Kesopanannya, wibawanya, serta kedekatannya dengan sang maha pencipta. Membuat sosok Putra begitu menenangkan bagi Rara.

Sayangnya Rara tidak lagi percaya dengan cinta setelah bertahun ia mencoba mengobati lukanya. Kini Rara jauh lebih bijaksana menaruh hatinya. Ia tidak ingin dirinya terjebak dengan cinta yang membuat ia terpuruk dan remuk. Rara mengabaikan rasa itu yang mulai tumbuh untuk Putra.

Tetapi satu tahun, berselang Rara pun semakin dekat dengan Putra. "Ra, kita sudah melampaui batas sebagai seorang senior dan junior. Sepeti kamu tau, di UKM kita, kedekatan seperti ini tidak boleh terjadi. Sebaiknya kita batasi diri kita Ra." tulis Putra melalui pesan yang dikirimnya lewat line.

Sontak Rara cukup terkejut. Tetapi ia mencoba biasa saja sebab dari awal Rara sudah membentengi hatinya. Dengan santai Rara membalas "iya bang, Rara pun ngerasanya gitu, ga enak juga sama yang lain. Soalnya rara masih baru juga di sini".

Lalu keduanya memutuskan untuk tidak lagi berkomunikasi lebih dekat. Mereka hanya sebatas senior dan junior di sebuah UKM yang dipupuk rasa kekeluargaan yang kental.

Tapi, Putra tidak mampu menahan dirinya. Dua bulan setelah pesan itu ia kirim, mereka kembali berkomunikasi. Anehnya semua itu membuat mereka hari ke hari semakin dekat. Rasa pun tak dapat terbendung.

Langit sore mulai gelap, pertemuan akan segera berakhir hari ini. Putra dengan yakin mengutarakan sesuatu. Sebelum terlambat, tanpa pikir panjang Putra menyampaikan keinginannya untuk menikahi Rara, "Ra, di usia bang yang hampir menginjak 28 tahun ini, kamu mau menemani hari-hari abang dan melengkapi kekurangan abang?".

Rara terdiam, tidak mampu berkata apa-apa. Ia sangat kaget, kepalanya panas, dadanya pun sesak. Dia hanya ingin pulang secepatnya.

****

Bersambung