Puspa Anggraheni

Biografi S. Puspa Anggraheni , Purbalingga I Purbayasa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Apa yang Kau Berikan, Itulah yang Akan Kau Terima

Apa yang Kau Berikan, Itulah yang Kau Terima

Pagi ini jadwal aku renang. Renang bagiku tak sekadar olahraga biasa. Meski dulu sangat aku takuti, sekarang terbalik 180 derajat. Renang sudah menjadi kebutuhan primer. Kenikmatan yang luar biasa yang masih bisa kunikmati. Selain menyembuhkan syaraf kejepit ( kata dokter). Ternyata di kolam inilah kujumpai banyak sekali pasien dengan keluhan sakit. Dari syaraf kejepit, lulut keropos bahkan struk.

Bertemu mereka, memacu semangatku untuk berbagi. Seperti tadi pagi, kujumpai seorang ibu tengah baya berendam duduk di pojok persis di ujung saluran air dari mata air. Awalnya kukira sedang istirahat usai berenang di kedalaman tiga meter.

Rupanya ibu ini belum bisa berenang. "Ibu, usai dari sana ya?" (aku menunjuk area yang dalam), sapaku sambil tersenyum.

Benar feelingku, senyum pasti berbalas senyum pula (baca hukum alam). Akhirnya dengan mudah kudapatkan informasi bahwa ibu tersebut sakit struk. Tangan kanannya tidak berasa dan tidak bisa gerak. Setiap hari ke kolam dan langsung duduk di pojok dekat mata air, hanya kaki yang bisa dia gerak-gerakkan.

"Apa ibu ada rasa khawatir tentang sesuatu?" Tanyaku sambil mengamati bahasa tubuhnya. Dia geleng-geleng kepala, namun wajahnya tampak menegang. Aku tahu dia sedang menyembunyikan sesuatu.

"Konon kata para ahli kesehatan, penyakit yang dirasakan oleh kita, lebih banyak disebabkan oleh pikiran", begitu kataku sambil masih mengamati wajahnya.

Jika pikiran dan hati selalu gembira, dijauhi penyakit, kata para pakar .

Anehnya, tiba-tiba dia menunduk dan raut wajahnya nampak sedih.

Dengan lancarnya bercerita bahwa tetangganya sering mengejek, karena sakitnya.

"Bu...tanggapi dengan santai ( relaks) saja.

Dia berkata", Saya sering jalan-jalan, refresing juga".

"Ibu..., sering jalan-jalan tidak menjamin hati ibu nyaman. Sering wisata tidak selalu menjadi bahagia". Kataku sambil siap-siap balik berenang ke timur. Rupanya ibu tadi berat kutinggalkan.

"Maksudnya begini Bu, jika kita bisa nyaman dengan sesuatu yang tidak kita sukai, di mana pun dan dalam keadaan apa pun akan tetap bahagia".

Contohnya tadi, tetangga ibu yang mengejek, mengghibah ibu, artinya mereka yang salah. Jika ibu memaafkan mereka, hati ibu yang lega (nyaman). Jangan biarkan hati kita sedih oleh kesalahan orang lain.

Intinya"bahagia itu bukan di wisata, banyak uang, materi melimpah, orang lain (suami, anak dll), tetapi di dalam hati kita sendiri". Kulihat wajahnya ceria dengan senyumnya.

Subahanallah...hatiku pun ikut bahagia melihatnya. Lalu aku pamit untuk renang balik ke utara.

Ketika aku selesai bilas, dia sudah di depanku. Tampak berseri-seri. Oohhh...begitu cepatnya berubah, dari pucat dan lesu sekarang sudah beda.

"Sampai jumpa lagi ya Bu, begitu kataku sambil melempar senyum perpisahan. Dia menanyakan jadwal renangku, rupanya menunggu bisa kembali bertemu.

Kolamrenangtirtoasri29-1-2019.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Realita yang sangat menginspirasi asa ku yang sering tak tertuang dalam tulisan .... semoga dengan membaca cerita pendek ini memacu semangatku

29 Jan
Balas

Aamiin...insyaallah bunda, krn dlm hdp ini akan byk menjumpai hal2 yg tdk kita sukai...semangat yaaaa

29 Jan



search

New Post