Galeri Rasa

Sinar mentari mulai menari di tirai biru, menembus jauh ke dalam lorong ruang yang sepi. Dia tersentak dari cerita mimpi dan mengusap kedua bola mata indah itu. Mentari telah datang? guman dalam relung hatinya.

Bibir merah merona hanya terpaku, apa pantas goresan senyum tipis diukir bersama mentari yang tak pernah bosan menyapa dia dibibir jendela putih bersih. Menatap ulang jauh kesana, apa ini cara yang tepat menyambut kasihNya Sañg Pencipta.

Tertunduk wajah sejenak, menatap pangkuan yang telah basah akan butiran kristal yang entah kapan datangnya. Selembut helusan, menyapu semua kristal yang masih tertinggal, untuk apa ini? bisikan hati mulai bergelora.

Langkah menuju sayap ruang ini, menatap tajam ke nuansa biru. Cukup seperti ini, Dia saja masih mencintaiku, kenapa aku harus tutup semua pintu hati ini, seru hati makin membara.

Seiring kicauan burung, goresan indah mulai terukir di wajah cantik itu, alañgkah pemandangan ini jika goresan itu selalu menghiasi sapaan mentari dikala pagi. Semua akan tetap seperti ini, tak akan berubah, jika semua rasa tidak ada goresan keikhlasan yang terlempar dari bibir merah itu. Biar semua tersusun indah dalam hati, tertutup rapat oleh cinta kasih yang ditebar, biar bersemi dalam alam, bak kebun penuh dengan sejuta warna dan aroma.

Pris, Pyk, 241221