Puspa Anggraheni

Biografi S. Puspa Anggraheni , Purbalingga I Purbayasa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Belajar dari Semut

Belajar dari Semut

Suara itu lembut terdengar. Titik-titik air jatuh di atas genting. Perlahan susul menyusul lentur bagai liukan tubuh penari balet.

Kupandangi setiap tetesnya. Setiap tetesnya yang mungil mampu menumbuhkan bebijiaan hingga tumbuh dan berkembang.

Sebuah keajaiban yang sering luput dari pengamatan. Semut-semut kecil kedinginan. Mereka saling mencari dan akhirnya bertemu. Persamaan rasa dan nasib menjadikan mereka ingin berjuang bersama.

Tanpa perintah, semua berkumpul dan berjalan beriringan melewati lorong-lorong yang gelap.

Tangan saling berpegagan, menghilangkan ketakutan oleh gelapnya lorong.

Tak ada cemoohan, gunjingan apalagi menjelekkan teman. Semua saling memegangi tangan teman agar tetap bisa berjalan di jalan yang sempit itu.

Mulut- mulut mereka tertutup. Tetapi batin mereka berdoa untuk keselamatan dirinya dan semuanya.

Jika lengah sedikit saja ada celah diantara mereka, pastilah tergelincir hayut oleh aliran air hujan itu. Barisan semut telah saling menghangatkan tubuh mereka sehingga tidak kedinginan lagi.

Sampailah di tempat yang aman mereka berhenti dan beristirahat. Mereka berhemat energi dengan tetap tenang. Sang pemimpin mengajak semua semut untuk tidur. Sebelum tidur mengucapkan doa terimakasih kepada Tuhan. Pikiran membayangkan esok hari hujan berganti terang. Kita ke luar bersama melihat mentari bersinar cerah. Kita bekerja sama dan mampu membawa makanan. Karena dengan bekerja sama kita bisa mengangkat beban yang jauh lebih besar dari tubuh kita.

Semua mendengarkan sambil menganggukkan kepala. Tangan-tangan mereka bersedekap dan mulai memanjatkan doa dan afirmasi.

Semua terlelap dalam kebahagiaan. Sang pemimpin bangga memiliki warga yang kompak dan taat padanya.

Pagi yang cerah, semua bangun dan bersujud bersyukur masih diberi hidup. Mereka menyusuri lorong dengan secercah cahaya mentari yang masuk lewat lorong.

Semangat bekerja sama. Membentuk kelompok ada yang ke timur, ke barat, ke utara, dan ke selatan sesuai tupoksi masing-masing. Itulah bekerja sama yang sesungguhnya. Bekerja sama bukanlah bekerja bersama-sama dalam tempat yang sama. Lebih dari sekadar itu, namun tanggungjawab pribadi untuk sebuah cita-cita.

Contohnya, semut ini...sore hari berkumpul di tempat ini mampu membawa makanan jauh lebih besar dari tubuhnya karena beban digotong bersama. Menuruni kembali lorong yang gelap, namun tetap bergandeng tangan. Tetap berjalan meski berat dan gelap karena melihat dengan hati tulus lebih indah dari keadaan yang sesungguhnya.

Melihat dengan hati. Karena kadang kaca mata buram oleh embun sehingga kurang adil menilai teman. Hanya dengan hati yang tulus yang bisa melihat semua di luar dirinya dengan damai.

Menempatkan dirinya menjadi diri orang lain. Kuncinya menahan diri dari ucapan yang jika diucapkan untuk dirinya tak mau menerimanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul sekali ... semut juga tidak saling mendendam ketika dalam satu koloni ketika bertemu saling bertegur sapa dengan cara berhenti dan bertemu entah apa maksudnya tapi kutahu setelah berhenti sejenak lalu melanjutkan perjlnan masing2

17 Mar
Balas

Yayaya...hanya Allah dan Nabi Sulaiman yang mengetahui bahasa hewan...mksiihh kunjungannya.

17 Mar



search

New Post