Idealisme adalah kemewahan terbesar. Namun sedikit yang bisa mempertahankan. Kebanyakan idealisme luntur ketika seseorang menduduki sebuah jabatan. Mereka tidak lagi kritis seperti ketika belum menjadi pejabat. Karena kesibukannya mereka tidak lagi produktif. Membaca ogah, menulis pun tak pernah.

Dengan kalimat yang agak kasar, kaum idealis mengatakan, " Menjabatlah, Kau Akan Tambah Bodoh". Memang, kalimat yang digunakan kasar dan cenderung kurang positif. Akan tetapi pesan sesungguhnya sangat kuat agar siapa pun tetap menjaga kewaspadaan.

Buku A Good Leader is A Good Reader yang ditulis Tirto Adi ini mampu mengubur dalam dalam kekhawatiran kaum idealis. Penulis buku ini adalah pejabat karir Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo. Di tengah kesibukannya dia tetap membaca dan menulis. Ketrampilan tangannya mampu menerjemahkan gagasannya menjadi sebuah tulisan yang sarat dengan ruh inspirasi.

Tirto Adi adalah contoh birokrat penulis. Dalam kata pengantarnya, Guru Besar Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) Prof. Akh. Muzakki mengatakan, jabatan publik sebagai simbol dari kepemimpinan (Leadership) harus digerakkan dengan basis keilmuan yang baik. Basis keilmuan yang demikian itu hanya bisa didapat jika seseorang memiliki pembacaan yang baik terhadap subyek materi yang menjadi tanggung jawabnya.

Buku setebal 239 halaman ini terbagi atas dua bagian. Semuanya pernah dimuat di berbagai media baik regional maupun nasional. Bagian pertama catatan inspiratif. Terdapat 33 artikel yang semuanya sangat menginspirasi. Misalnya, Gerakan Budaya Literasi yang dicatat dalam museum rekor (MURI) sekaligus mengantar Sidoarjo mendapat penghargaan sebagai kabupaten pelopor literasi.

Bagian kedua berisi pandangan dan analisus Tirto Adi terhadap persoalan pendidikan yang menyeruak ke permukaan. Ada sekitar 22 artikel. Salah satunya mengupas indeks kejujuran ujian Nasional.

Buku ini sangat cocok untuk para guru, calon pemimpin, dan yang sudah menjadi pimimpin agar tetap mampu merawat idealismenya.