Priya Santosa

Priya Santosa, M.PdI ...

Selengkapnya
Navigasi Web
NISFU SYA’BAN ROBEKAN WAKTU  KEMATIAN ATAUKAH KEBERKAHAN USIA?

NISFU SYA’BAN ROBEKAN WAKTU KEMATIAN ATAUKAH KEBERKAHAN USIA?

Sesungguhnya semua makhluk itu keluarga Allah. Apakah ia berbentuk makhluk amoeba , virus, kalajengking hingga hewan yang besar, juga flora-flora. Trilyun trilyun mega galaksi semua adalah himpunan keluarga. Begitu juga apakah ia orang muslim atau non muslim. Maka sesungguhnya siapakah yang berbuat baik pada keluarga Allah pasti Allah menyukainya. Kemarin malam selasa, telah usai pelaporan tahunan amalan manusia. Malam Nisfu Syaban. Pada malam itu akan dilaporkan amalan amalan manusia. Berapakah orang yang akan naik haji dan Pergi umroh. Kematian berapa juta orang yang harus diambil. Bencana besar dan kecil di wilayah mana. Juga ditetapkan berapa butir jumlah air hujan yang mengguyur bumi. Berapa juta spesies yang harus punah. Berapa orang yang melaksanakan puasa ramadhan. Sebuah gambaran takdir yang Maha dahsyat!

Pada malam nisfu sya’ban apakah nama kita tertulis ataukah tidak? Masihkah kita diberi kesempatan bertemu dengan matahari esok pag? Ataukah diperkenakan membelai bulan ramadhan tahun ini?. Atau jangan jaangan akan tersingkir dari ramadhan tahun ini. Ya ketika diputuskan harus istirahat. Berhenti melakukan amalan! Masih banyak manusia yang tiada menyadari. Pelaporan tahunan malaikat itu merupakan sebuah tertib yang harus diikuti ketundukkan. Hakekatnya ada pelaporan harian, dua malaikat yang ada di tangan kiri dan kanan senantiasa mengawasi gerak gerak manusia. Ada pelaporan mingguan. Setiap hari senin dan kamis. Dan pelaporan bulanan setiap awal bulan disunnahkan puasa.

Dunia ini tempat yang hina. Tempat ujian bukan bukan tempat bersenang-senang. Akhirat kemuliaan. Ingin berbuat amal ya sekarang ini. Ingin istirahat ya di alam barzak. Ingin bersenang senang di surga. Ada hadist Rasulullah orang yang pandai adalah orang yang bersungguh menyiapkan dan mengingat kematiannya(H.R Bukhahary). Karena selepas kehidupan ini akan ada kehidupan selanjutnya. Sebagaimana manusia ini datang, ia pun harus bersiap-siap pergi. Dari alam arwah ditiupkan ke alam rahim. Dari alam rahim di hadirkan ke alam dunia. Dari alam dunia dimasukkan ke alam barzahk. Dari alam barzakh di bangkitkan di padang masyar. Ditentukan ke surga atau ke neraka. Suatu ketika Sayiddina Ali r.a mengingatkan tentang kehidupan, begitu jauhnya ya Allah perjalanan ini, dan begitu sedikitnya bekal yang kubawa. Maka nisfu sya’ban sebuah keputusan final dari Robb penguasa jagat. APakah usianya berhenti atau berlanjut! Tidak seorang pun berisnting mengetahuinya. Waktu yang begitu perkasa akan melahap haknya. Begitu mulianya seseroang yang saat malam itu data, dirinya melakukaan kebajikan.Begitu berharganya waktu.

Tradisi Hindu Hindia menyebut waktu sebagai proses Trikona (Upatti, Sthiti, Pralya) yang berlangsung teus menerus yang harus dimanfaatkan untuk menjalankan dan menuaikan dharma. Dalam kitab Satyayuga disebutkan bahwa untuk mencapai nirwana manusia harus memanfaatkan waktu untuk melakukan Yuga Dharma atau melaksanakan kebajkan-kebajikan kepada sesamanya.

Demikian juga dalam tradisi dan kultur jawa, waktu mendapat tempat yang istimewa dalam kehidupan manusia Jawa. Hal ini bisa dilihat dari simbol-simbol yang menandai jangka waktu yang ditempuh manusia Jawa sejak dalam kandungan hingga kematian, seperti tradisi tingkeban, selapan, sepasaran, tedhak siten, midodareni, pitung dinan, patang puluh dinan, nyatus, nyewu, pendhak, dan sebagainya. Simbol –simbol penanda waktu yang seperti disebut diatas semunya melambangkan dan mengingatkan bahwa waktu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menjaga keseimbangan alam sekaligus digunakan untuk mengingat Tuhan, asal muasalnya dan kemana manusia akan kembali (sangkan paraning dumadhi dan Mulih marang nira)

Dalam konsep pandangan Nasrani ditegaskan bahwa konsep waktu dapat dmengerti dan dipahami jikalau manusia hidup dalam kesadaran eksistensi bahwa saatnya manusia akan menghadap Tuhannya. Dengan kata lain, waktu adalah kesementaraan. Waktu adalah catatan hidup manusia yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhannya.

Malam Nisfu Syaban sebagai tonggak perjalanan manusia. Apakah malam itu ia diputus untuk bersitirahat dari dunia ataukah melanjutkan ke amalan amalan selanjutnya. Tonggak Pelaporan juga seringkali diingatkan pada ayat ayat Al Qur’an menandai waktu misalnya, Wadh dhuha (demi waktu dhuha), wal fajri (demi waktu fajar/dini hari), wal laili (demi waktu malam), wal ashr (demi waktu ashar). Pesan Nabi Muhammad; “Jadilah engkau Di dunia ini seperti seorang msuyafir atau bahkan seorang pengembara. Apabila engkau telah tiba memasuki sore hari janganlah menanti datangnya pagi hari. Dan jikakalau engkau telah memasuki waktu pagi hari janganlah menanti datangnyua waktu sore hari. Ambillah waktu sehatmu untuk bekal sakitmu dan hidupmu untuk bekal waktumu (H.R Bukhary). Wallu Alam.####

Madiun, 2 mei 2018

PENULIS

LITBANG IGI

SAGUSABU KELAS NGAWI DAN P4TKIPA CIMAHI

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post