Pentigraf ke-24

Tantangan menulis Gurusiana 365 hari [hari ke-11]

.

Saat bulan Ramadan, aku pergi ke luar mengendarai sepeda motor bermaksud membeli es oyen di Alun-alun Wates. Agar rutenya tidak memutari lapangan, aku memutuskan untuk melewati perempatan Pasar Wates, kemudian menyeberangi rel kereta api dan menuju ke alaun-alun, lurus ke arah barat. Di situlah pedagangg es oyen mangkal.

.

Namun, saat akan sampai di perempatan pasar Wates, aku kaget melihat ada banyak polisi dan tentara menghentikan pengendara sepeda motor dan juga mobil. Aku berfikir kalau ada razia polisi. Aku meraba kepalaku dan aku sangat kaget. Aku baru menyadari kalau aku ternyata tidak mengenakan helem, tapi aku mengenakan kopiah. Untuk menghindari tilangan polisi, aku memutuskan untuk putar balik.

.

Saat akan putar balik, seorang polisi menghentikanku dan memberikan satu gekas plastik kolak dan satu kotak nasi untuk berbuka puasa. Ternyata mereka sedang bagi-bagi takjil dan bukan menilang pengendara yang kelengkapan berkendaraannya tidak lengkap. Dia mengatakan kepadaku sambil tersenyum ramah, “Niki kagem buka puasa nggih Pak. Ojo lali, nek numpak motor heleme dingo ya Pak! (Ini untuk berpuka puasa puasa ya Pak. Jangan lupa kalau naik sepeda helemnya dipakai, ya Pak!)”

.

Kulon Progo, 17 Mei 2022