Sate Danguang-Danguang

"Umi, sudah lama kita tidak makan sate danguang-danguang ya mi," ujar abang sore ini. Aku ingat-ingat lagi, memang sudah cukup lama. Mengingat kesibukan aku diakhir tahun ajaran ini, aku menjanjikan pas malam Minggu, karena sabtunya sudah bagi rapor jadi sudah sedikit luang

Setelah aku beri pengertian itu, Alhamdulillah abang paham dan mau menunggu di akhir pekan ini. Kamipun melakukan aktivitas biasa lagi sore ini Tak lama kemudian, aku menerima telepon dari suamiku yang kebetulan lagi keluar sejak tadi siang.

"Assalamualaikum mi, umi mau makan sate?" tawarannya dari balik gawai. Tanpa basa-basi aku langsung menjawab iya dan langsung ku tawarkan balik. "Umi ingin makan sate danguang-danguang". Tawaranku sempat lambat dapat jawaban, tapi walaupun harus menunggu jawaban, akhirnya permintaanku dikabulkan untuk makan sate danguang- danguang, selain itu keinginan abang pun terkabul.

Siap magrib kami berangkat, ku lihat begitu bahagianya terpancar di wajah Abang dan juga adik-adiknya, karena kami sekeluarga pada doyan dengan yang namanya sate, apa lagi sate danguang-danguang, dagingnya yang nggak bikin tahan menggoda. Sate pun dilahap dengan nikmatnya, setelah makan, ku bilang

"Ayo lidi siapa yang paling banyak?" dengan spontan abang tunjuk tangan dan adiknya pun spontan berkata.

"Wajar aja lidi abang yang banyak, orang ruang lambungnya hanya empat, eh! abang malah enam,".

Aku dan suami hanya bisa tersenyum, memang diakui kalau soal makan si abang nomor satu. Tapi aku tidak jadi masalah, walau abang suka makan, tapi abang suka bikin makanan sendiri, alias terjun langsung ke dapur.