Prabawati Susiloningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU BULLYING

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (Pbl) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS 7

DI SMP NEGERI 1 BANDAR

Prabawati Susiloningsih, Bimbingan dan Konseling

[email protected]

Bimbingan dan konseling merupakan proses dalam membantu siswa untuk mendapatkan arahan dan pemahaman diri agar fokus kepada pengembangan perilaku siswa yang baik dari guru bimbingan dan konseling di sekolah,dengan harapan supaya siswa tersebut memiliki karakter dan pribadi yang baik di kehidupannya.Secara tidak sadar sering kita melihat perilaku peserta didik yang bercanda tetapi lebih mengintimidasi teman temannya yang mereka anggap lemah untuk dijadikan sebagai bahan candaan yang membuat perubahan perilaku pada teman tersebut.Hal tersebut terlihat dari sosialisasi peserta didik yang menjadi bahan candaan tersebut sering menutup diri,tidak berani kesekolah dan hasil belajar yang menurun.Dalam hal ini terutama pada perilaku bullying disekolah yaitu ketika siswa melakukan tindakan intimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu diluar kehendak mereka,dengan maksud untuk membahayakan fisik,mental dan emosional melalui pelecehan dan penyerangan.Oleh karena hal itu untuk masalah tersebut dilaksanakan bimbingan klasikal dengan memakai beberapa macam pendekatan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (problem-based leraning). Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan pendekatan ini dengan metode pembelajaran berbasis masalah (problem-based leraning) dirasa sangat efektif untuk dapat digunakan pada kegiatan pemberian layanan Bimbingan klasikal. Perubahan perilaku khususunya pada materi bullying dimana langkah-langkah dalam metode ini dapat menjadikan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Metode Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata (Arends & Kilcher,2010). Dengan menggunakan Metode Problem Based Learning ini diharapkan bagi peserta didik yang bertindak sebagai pelaku perilaku bullying dapat berubah menjadi lebih baik lagi dan mengetahui bahayanya jika perilaku yang negatif tentang bullying tetap dilakukan,selain berdampak pada pelaku juga dapat berdampak pula pada korban perilaku bullying.Dalam penerapan problem based learning yang baik dan terstruktur dapat membuat peserta didik menjadi lebih baik lagi dan dapat merubah perilaku yang tidak baik terutama pada masalah bullying disekolah.

Seiring dengan berkembanganya paradigma dunia mengenai pendidikan saat ini telah dihadapkan pada tuntutan keprofesionalan seorang guru. Guru dituntut untuk mampu menciptakan generasi penerus yang berkualitas khususnya guru BK. Guru BK merupakan sosok yang membantu siswa dalam mengembangkan potensi, baik dari segi emosional, intelegensi, moral spiritual, maupun social. Peran guru BK sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter yang menjadi sebab langsung dan tidak langsung akan capaian hasil belajar siswa.

Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peran penting dalam mencetak anak didik yang kreatif, mandiri dan mempunyai jiwa entrepreneur. Hal ini sangat diperlukan agar nantinya setelah menempuh pendidikan di bangku sekolah, siswa dapat menjadi masyarakat yang berdaya saing tinggi dan mampu menghadapi persaingan global. Untuk meningkatkan profesionalismenya, seorang guru diharapakan mampu menciptakan dan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif, sehingga dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan tercipta suatu pembelajaran dua arah atau adanya interaksi antara guru, siswa dan lingkungan sekitar. Dalam rangka peningkatan profesionalitas dan kualitas belajar tersebut, maka pemerintah selalu melakukan perbaikan pada setiap kurikulum yang diterapakan, dan untuk saat ini Kurikulum Merdeka merupakan pembaharuan kurikulum sebelumnya.

Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan tutorial pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan membentuk pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar (Trianto 2012:51). Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata (Arends & Kilcher,2010). Pada kurikulum Merdeka salah satu model pembelajaran yang sangat disarankan untuk mencapai tingkat keaktifan dan kreatifitas siswa adalah model pembelajaran problem based learning . Kelebihan PBL : Menurut Sanjaya (2007:218) kelebihan Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut: a) Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, memotivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok; b) dengan Problem Based Learning (PBL) akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa belajar memecahkan suatu masalah maka siswa akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan; membuat siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan bebas; d) pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang meraka lakukan, juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil belajar maupun proses belajar (Tyas, R., 2017).

Secara umum bullying didefinisikan sebagai perilaku agresif berulang kali yang di dalamnya terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara kedua pihak (Nansel et al., 2001; Olweus, 1993). Menurut Swearer, S.M & Hymel, (2015) bullying adalah sesuatu yang unik, tapi juga sesuatu yang kompleks dari agresif hubungan interpersonal yang memiliki banyak bentuk dan fungsi serta dimanifestasikan dalam berbagai bentuk hubungan. Sedangkan menurut Coloroso, (2007) bullying merupakan perbuatan atau perkataan yang menimbulkan rasa takut, sakit atau tertekan baik secara fisik maupun mental yang dilakukan secara terencana oleh pihak yang merasa lebih berkuasa terhadap pihak yang dianggap lebih lemah. Pada penelitian selanjutnya, ada perkembangan definisi yang dilakukan oleh Volk, Dane, & Marini, (2014) dalam penelitiannya mengusulkan perbaruan definisi berdasarkan teori pemersatu yang mencakup konteks ekologi evolusioner ’yaitu “bullying adalah perilaku diarahkan untuk tujuan agresif yang membahayakan individu lain dalam konteks ketidakseimbangan kekuatan”. Dalam konteks tersebut ada tiga kriteria suatu perilaku bisa dikatakan sebagai kekerasan bullying yakni pengarahan tujuan yang bersifat agresif, ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban, terakhir bahaya yang ditimbulkan dari perilaku bullying.

Sejalan dengan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mencoba melihat dimensi kajian pembelajaran dengan pendekatan model Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif untuk menjawab permasalahan dalam pembelajaran bimbingan klasikal bertema stop bullying.Menurut dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Riana Nurhayati, sebenarnya kasus bully sudah terjadi sejak lama.

Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah kekerasan maupun konflik di sekolah. Perilaku Bullying mampu mengakibatkan beberapa dampak yang negatif bagi korban dan pelaku diantaranya yaitu, Perilaku bullying ini tentu akan membawa dampak buruk bagi korban. Riana menjelaskan, ada beberapa dampak negatif bagi korban bullying. Antara lain: 1. Mengalami gangguan kesehatan mental. Bahkan dampak yang lebih buruk bisa terjadi seperti stres hingga depresi. 2. Keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Dampak ini mungkin yang paling parah. Ketika sudah terkena secara psikis maka akan sulit bagi korban bully untuk melupakan masa lalu yang berkaitan dengan pengalaman buruknya. 3. Merasa tidak berharga sehingga berpengaruh pula pada kemampuan sosial emosional bahkan prestasinya di sekolah. 4. Mengalami kesulitan dalam memahami jati diri serta sering mengalami kecemasan terhadap diri sendiri maupun masa depan. Sedangkan dampak yang dialami oleh pelaku adalah : diperoleh fakta bahwa ternyata pelaku bully pernah menjadi korban juga. Sehingga perilaku ini terjadi seperti lingkaran yang tak terputus dan pelaku juga akan merasa tindakan bully atau menindas orang yang lebih lemah adalah hal yang biasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post