KISAH NABI IBRAHIM HARUS MENYEMBELIH ISMAIL
Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke-106
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Selamat berjumpa kembali dengan hari Jum’at. Hari Jumat ini adalah hari istimewa, karena bertepatan tanggal 10 Dzulhijjah yang dikenal dengan Hari Raya Idul Adha. Saya telah berkomitmen pada diri sendiri selama mengikuti tantangan menulis Gurusiasa setiap hari Jum’at akan menulis kolom Jum’at yang sementara ini masih melanjutkan kisah-kisah teladan, yang disesuaikan dengan peristiwa terkait Hari Raya Idul Adha.
Selamat membaca semoga ada manfaat serta pelajaran yang bisa kita ambil. Saya mendoakan sahabat semua semoga Allah memberikan kepada sahabat hikmah, umur yang barokah, rezeki yang melimpah ruah, segala urusannya dipermudah, dikaruniai anak yang sholih/ah, dan kegiatan menulisnya tetap istiqomah.. Aamiin.
Seri Kisah Teladan ke-10
KISAH NABI IBRAHIM HARUS MENYEMBELIH ISMAIL
Nabi Ismail adalah putra nabi Ibrahim dengan istri mudanya yakni Siti Hajar. Siti Hajar adalah budak yang diberikan oleh Raja Mesir kepada Nabi Ibrahim a.s. Atas persetujuan Siti Sarah akhirnya nabi Ibrahim mau menikahi Siti Hajar.
Ismail adalah merupakan putra yang sudah lama ditunggu-tunggu kehadirannya. Nabi Ibrahim berdoa dengan sangat khusyuk meminta pertolongan kepada Allah SWT. Dalam doa tersebut Nabi Ibrahim memohon untuk diberikan seorang anak yang baik hati dan juga soleh. Dengan segala kebesaran-Nya, doa Nabi Ibrahim akhirnya terkabul.
Siti Hajar hamil, namun, dia menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang sudah lama menikah. Tapi belum juga di karuniai seorang anak. Sekeras apapun Siti Hajar menyembunyikan kandungannya, akhirnya terungkap juga rahasia tersebut. Dari rahim Siti Hajar lahirlah seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Ismail.
Ketika Nabi Ismail masih bayi, Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk membawa isteri dan anak yang sangat disayangi tersebut ke sebuah lembah yang tandus dan tidak ada pepohonan. Selain gersang, di lembah tersebut juga tidak ditemukan penghuni lain sehingga sangat sunyi. Baik Nabi Ibrahim maupun isterinya tidak mengetahui secara pasti apa maksud perintah tersebut. Walaupun demikian, mereka tetap menjalankannya dengan penuh rasa ikhlas dan tawakal semata-mata karena Allah SWT.
Siti Hajar begitu cemas dan sedih ketika Nabi Ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang begitu sunyi senyap, tidak ada orang sama sekali, kecuali hanya pasir dan batu. Seraya merintih dan menangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi ibrahim as sambil memohon belas kasihannya, meminta agar ia tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa, tdak ada seorang manusia sama sekali, tidak ada binatang, tidak ada pohon dan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu. Semenara itu ia masih bertanggung jawab untuk mengasuh anak kecil yang masih menyusu kepadanya.
Suatu waktu, Siti Hajar kehabisan persediaan air minum yang menyebabkannya tidak mampu lagi untuk menyusui Nabi Ismail. Siti Hajar berlari-lari kecil (sa’i) di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari air demi bertahan hidup. Kemudian datanglah pertolongan Allah SWT melalui mata air Zam-zam yang masih ada hingga kini.
Hari demi hari Nabi Ismail tumbuh menjadi seorang anak dengan kepribadian baik, sholeh, dan penyabar. Sifat-sifat tersebut seolah menurun langsung dari kepribadian sang ayah, yaitu Nabi Ibrahim.
Suatu malam, Nabi Ibrahim mendapatkan mimpi yang berupa wahyu dari Allah SWT. Di mimpi tersebut Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih anak laki-lakinya, yaitu Nabi Ismail. Mimpi yang sama ini datang selama 3 kali berturut-turut. Dengan penuh rasa tawakal, Nabi Ibrahim menceritakan seluruh mimpinya kepada Nabi Ismail.
Nabi Ibrahim berkata “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.” (Qur'an Surat Ash-Shaffat ayat 102).
Bukannya bersedih atau takut, Ismail yang juga melihat mimpi ini sebagai perintah Allah SWT pun menjawab dengan penuh kesabaran dan keihklasan,“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Qur'an Surat Ash-Shaffat ayat 103).
Tanpa ragu, Nabi Ismail yakin bahwa ini semata-mata bertujuan untuk menjalankan perintah dari satu-satunya Zat Yang Maha Kuasa. Setelah mendapatkan kesepakatan, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kemudian mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama proses penyembelihan. Setelah semuanya tersedia, Nabi Ibrahim berdoa dengan khusyuk meminta kekuatan kepada Allah SWT.
