Popon Siti Mariah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Day 13: Aku bukan kekasih suamiku

Day 13: Aku bukan kekasih suamiku

Dingin yang menyergap membuat Zarima terjaga....ia dapati dirinya berada di sebuah tempat yang asing, bukan tempat dimana ia selalu bangun malam-malam untuk rukuk dan bertasbih. Dimana ini...?

Sedikit-sedikit ia mengumpulkan apa yang bisa diingatnya.....yah, akhirnya kesadarannya pulih tentang dimana ia dan apa yang terjadi sebelumnya.

Berbarengan dengan itu, rasa perih dihati mulai menyembul ....bukan sakit, tapi perih....bukan marah, tapi nelangsa....nestapa....air mata pun kembali merebak membasahi bantal...dadanya sesak...tubuh dan hati sama hampanya... Ya Allah, baru kemarin aku merasa bahagia....kini, bahkan tenaga pun tak ada...

Dengan tenaga yang tersisa,ia bangkit berjalan terseok ke kamar mandi....membasuh muka,ingin menghentikan air mata...tapi tak bisa. Ah,...mungkin tak mengapa kalau aku sholat berurai air mata, batinnya....Maka diambilnya air wudhu, disempurnakan istinsaq dan basuhan tangan...diresapinya usapan di kepala....sejuk meresap hingga ke ujung hati. Sekilas dilihat waktu di ponsel nya....02.30, waktu biasa ia terbangun. Pelan sajadah dihampar, dipakenya mukenah yang ia bawa dikopornya.....Allahuakbar...hamba mohon tolonglah hamba,rabb ku.... Allahuakbar...beri hamba kekuatan..tuhanku....Allahuakbar, jangan tinggalkan hamba dalam siksaan derita ini ya Allah.....kuatkan....kuatkan...mampukan hamba bersikap yang benar atas semua yang Engkau ujikan ini.... Disasarnya tas tangan, tergenggam tasbih.... ya rabbi....ya rabbi....kemudian mulailah tilawah....hingga fajar menjelang, airmatapun sirna, kekuatan baru datang...

Baiklaaaah......silakan datang ujian,...mari mendekat...eceran ataupun partai...tak hendak ditolak, semua dari Dia, bersama Dia pula aku kan hidup. Dihirupnya nafas panjang berulang sebelum mantaf kakinya melangkah keluar kamar,...tapi urung...kembali masuk kamar,ambil handuk. Mulailah ritual pembersihan jasmani....hingga , bukan saja hatinya yang terasa mantaf, kini badan pun terasa prima : siap menerima kejutan hari pertama dalam etape baru kehidupan.

Jodi agak terkesima mendapati Zarima sudah segar berganti baju dengan handuk membungkus kepala, ...cepat benar dia pulih...pikirnya. Diam-diam tadi malam dia mengintip isak tangis wanita itu lewat celah pintu yang tidak dikunci, juga saat wanita yang kini menjadi istrinya itu bangun dan bersujud serta tilawah sambil terisak. Kasihan dia....tapi itu bukan urusanku, pikirnya, justru harusnya dia berterima kasih sudah diangkat dari nestapa panjang perawan tua...begitulah Jodi berpikir dalam hatinya. Kalau bukan karena mama....

Dengan pikiran seperti itu Jodi hanya mendengus dan bertanya tanpa makna : “ sudah bangun..?” Zarima hanya melirik sekilas, pertanyaan tak butuh jawaban...kamu jual saya beli, kamu tak punya hati, tak kan kutunjukkan rasaku... Senyum tipis sekali dia berkata : “ Nyenyak tidurnya kang ? Tentu akang bahagia dan bangga sudah berjasa pada mama dan juga saya... iya kan ?” Tanpa menunggu jawab, ia ngeloyor keluar kamar....tak sulit baginya menemukan arah ke dapur, dan mengenali dimana adanya kompor dan dispenser. Tanpa ragu, diambilnya air galon dengan panci kecil, ditaruhnya diatas kompor. Kebiasaan bersama ibu dan alamarhum ayahnya, nyeduh kopi pahit dengan air mendidih dipagi hari.

Dua cangkir kopi hitam mengepul diatas meja tanpa suara dan kata, hanya mata yang menjadi wakil bahasa. Lincah kakinya melangkah ke arah mana dia mengambil semua yang dia ingin ambil...roti, mentega, coklat butiran...dan langkahnya tak salah arah menuju panggangan diujung meja. Semua gerak-geriknya yang bagaikan sudah sepuluh tahu bersama semua perabotan dan ruangan itu...terlihat oleh Jodi yang heran dibuatnya....ini manusia naif apa buta rasa...?

“ Silakan sarapan kang Jodi...” senyum tipis nyaris sinis dibibir tipis...tetap manis

“ Aku sudah bilang, kamu tidak punya kewajiban apapun padaku, termasuk nyiapin sarapan...”

“ Yaaah...aku ingat yang kamu ucapkan , baru semalam kan..? Aku mah cuma berniat menambah ibadah kang,...barangkali sholat saya tidak sempurna, saya tambahin sedekah tenaga..”

“ Akang tak suka aku siapkan sarapan..? Bukan urusanku....akang suka dan makan..? Aku tak hendak tepuk tangan...Allahlah saja yang aku damba jempolnya kang...”

“ Kamu....”

Cuma itu yang keluar...dongkol..Jodi ngeloyor ke kamarnya, mandi dan bersiap...keluar rapi dan wangi....tinggi tegap, gagah. Zarima terpesona....sesaat saja dia kuasai hati dan rasa...tak boleh !

