PRIMA DANU ASTRI SUSANTI

Guru SD N Karanganyar II Kabupaten Karawang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
OJO NUMPAK TAKSI !

OJO NUMPAK TAKSI !

“Mbak, bapak ibuk jatuh dari motor pas perjalanan pulang dari Jogja” Kabar dari adik saya langsung membuat saya panik. Di minggu ketiga bulan Maret itu awalnya ada rencana orang tua akan berkunjung ke Cikampek untuk menengok kami dan cucu – cucu mereka. Namun, rencana tersebut batal karena musibah yang datang tiba – tiba. Bapak dan ibu memang tipe orang yang ringan kaki dalam arti suka bersilaturahmi. Tapi, perjalanan ke Jogja hari itu bukan silaturahmi biasa. Bapak dan ibu ke Jogja untuk takziah atas meninggalnya bulik ( adik dari simbah putri saya). Dalam perjalanan pulang, jalanan Jogja yang padat terasa licin setelah di guyur hujan. Arus lalu lintas yang tadinya lancar tiba – tiba terhenti mendadak karena adanya penyempitan jalan. Kendaraan yang melintas secara bersamaan menghentikan laju kendaraan mereka yang menyebabkan kendaraan lain dibelakangnya kaget. Itulah yang menimpa orang tua saya. Mengerem motor secara mendadak membuat ban motor itu selip sehingga beliau berdua jatuh. Ibu saya sempat pingsan karena kaget dan ada benturan di lutut yang sudah mengalami pengapuran. Singkat cerita, dengan pertolongan dari warga sekitar, orang tua saya bisa sampai di rumah dengan selamat.

Kabar musibah itu membuat saya dan dua adik saya yang semuanya bekerja di Karawang khawatir, karena memang orang tua hanya berdua di rumah, di Solo. Rasa hati ingin segera menjenguk tapi terbentur tugas mengajar yang tidak bisa seenaknya kita tinggalkan. Dilema, bulan maret adalah bulan sibuk menjelang ujian bagi anak kelas VI, tapi naluri saya sebagai anak tak mampu membendung rasa khawatir dalam hati.

Tiba – tiba sebuah SMS masuk di Kamis sore tepat di hari kelahiran saya. SMS yang berisi undangan mengikuti diklat literasi di Solo. Jika tidak malu pasti saya sudah berteriak mengungkapkan betapa bahagianya saya. Bagai doa terkabul tanpa delay. Alloh begitu luar biasa menyayangi umat Nya. Sujud syukur disertai air mata yang tak henti mengalir karena ternyata suami pun memberi ijin. Rizki yang luar biasa, diberi kesempatan menjemput ilmu dan menjenguk orang tua. Subhanalloh!

Untuk menuju Solo, saya putuskan menggunakan pesawat agar saya bisa lebih cepat sampai Solo dan berkesempatan menginap di rumah orang tua. Perjalanan dari Karawang ke bandara Soeta sebenarnya lebih lama dibandingkan dengan perlajanan dengan pesawat ke Solo. Butuh waktu tiga jam menggunakan Damri ke bandara. Tapi tak apa asal saya bisa cepat sampai. Kenyataan di bandara memang tak selalu sesuai apa yang sudah terjadwal, pesawat menuju Solo harus delay karena cuaca yang kurang baik. Dua jam tertunda. Namun, terbayar sudah rasa lelah karena saya sampai dengan selamat.

Dengan taksi saya menuju Pengging, rumah orang tua. Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 ketika saya berhasil memeluk ibu saya yang masih susah untuk berjalan. Rasa rindu terbayar, rasa khawatir tertebus. Luka lecet sudah mulai mengering, tapi lutut yang terbentur itu masih terasa nyeri. Kami menghabiskan malam itu dengan aneka cerita yang saya harap bisa menobati rasa rindu mereka kepada cucu- cucunya.

Hari berikutnya, jadwal diklat akan dimulia pada pukul 16.00. Namun, peserta diminta sudah hadir pada pukul 12.00. Dari awal, bapak saya memang sangat ingin mengantar saya ke lokasi diklat. Namun kondisi cuaca pada hari itu kurang mendukung. Mendung tebal menyelimuti yang diikuti guyuran hujan deras. Akhirnya saya memutuskan untuk memnaggil taksi. Niat saya itu langsung ditolak oleh bapak. Beliau meyakinkan saya hujan tidak akan lama. Kami memutuskan untuk menunggu sampai pukul 13.00. Ternyata hujan malah semakin derasa saja. Waktu terus bejalan mengharuskan saya untuk segera berangkat. Bapak bersikeras untuk tetap mengantar. “Ojo numpak taksi, tak terke wae (jangan naik taksi, bapak saja yang mengantar!). Beliau mengambil tiga buah jas hujan. Satu jas hujan untuk menutupi koper saya, yang dua untuk kami pakai. Ditambah dua buah kantong kresek besar untuk melindungi ransel karena di dalamnya terdapat laptop. Dan kami bersiap menembus hujan. Hingga memasuki kota Solo hujan masih belum reda. Bapak saya tak gentar menerobos hujan di tengah lalu lintas yang ramai. Hingga sampai di sebuah masjid di daerah Mangkunegaran, bapak menghentikan motornya dan menyuruh saya merapikan diri karena lokasi diklat sudah dekat dan kebetulan hujan pun telah reda. Bisa saya lihat dengan jelas, wajahnya yang begitu bahagia karena berhasil mengantarkan saya dengan selamat ke lokasi diklat. Mungkin ini jawabannya. Kebahagiaan sederhana yang ingin beliau wujudkan. Mengantarkan anaknya ke tempat yang membuatnya begitu bangga.

Sahid Kusuma Prince Hotel

Solo, 4 April 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah. Mata saya berkaca2 terharu membaca tulisan bu Prima

04 Apr
Balas

Terimakasih pak ernaz.. Masih belajar..

04 Apr



search

New Post