Apa yang kita ucapkan adalah cerminan jiwa kita. Pun juga yang kita tulis. Salah satu tanda cerdasnya jiwa adalah kaya niat baik. Orang yang cerdas jiwanya melakukan suatu perbuatan bukan karena diperintah orang atau ingin bereaksi atas suatu situasi, melainkan karena niat baik yang melimpah dalam hati.

Orang orang yang cerdas jiwanya akan selalu mengembangkan wawasan. Pengalaman dan pengetahuan yang luas membuat mereka tidak picik terhadap kenyataan. Pikiran, ucapan, dan tindakannya selalu berpihak pada kearifan. Mereka selalu hadir dengan hembusan semangat dan bongkahan harapan.

Tidak hanya itu, mereka yang cerdas jiwanya itu memiliki citra kemandirian yang luar biasa. Mereka memiliki jati diri yang jelas. Sehingga gampang mengaktualisasikan dirinya di mana pun mereka berada dan kapan pun mereka lakukan. Kehadirannya begitu dinanti-nantikan orang-orang di sekelilingnya.

Berbeda dengan orang-orang yang gelap jiwanya. Wawasannya sempit. Picik terhadap kenyataan, karena melihat sesuatu secara hitam-putih. Sudut pandang yang lain dipinggirkan. Energi negatif jadi andalan. Sehingga pikiran, ucapan dan tindakannya tenggelam dalam pikiran-pikiran yang jauh dari kearifan.

Ingat pesan Emha, Musuh kita sebenarnya tidak jauh dari kita. Musuh kita ada di dalam diri kita sendiri, yakni kesempitan dan kedangkalan. Kalau kita berpikir sempit dan mennyikapi sesuatu secara dangkal, niscaya akan mudah terjadi gesekan dengan yang lain. Renungkanlah......