Nabi Ibrahim mengikat tangan dan juga kaki Nabi Ismail kemudian membaringkannya di atas sebuah lantai. Dengan berlinang air mata, Nabi Ibrahim mencoba menyembelih menggunakan sebilah parang tajam yang telah diasah. Parang tajam yang mengenai Nabi Ismail terus terpental dan sama sekali tidak melukainya. Kemudian Nabi Ismail meminta sang ayah untuk melepas ikatan untuk mempermudah proses penyembelihan. Tetapi tetap saja parang tajam tersebut tidak mampu untuk menyembelih Nabi Ismail.
Kemudian dengan berserah diri kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim pun membaringkan Ismail di atas pelipisnya, setelah itu Allah SWT pun berfirman kepadanya, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik.” (Surat As-Shaffat, ayat 104 -105)
Momen ini berlangsung tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah yang hingga kini diperingati sebagai Hari Raya Qurban. Sehingga hari Raya Qurban untuk mengenang pengorbanan dan ketabahan yang telah dilalui oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Peristiwa ini tentu memberikan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kaum muslimin. Diantara hikmah dari peristiwa ini adalah:
Pertama, kaum muslimin akan mendapatkan cinta Allah SWT jika ia mengikuti jalan Nabiullah Ibrahim AS dengan mengosongkan hatinya hanya untuk Allah SWT, tidak untuk anak yang merupakan belahan jiwa, apalagi dunia yang bersifat fana. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat an nahl ayat 123 : “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”
Kedua, kaum muslimin harus mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berkurban, sebagaimana Allah SWT berfirman : “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah” (al kautsar : 2) dan firman-Nya : “Katakanlah : sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah milik Allah, dan demikian itulah diperintahkan kepadaku dan aku orang yang pertama kali berserah diri” (al an’am : 162-163). Yang dimaksud dengan ibadah pada ayat ini adalah penyembelihan hewan kurban karena untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan inilah yang dilakukan oleh Nabiullah Ibrahim AS yang berusaha mendekat kepada-Nya dengan mengorbankan putera kesayangannya.
Dan hikmah yang terakhir adalah mencari keridhaan Allah daripada keridhaan manusia. Rasulullah SAW bersabda “Janganlah sekali-kali mencari keridhaan seseorang di tengah kemurkaan Allah, jangan pula sekali-kali memuji seseorang diatas karunia Allah, jangan pula mencela seseorang atas apa yang Allah tidak memberi padamu. Sesungguhnya rizki Allah tidak akan digiring kepadamu orang orang yang tamak, dan tidak pula dijauhkan darimu oleh orang yang benci. Sesungguhnya Allah dengan keadilan-Nya menjadi ketenangan dan kebahagiaan dalam ridha dan keyakinan, dan menjadikan sedih dan kedukaan dalam kemurkaan.” (HR.Tabrani)
Kulon Progo, Jumat 31 Juli 2020
Sumber bacaan:
https://abdulazizsetiawan.wordpress.com/2013/04/18/hikmah-dari-kisah-penyembelihan-ismail-as
https://indonesiaberbagi.or.id/keteladanan-pengorbanan-nabi-ibrahim-nabi-ismail-as
https://www.idntimes.com/news/indonesia/sunariyah/asal-mula-iduladha-dan-kisah-nabi-ibrahim-diperintah-sembelih-ismail
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat hari raya idul adha
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail versi pak Pujarsono. Bagus Pak
Selamat hari raya idul Adha ya pak,maaf saya selalu telat berkunjung. Sedikit sibuk, entah aku sok sibuk Yach ,he he. Sukses selalu ya pak pujarsono
Kisah yang bisa menjadi contoh teladan. Trima kasih pencerahannya, Pak
mencari keridhaan Allah daripada keridhaan manusia. Rasulullah SAW bersabda Janganlah sekali-kali mencari keridhaan seseorang di tengah kemurkaan Allah, jangan pula sekali-kali memuji seseorang diatas karunia Allah, jangan pula mencela seseorang atas apa yang Allah tidak memberi padamu. Sesungguhnya rizki Allah tidak akan digiring kepadamu orang orang yang tamah, dan tidak pula dijauhkan darimu oleh orang yang benci. Sesungguhnya Allah dengan keadilan-Nya menjadi ketenangan dan kebahagiaan dalam ridha dan keyakinan, dan menjadikan sedih dan kedukaan dalam kemurkaan. (HR.Tabrani)keren.tulisannya bisa buat kutbah hari ini pak.
Barakallah pak, sangat mengingat kembali di ingatan pak, selamat hari raya Idul Adha