersedu halus memeluk ibunya beberapa saat....sebelum akhirnya bangkit meraih tas tangannya dan kemudian berjalan keluar kamar diiringi Jodi dengan kopernya, melewati orang tua mereka yang menatap penuh kasih...

Di mobil mereka berdua membisu hampir sepanjang perjalanan.Orang tua Jodi langsung pulang ke rumah mereka, sedang Jodi dan Zarima pulang ke rumah Jodi sendiri.

“ Kang Jodi...”

“ Ya...”

“ Mengapa kita harus langsung pulang ke rumah akang ...?”

“ Ya Zarima, maaf kalau kamu tiidak suka, tapi ini pasti ada maksudnya....aku tidak mau kamu membantah....” Tegas suara Jodi.

Hening lagi....

Setelah menempuh hampir 4 jam perjalanan akhirnya mobil yang dikemudikan Jodi itu memasuki kota tempat dimana rumah Jodi berada. Dalam keheningan Jodi memegang kemudi, matanya lurus ke depan memperhatikan lalu lintas dan persimpangan jalan, memasuki sebuah kompleks perumahan menyusuri jalanan utama kompleks dan akhirnya Jodi menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah. Rumah yang cukup besar dan lumayan mewah.

“ Kita sampai....kamu akan tinggal di rumah ini..” Tanpa menoleh Jodi bicara, kemudian memasukkan mobil ke halaman setelah sebelumnya seorang laki-laki penjaga tergopoh-gopoh membuka pintu gerbang. Sesaat, Zarima hanya melongo tanpa ekspresi, menatap bingung ke sekitar rumah...masih belum percaya dia secepat itu harus diboyong ke rumah suaminya...

Jodi masuk ke dalam rumah setelah menyerahkan koper milik istrinya kepada seorang wanita paruh baya yang menyongsong mereka sampai di teras rumah. Bi Dasih tergopoh mendekati mobil, membuka pintunya dan dengan membungkuk mempersilakan Zarima turun kemudian mempersilakan masuk ke dalam rumah.

“ Mang Darso, tolong masukkanmobil kedalam garasi ya...Bi Dasih, tolong masukkan kopor non Rima ke kamar, setelah itu kalian silakan istirahat, sudah malam “ Jodi berbicara kepada pasangan suami istri itu yang nampak sangat penurut. Keduanya lantas melaksanakan titah majikannya, kemudian keluar melalui pintu samping yang tembus ke garasi...Jodi pun mengunci pintu.

“ Rima, ini kamar utama di rumah ini, silakan beristirahat. Kamu tidur disini ya, silakan buat senyaman kamu, aku tidur disana ...”

Lagi-lagi dentuman bom seakanmeledak diubun-ubun Zarima. Terkejut dan terduduk di sofa dia bertanya tak paham...

“ Kan aku sudah bilang, aku ini tidak cinta sama kamu Zarima...”

“ Kang....akang tadi mengucap ijab kabul dengan paman aku....ijab kabul pernikahan..”

“ Tapi tetap saja,aku tak cinta sama kamu...”

“ Mengapa akang menikahi aku..”

“ Demi ibuku...kamu tahu itu..”

“ Sudahlah , gak usah cerewet dan menuntut lebih...kamu sebaiknya bahagia keinginan ibumu tercapai dengan mnikahkan kamu sama aku....sampai membuat ibuku hampir mati..”

Jodi melanjutkan bicaranya ...

“Aku menyanggupi untuk menikahi kamu,bukan mencintaimu dan tidur sekamar denganmu...”

“ Akan aku penuhi seluruh kebutuhanmu, dan kamu boleh melakukan apa yang kamu mau, kamu pun tidak punya kewajiban apapun padaku. Semua pekerjaan rumah akan dikerjakan mang Darso dan bi Dasih”

“ Astagfirullah.....astagfirullah...” Ucapan itu bukan satu dua kali terucap dari bibir gemetar Zarima.

“ Kang, ijab kabul itu bukan perkara main-main....itu adalah janji suci yang mengawali hukum-hukum tentang hak dan kewajiban yang disaksikan Allah dan terdengar sampai ke Arsy...”

Kini bukan hanya bisikan lirih tapi suara yang tergetar yang keluar dari bibir pucat Zarimah, air mata merebak membasahi seluruh pipinya yang putih kemerahan...matanya memandang sendu...kemudian duduk tak berdaya....

Sempoyongan dia menuju ke pembaringan...menjatuhkan badan disana menangis sesenggukkan sedih tiada tara......bumi serasa berputar,menghitam.....gelap !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Harus ada seseorang yang memarahi Jodi. Seorang lagi untuk menguatkan Zarima. Pengantin yang malang.

04 Feb
Balas

Bagaimana kalau pak Ichsan yang memarahi Jodi nya...?

04 Feb

"Jod, seribu makian tak cukup untuk kamu!"

04 Feb
Balas

Aku gak peduli, Ichsan....!

05 Feb



search

New Post