Priya Santosa

Priya Santosa, M.PdI ...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENDIDIKAN HANYA MENGHASILKAN AIR MATA

PENDIDIKAN HANYA MENGHASILKAN AIR MATA

Apakah pekerjaan yang lebih mulia, atau yang lebih bernilai bagi Negara . daripada mereka yang mengajar generasi yang sedang bertumbuh (Bicaro). Pendidikan dewasa ini haruslah merupakan upaya mencari tahu apa yang ada dalam diri murid-murid yang perlu aktualisasikan keluar, dan untuk mengkonstruksi ulang proses pembelajaran agar membuat mereka mampu secara mandiri mengaktualisasikan potensinya itu. Dalam artikel ini saya ingin mengulas pembelajaran era serba otonomi.

Bagi saya pribadi, pendidikan, pengajaran ataupun kegiatan pelatihan tidak jauh dari aktivitas empat pilar. Pertama, Sebuah nilai pragmatis untuk mempertahankan kehidupan sehari hari. Kedua, nilai personal untuk bertumbuh menjadi dewasa, berinisiatif, kreatif, bertanggung jawab, dan karenanya mandiri. Ketiga nilai social-emosional untuk menjadi berdaya dan mereka lewat proses proses saling memberdayakan dan saling memerdekakan. Keempat, nilai moral-spiritual untuk mengalami pertobatan dan pencerahan budi dan jiwa/rohani.

Maka jika melihat UU yang mengatur peralihan kendali pendidikan khususnya, Tingkat SMA/SMK dari daerah daerah otonom tingkat dua ke daerah tingkat propinsi basis perubahan pendidikan era pemerintah Presiden Joko widodo. Bahwa ketika saat disinyalir statemen oleh para psikolog sebagaimana di sebuah tajuk Kolom”Tanda-tanda Zaman,, “warisan” Dick Hartoko, (majalah Basis), Sindhunata menegaskan “Pendidikan Hanya Menghasilkan Air Mata”. Saya setuju dengan penegasan itu. Karena tergeltik dengan judul itu saya ingin menuliskan artikel ini. Saya ingin membagikan sketsa pemikiran dan hasil hasil sementara, dari perenungan pribadi saya kepada para pembaca., justru pada saat pendidikan hanya menghasilkan air mata. Saya ingin berbagi air mata., khususnya air mata yang mengalir deras dari eye of spirit dan eye of mind saya selaku pendidik dan anak bangsa ini.

Semenjak bergulirnya era reformmasi (1998) hingga sekarang ini sudah berjalan dikisaran duapuluh tahunan usianya. Apa yang saya lihat! Bercucuran air mata dipipi ini. Memang banyak hal yang diwakili oleh air mata ini. Terkadang air mata ini menetes karena rasa bahagia yang tak terungkapkan. Tapi kali ini, air mata ini bukan air mata jenis itu yang jatuh ke pipi. Yang deras mengalir air mata ini yang membuat mata bengkak selama dua decade ini adalah jenis air mata lain. Air mata yang jatuh karena kebanyakan warga Negara telah mengorbankan segala sesuatu untuk menyekolahkan anak anak mereka dengan harapan akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka sebagai anak manusia. Namun akhirnya justru menyaksikan anak anak itu menjadi durhaka seperti tokoh Malin Kundang di teluk bayur, Sumatera barat. Dan Anak anak itu adalah” produk” dunia persekolahan. tempat di mana saya menjadi pendidik. Tempat yang terhormat di negeri kini penuh dengan penjahat kelas teri hingga kelas kakap. Apakah ini target sebuah reformasi? Akankah pendidikan menjadi sebuah busur panah keangkaramurkaan?

Kini yang terjadi, pola pendidikan yang bergeser makna. Bagi saya pribadi air mata ini mewakili kesesakan jiwa dan dada yang bopeng dan penat menatap arah reformasi yang masih belum menyentuh azas azas pendidikan. Jati diri bangsa model apa yang akan ditegakkan! Para elite politi seolah-olah taman kanak kanak tidak mencerminkan ada hasil dari poses pendidikan yang mereka nikmati di masa sebelumnya. Bukankah elite politik itu adalah “produk” dari system pendidikan yang di sunnat begitu saja menjadi system persekolahan selama beberapa decade tahun terakhir ( sejak 1959-1998)? Bukankah elite poltik dewasa ini belum menunjukkan tanda-tanda telah bersungguh-sungguh belajar samapi mengalami pertobatan dan pembaruan budi pekerti?

Tahun baru ini sebagai harapan pelangi. Sebentuk pergeseran akan terus menggerus akhlak dan budi pekerti para siswa di tingkat sekolah menengah atas maupun kejuruan. Sebagai pendidik saya tetap berprasangka baik terhadap pergeseran. Ketika pendidikan di tangan seorang Kepala daerah tingkat dua maupun ketika pendidikan terangkat pada penguasa tingkat propinsi, tetap mencari jalan cahaya. Berharap gubernur selaku penguasa propinsi. menemukan pondasi yang lurus dan menekan angka angka kerusakan budi pekerti siswa si tingkat menengah atas ini. Tatanan baru ini bukanlah untuk disesali. Tatanan baru semoga menjadi obat. Obat yang mujarab dan menebas patolog ataupun psikopat jiwa remaja sampai ke akar akarnya, dan memunahkan syeiton syeton yang menyesatkan. Maka untuk mengibur dan mengkuatkan hati, saya berusaha mengingat kata kata filsuf yang kondang Aristoteles di zamannya, bahwa “Akar –akar (pohon) pendidikan itu pahit, tetapi buahnya manis”.

Dengan demikian saya mencoba menerima kenyataan bahwa kepahitan yang sekarang ada merupakan suatu keharusan dalam arti tak terelakkan. Kepahitan yang sekarang adalah buah dari “akar-akar” pendidkan palsu dan semu” yang telah kita taburkan di masa lalu. Pendidikan palsu ini memuja segala sesuatu yang palsu, maulai dari laporan palsu, senyum palsu, gelar palsu, konflik konflik palsu(rekayasa), system keuangan plasu, reputasi palsu, perusahaan palsu. “Pendidikan palsu” ini melibatkan guru guru palsu, mata pelajaran dan kurikulum palsu. “Pendidikan palsu” semuanya ini akan melahirkan manusia munafik, yang kata dan perbuatannya saling berbantahan dengan sendirinya. Berkaitan dengan kepalsuan, pendidikan yang menghasilkan air mata, artikel saya tulis. Celakanya artikel ini tidak ditulis oleh birokrat pendidikan, Celakanya artikel ini hanya ditulis seorang guru yang waktunya dihabiskan mengajar di sekolah pinggiran. Celakanya artikel ini hanya ditulis seorang warga masyarakat biasa dan bukan pakar apapun. Penulisnya hanya seorang warga masyarakat yang merasa menjadi anak bangsa ini, yang telah lelah dan penat menangisi kealpaan dan kesalahannya selama ini. Yang kemudian berusaha mempertobatkan diri sendiri dan mencari pertanda penyesalanya dalam dirinya sendiri. Wallu alam bi showaf@@@

Madiun , Januari 2018

Priya Santosa

Peneliti , Penulis Alumni SAGUSABU P4TKIPA

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post