Priya Santosa

Priya Santosa, M.PdI ...

Selengkapnya
Navigasi Web
“KARYA SASTRA YANG men TARBIYAH  UNTUK MELAWAN PORNOGRAFI ”

“KARYA SASTRA YANG men TARBIYAH UNTUK MELAWAN PORNOGRAFI ”

Betapa hari ini gonjang ganjing jagat media elekronik membuat miris saya sebagai orang tua. Hari ini di ruang guru, sedang banyak membicarakan pro kontra pornografi yang sedang memboming.. Hari ini di kelas saya ada sorang siswa menyodorkan Novel Lintang Kemukus Dini Hari karangan Ahmad Tohari, kepada saya dan sambil nyeltuk tanya, Pak guru, boleh tidak saya ngebaca novel ini?” mendapat pertanyaan siswa kelas III ini saya tidak segera menjawab. Sebagai guru sains dan juga pecinta sastra prosa, kesulitan saya menjawab adalah karena synopsis novel tersebut dikisahkan sang tokoh protagonis ”Srintil”, melakoni kehidupannya sebagai grand master”Ronggeng” seorang penari dan juga pemuas nafsu lelaki hidung belang., bahkan jiuga menjadi “gowok” wanita yang melatih tokoh” Waras” kelak menjadi figure suami yang sejati yang sesungguhnya secara memuaskan. Saya berimajinasi, bahwa siswa saya ini akan memiliki impresi, novel ini porno.. Merestuinya untuk membacanya, jangan-jangan akan meposisikan saya kepada keadaan sebagai penyebarluasan bacaan porno., tetapi kalau saya melarangnya, siswa saya ini akan kehilangan kesempatan untuk mengenal novel yang baik dan bernas secara mendalam. Novel Lintang Kemukus Dini Hari dari Ahmad tohari, bukannya satu-satuntya novel yang di dalamnya ada adegan penggambaran seluk beluk tubuh wanita dan hubungan persenggamaan, tetapi masih banyak karya karya lain yang setipe, tengoklah Novel Warisan karya Chairul Harun, Sah dari Putu Wijaya, Jalan Tak ada Ujung, serta Maut dan Cinta dari Mohtar Lubis, serta Novel Saman dari karya Ayu Utami novel-novel tersbeut tampil dengan penggambaran seks. Novel-novel tersebut menempatkan saya, atau pencinta sastra prosa aataupun guru-guru kesusteraan pada keadaan kertegangan umumnya, kepada kondisi penyebar pornografi dan ada kewajiban untuk mengajarkan ketrampilan membaca teks teks sastra secara benar dengan cakupan pikir timbul kemampuan mengapresisasi karya-sastra. Puncak ketegangan itu semakin terasa ketika saya banyak menjumpai teka teki “buku sastra” yang di dalamnya terselip unsur-unsur seks banyak diminati dan dipinjam siswa dari perpustakaan sekolah, Kini hati nurani berbisik, apa yang harus saya lakukan dan kerjakan dengan kehadiran karya karya satra prosa tersebut? Bagaimanakah upaya yang mendidik agar para generasi emas ini terselamatkan dari derasnya iblis porno? Bagaimanakah memberikan pemahaman yang sehat dan bernas serta bisa diterima oleh para siswa atas bacaan ataupun informasi dalam bentuk gambar, ataupun kata, ataupun suara yang bisa menimbulkan peluang porno? Sebuah karya sastra baik yang sifatnya cerpen, puisi ataupun novel merupakan sebuah proses tarbiyah bagi kehidupan manusia. Pada novel yang menyajikan tokoh protagonis dengan seting latar tertentu mengalami konflik dan ataupin peristiwa. Pengarang menampilkan perenungannya untuk tokoh utama atau protagonist bagaimanakah pengalaman batin dan rohani para tokoh tokoh tersebut menyikapi serta menyelesaikan tiap konflik dan peristiwa Oleh karenanya, disinilah, aktualitas penyeleaian konflik, tindak tanduk, penilaian tokoh, cerita atas konflik oleh si pengarang melalui berbagai tinjauan, merupakan nota pembayaran kualitas sebuah karya sastra. Melalui tinjauan dan paparan tersebut, para pembaca memperoleh perbandingan atau pengalaman batiniah yang berharga untuk diteladani dalam kehidupan sehari hari. Novel Lintang Kemukus Dini Hari mempresentasikan paparan yang menyoal” Ke “aku”an wanita dalam dunia ronggeng telah hilang dipersonifikasikan peran “ massal” wanita nakal, wanita murahan, yaitu pelacur. Tokoh protagonis dalam hal ini ”Srintil” dalam dunia ronggeng’ begitu bernilai dan bermakna dalam kehidupan sisi wanita. Saat timbul kesadaaran hakiki kodrat “keibuannya” Srintil” menemukan jati diri pada tokoh Goder.Puncak paparan tokoh “Srintil” mencoba melawan arus yang berlaku di masyarakat, “wanita pelacur” dihentikan, dengan tetap menjadi penari. Nilai apa yang terkandung, Dunia pelacuran yang dipaparkan si Pengarang dengan suasanai tarbiyah yang baik. Nilai disini bukanlah perbuatan erostis, menimibukan penyadaran akan harga diri, mengembalikan harkat dan kewibawaan kewanitaanya. Nilai yang lain, perjuangan untuk mengembalikn wanita secara cultural generasi ke generasi. Membaca sebuah karya sastra secara lengkap dan menyeluruh untuk menemukan nilai yang disampaikan pengarang adalah cara membaca yang sehat. Di sini peran guru menjadi penting dalam membawa siswa kepada cara memandang secara komprehensip dan holistic atas peristiwa-peristiwa dalam karya sastra. Cara pandang holistic akan menjaga siswa dari rongrongan dorongan dan kesan bahwa novel-novel yang menggambarkan tubuh dan persenggamaan adalah pornografi. Wallu alam.@

MADIUN, MARET 2018 pENULIS aLUMNI

kELAS nGAWI dan P4TKIPA CIMAHI

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post