Jodi duduk disofa disamping Zarima yang jadi agak salah tingkah..aroma yang menyergap dekat, membuat debar dan harap... Disorongkan pada sisi pangkuan Zarima sampul coklat sangat tebal, kali ini agak lembut suaranya. “Semoga kamu mampu menjalani kehidupan seperti ini.... Ini uang untuk kamu pake,...dan yang ada di ATM ini, kalau masih kurang...nanti akan aku isi setiap bulan sekiranya cukup buat kamu nikmati..” Zarima melirik dan mengangguk...enggan dia menyentuhnya...bukan seperti ini yang aku mau ...jerit hatinya..

“ Ini kamu pake kalau mau keluar..” Disodorkannya pula kunci mobil...

“Ada di garasi...”

“ Aku beli buat kamu,...supaya tak ada alasan buat ngerepotin aku..”

“ Roti dan kopi, makan sendiri atau tuang ke bak cuci..” Sambil berdiri hendak pergi...

“ Kang Jodi..”

“ Ya...cepat “

“ Akang mau kemana ? “

“ Tentu saja kerja...” Sinis sekali..

“ Nanti, pulang jam berapa...?

“ Aku akan pulang kalau aku mau, gak usah ditunggu....kamupun bebas melakukan apa yang kamu mau lakukan, bebas pergi kemanapun kamu mau pergi...tak usah minta ijinku....”

“ Terima kasih kang Jodi,...itu cara akang kan ? Aku juga bebas dengan caraku kan ?”

“ Maksudmu...?”

“ Aku hanya patuh pada aturan rabb ku, ....Tuhanku mengatakan aku harus hormat dan taat pada suamiku.. Tuhanku mengatakan aku harus menjaga harta dan kehormatan suami... Tuhanku mengatakan sebaik-baik tempat bagi seorang wanita adalah rumahnya...Tuhanku mengatakan tak boleh seorang istri keluar tanpa ijin suaminya....”

“ Maka dari itu,...kalau-kalau nanti aku berniat keluar karena suatu keperluan...aku minta ijin darimu...”

Tercekat sesaat, mendengus, mengedik ...ngeloyor....barangkali dia lupa bismillah dan salam...

Tuhan....!

Seharian itu Zarima tak beranjak dari rumah,...tepatnya dari kamarnya. Setelah Jodi pergi, dia masuk kamar...kembali ke rasa yang tadi...nestapa dan hampa...ya Allah...temani hamba. Hanya untaian tasbih dan tilawah yang bisa dia lakukan untuk mengurangi nelangsa hatinya... airmata seperti berlomba berhamburan keluar.... Zarima membiarkan saja tangisnya mewakili dukanya....ia bebaskan dirinya menikmati suasana hatinya....

Bi Dasih dan mang Darso tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka mengira pengantin wanita itu tak keluar kamar karena lelah dan ngantuk....namanya juga pengantin..pikir mereka. Riang suara bi Dasih menawarkan ini itu...menanyakan ini itu dengan mengetuk pintu...hanya mendapatkan jawaban sekedarnya...

Untuk kesekian kalinya wanita paruh baya itu mengetuk pintu....kali ini bukan nanya ini itu...tapi manggil, mengabarkan, “ ada tamu yang mencari non...”

Lamban Zarima buka pintu...bi Dasih mengulang ucapannya...” ada tamu mencari non...”

“ Siapa...”

“ Nanti non tahu...”

“Laki atau perempuan...?”

“ Perempuan non....” pelan.

“ Suruh tunggu ya bi...aku siisran dulu “

“ Ya non....bedakan juga ya...biar segar,....muka non agak sembab..” Sejuk di kuping. Zarima nurut apa kata bibi, dilihatnya cermin...beneran sembab. Maka, dibasuhnya muka dan berbedak...walau pake hijab tapi tetap ia bersisir....karena sisiran akan membantu melancarkan peredaran darah di kepala, mengirim oksigen ke jaringan otak...mengirim kesegaran dan nutrisi untuk rambut... Dipilihnya kerudung instant yang serasi dengan warna gamis yang dipake, tak lupa seulas tipis lipstick memoles bibir....selesai.

“ Assalamualaikum....mbak mencari saya...?”

Tak ada jawaban...tamunya, seorang wanita cantik, modis dan beraroma elegant nampak lebih muda dari Zarima ,hanya menatap nanar..nyaris tanpa kedip.

“ Maaf mbak...siapa ya ? Ada perlu apa ?”

“ Saya Gina....kekasihnya Jodi...”

“ Jodi sudah cerita tentang aku kan...?”

“ Mbak....Gina ?”

“ Ya, akulah Gina, orang yang selalu ada dalam cintanya Jodi... Kepada akulah kamu bersalah karena menikah dengan impian hatiku...”

“ Jodi cerita semuanya...keluarganya berhutang budi pada sahabatnya, hingga tak bisa tidak harus mau menolong menikahi kamu .... Ternyata kamu cantik juga ya ? Terus...kenapa kamu menjomblo...? Sampai-sampai ibumu mengemis belas kasih keluarga Jodi....?”

Ibu...mengemis belas kasih..?

Aku...jomblo...?

Zarima mengerutkan dahi....mual mendengar bibir sexy itu nyerocoskan kata-kata yang tak satupun dapat dicerna....apa maksudnya....?

“ Zarima...Jodi itu cuma cinta aku ya...dia milik aku...aku membiarkan kalian menikah hanya karena mamanya Jodi hampir mati saat Jodi bilang tak sudi mengawini kamu... Aku Cuma kasih dia waktu tidak lebih dari dua tahun ...setelah itu kalian harus bercerai dan kami akan menikah....”

“ Mbak Gina.......oooooohhh....” Kepala terasa berat, sekeliling nampak berputar.....Zarima terjengkang ke sofa...gelap !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Diantos sambungana bu...

05 Feb
Balas

Hehe

06 Feb



search

New Post