Pupu Masitoh

Saya adalah seorang guru Taman Kanak-kanak di Kota Banjar yang berasal dari Kota Sukabumi. Menulis merupakan bagian di luar zona nyaman saya yang harus b...

Selengkapnya
Navigasi Web
Terima Kasih, Anak ku

Terima Kasih, Anak ku

"Mama... Ayo cepet jemput Aa", begitu lah kebiasaan anak bungsu saat berpisah dengan kakak laki-lakinya. Walaupun baru setengah hari tapi rasanya sudah seperti sebulan mereka tak bertemu. Ia terus merengek minta menjemput kakaknya yang sedang diajak bermain oleh tantenya. Setelah dirasa hujan reda, karena siang ini hujan turun tanpa permisi, akhirnya aku bersiap mengajak anak bungsuku untuk pergi menjemput kakaknya sekaligus juga bapaknya yang sedang bekerja di kebun karena motor yang biasa dipakai suamiku itu sedang dipinjam oleh adiknya.

Sesaat sebelum berangkat, karena waktu masih menunjukkan pukul 15.05 sore, biasanya sebentar lagi waktu Ashar, sambil shalat Ashar aku biasanya memasak nasi untuk menyambut suamiku pulang. Tapi karena rengekan anak bungsuku, tak sempat aku untuk beraktifitas di dapur terlebih dahulu. Tanggung sebetulnya karena hanya tinggal hitungan menit lagi ke waktu Ashar tapi Rohman, anak ku yang paling cerewet itu sudah tak dapat duduk dengan tenang ingin segera pergi menemui kakaknya. Akhirnya aku berpesan pada putriku yang paling sulung, Puri namanya, usia nya baru sebelas tahun. "Teh, nanti kalau mamah agak lama perginya, tolong bantu beres-beres di rumah ya". Dengan santai seperti biasa ia pun menjawab "iya mah"Maka berangkatlah aku dengan Rohman menggunakan sepeda motor yang biasa kami gunakan. Namun, setibanya di lokasi, suami ku belum selesai pekerjaan nya, kakaknya Rohman pun, Latif namanya belum juga sampai di rumah tantenya tersebut.

Akhirnya karena khawatir akan pulang lebih sore, suamiku pasti sudah lapar saat nanti pulang ke rumah, aku pun berinisiatif menelpon putri sulungku, " Teh, kalau bisa masak nasi ya nak, berasnya ada di tempat biasa, soalnya mamah agak sore sepertinya baru bisa pulang, bapak belum beres. Latif juga belum pulang". Rupanya anakku kaget dimintai tolong untuk masak nasi karena ia sama sekali belum pernah memasak nasi sebelumnya, "Teteh ga bisa mah kalau masak nasi. Ini ada tempe teteh goreng aja ya. Kalau nasi nya nanti aja deh sama mamah". Setelah mendengar jawaban tersebut, karena paham anakku memang belum pernah memasak nasi aku pun memaklumi dan tidak memaksakan. Tak apalah nanti bapaknya anak-anak supaya sabar sebentar ketika pulang nunggu dimasak dulu nasinya, begitu pikirku. Namun, alangkah kagetnya saat pulang ke rumah, menjelang magrib, anak-anak yang perempuan sudah berangkat ke mesjid untuk mengaji. tapi di dapur sudah tersaji nasi hangat, tempe mendoan, dan sambal. Untuk usia anak sebelas tahun, yang tidak pernah dikhususkan belajar memasak, hanya bermodalkan ia sering melihat dan membantu orang tuanya di dapur, ia berhasil membuat ibunya ini meleleh dengan karyanya. Untuk orang dewasa mungkin itu sangat sederhana, tapi untuk anak usia sebelas tahun seperti anakku itu adalah karya yang patut diacungi jempol. Terima kasih, anakku. Ia sudah paham kita harus saling membantu di dalam satu keluarga. I love you, my sunshine...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post