Priya Santosa

Priya Santosa, M.PdI ...

Selengkapnya
Navigasi Web
BLAMBANGAN

BLAMBANGAN

Aku sempat mati suri kemarin di Blambangan. Namun Ada yang tak pernah kulupakan. Allah yang Maha Perkasa. Hiruk pikuknya, serta keindahan seisi planet dunia ini. Ketika azal sesaat meninggalkan jasad. Serangkaian kenangan itu masih ada di pucuk-pucuk hati. Aku telah melihat, senyapnya alam barzakh tanpa lentera, meluluhlantakan ketidakpastianku di dalamnya. Sempat tersenyu,m getir saat itu. Beruntung diriku, sepenggal Doa dalam laparnya lambung ini, masih sempat kurenggut, serta masih kuingat. Berjanji pada dua malaikatku, melepas dendam dan sakit hati, membuang kekejian pada saudara, orang tua maupun sahabat. Begitulah kisahnya,ternyata, Kerajaan dunia ini fana. Apa yang ada di punggung buminya senantiasa mengawasi gejala anomaly serta perilaku penghuninya. Sebuah makhluk yang paling kuat di planet dan tatanan jagad galaksi, bernama waktu atau masa. Ya, dulu ada kerajaan besar di nusantara yang memimpin separuh diunia, Sriwijaya, Majapahit, kini tinggal nama. Ada Sebuah Negara besar yang memiliki penghancur peradabaan, Uni Sovyet, Kini sirna. Berbagai, flora serta fauna predator yang meliputi separuh bumi daya jelajahnya, Dinosaurus, kini tiada satupun yang tersisa. Pada saat, suasana, tertentu manusia yang sekarang ini hidup, nantinya juga akan tertelan oleh makhluk yang namanya waktu.

Tapi itu tidak berlaku di Blambangan. Watu dodol , osing dan Blambangan sebuah keharmonisan. Di Blambangan Waktu belum mampu membinasakan. Ketiga kesatuan itu, bergerak pada lintasan sejarah nusantara yang hakiki. Sebuah peradaban kuno di pintu masuk kota banyuwangi. Jika ada tangisan rengekan peziaroh akan terjebak, tersekat di pintu masuk, berbuah lepas. Setiap kesaktian yang hendak masuk, sirna. Begitulah petilasan yang tetap mengkreng kokoh, tegar di sepanjang utara pantai banyuwangi. Pintu masuk utara banyuwangi. Hingga era globalisasi ini tetap menyapu kerasukan dan kepekatan globalisasi yang tidak pernah ramah.

Mengapakah waktu terkandaskan? Sejarah belum menjawab. Setiap niat baru yang akan masuk ke pintu gerbang, watu dodol akan menghapus. Blambangan benteng kerajaan keghoiban. Sebab, dari berbagai ujian dan cobaan jalan raya Anyer Panarukan, tidak mampu menembus pintu Blambangan ini. Para penjajah negeri nusantara ini, yang konon waktu hendak menjebol kokoh masuk kota, tergagalkan.. Watu dodol merupakan bagian karang-karag laut yang menyatu dengan daratan pulau jawa. Untuk memborbardir pintu masuk ini, penjajah telah menegerahkan berbagai mesiu dan peledak yang begitu hebat. Bahkan konon para tahanan yang dikerahkan untuk melakukan pekerjaan, diberitakan rata-rata telah senyap menghilang.

Akupun terkagum-kagum. Seorang tua yang sudah cukup lama menjadi marbot. Bertutur, Blambangan dibangun dari kekayaan osing. Kehebatan gerak putar memudarkan segala yang berbau globalisasi, tuturnya. Disini, makhluk yang namanya waktu terkalahkan. Mengapakah bisa beegitu Mbah? Pada azaznya, waktu yang melintasi disini akan bersalto dan berdiri doyong. Maksudnya gimana! Entalah. Hanya sebuah keyakinan, Kesaktian Blambangan saat terkalahkan Majapahait, belum sirna. Besi kuning Minakjinggo, dan kerelaan ketundukkan pada Majapahit sebetulnya tidak pernah ada! Lanjut marbot.

Mengapakah era baru, globalisasi kandas di Blambangan! Sebuah resolsusi dari pini sepuh, dengan berbaiat mili per mili pikir kesederhanaan, strukur logat, dan kerajaan jin. Wah, dimensi filosospi yang unik! Aku baru ketahui, pola pikir mili per mili saat memandangi nelayan dengan jaring jaring penangkap ikan yang sangat unik dan sederhana. Jaring seluas beberapa ratus meter persegi, ditebar ditengah areal laut, lalu digeret geret hingga ke pinggir pantai. Pekerjaan ini dilakukan berjam-jam dari terbit matahari hingga tengah hari. Berulang -ulang, walaupun kadang ketika jaring diangkat dari pinggir pantai, tak satupun makluk yang terperangkap. Tidak ada rasa kecewa di pelupuk mata para nelayan! Mereka esok hari ke pantai. Nelayan tetap melakukan pengulangan pekerjaan semacam itu.Luar biasa! Logat osing, merupakan ujaran jawa purba. Nilai-nilai sacral bahasa jawa, terdesimanasikan dengan baik. Sebuah kampung visioner, identitas osing, telah lama dirintis di dekat pintu masuk watu dodol, Banyuwangi. Keadaan ini yang tetap terjaga. Ada bias magis lainnya. Kerajan jin di Alas Purwo, jelmaan Piramida Segita Bermuda yang sangat eksostis. Kerajaan ini kasad mata, menghegemoni, mengatur dan meproteksi Blambangan dari setiap gejala yang destruktif. Simbion dengan laut kidul, kerajaan ini menjadi sangat egalitarian. Akhirnya Tiga pilar, sejati inilah Blambangan. Terus berdiri tegak. Mengalahkan makhluk yang namanya masa! Menebar setiap nilai-nilai tradisional ujung timur jawa tidak meruap..Hana Caraka Data Sawala Padha Jayanya, bukti itu! Wallu alam.

Madiun, April 2018

PENULIS, LITBANG IGI MADIUN

ALUMNI SEKOLAH LITERASI KELAS NGAWI, P4TKIPA CIMAHI

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Batuan b Raihana Yg seharusnya karang di tepian pantai lalu dipisahkan buat pintu masuk kota

24 Apr
Balas

Alhamdulillah, banyak tulisan yang disebarkan, banyak ilmu yang kudapat, terima kasih kawan penulis media guru, semoga nanti kita dapat bertemu.

22 Apr
Balas

Ya b sama sama saya juga baru belaja

24 Apr

Subhanallah.... alhamdulillah..allahu akbar. Jazakillah khoir untuk ilssmsusnysa pak. Barakallah.

22 Apr
Balas

ilmunya

22 Apr

Pak..., backgroud fotonya itu , pohon atau batu atau apa ...pak'e...?

22 Apr

Amin Amin sama sama B Raihana

24 Apr



search

New Post