Cover Ajaib

Awalnya terkesan biasa saja. Seperti gambar dua dimensi. Jika yang melihat hanya sepintas lalu. Anehnya cover ini bisa terlihat berbeda tergantung suasana hati siapa yang melihatnya.

Jika yang melihat hatinya gemrungsung, cover ini seperti air terjun dari tebing yang tinggi jatuh sehingga berbuih warna putih.

Jika yang mengamatinya dengan hati yang tenang, tampak kelap kelip seperti bintang yang menerangi bumi menjadi terang.

Jika yang mengamatinya sepasang suami istri sedang terbuai kerinduan, seperti hujan gerimis yang menjadikan suasana romantis.

Begitulah berbagai komentar tentang cover buku saya keenam dengan judul "Tercurah". Saya tidak menduga sebelumnya, jika sekarang diapresiasi sangat baik oleh masyarakat.

Tidak hanya masyarakat pendidikan, ada dari dinas kesehatan. Beliau seorang dokter yang peduli dengan pendidikan. Beliau peduli dengan kesehatan siswa sekolah kami.

Sebenarnya buku ini mengandung dua makna. Pertama, menghargai perasaan dan pemikiran siswa. Saya jadi mengerti apa yang mereka pikirkan tentang sekolah. Juga apa yang mereka rasakan selama dalam asuhan guru dan bergaul dengan warga sekolah. Sungguh di luar prediksi saya, ternyata dari 35 siswa mereka memiliki cerita yang berbeda. Benar-benar membuka mata saya sebagai pendidik.

Kedua, makna bagi saya pribadi. Saya sedang mempraktikan sebuah teori, bahwa" prasangka yang kita fokuskan menjadi fakta sebenarnya".

Setiap hari saya mencoba dan mengamati perilaku para siswa. Saya catat setiap ada perubahannya. Ada siswa yang usianya 17 tahun di kelas enam. Karena empat kali tidak naik kelas.

Jika dinilai secara logika, anak ini akan kesulitan mengerjakan soal ujian tahun ini yang secara kualitas lebih sulit dari tahun yang lalu.

Soal objektif dengan tingkat penalaran yang tinggi. Ditambah dengan soal uraian yang menuntut penjelasan. Sungguh bagi anak tersebut sebuah beban berat.

Saya mencoba dengan terapi penerimaan diri dan menentukan citra diri. Menerima diri apa adanya, tanpa perlu iri dan dengki dengan kelebihan teman lain. Menentukan citra diri yang yakin bisa dilakukannya. Langkah-langkah memasukkan citra diri sangat sederhana dan bisa dilakukan oleh semua orang.

Di kelas saya dengan cara berikut ini. Sebelumnya saya meletakkan cermin besar di tembok dekat papan tulis. Agar setiap siswa bisa dipantau.

Setiap pagi sebelum meletakkan tas bercermin menatap wajahnya sambil afirmasi citra dirinya.

Citra diri harus dipilih dan ditentukan sendiri. Saya hanya menuliskan beberapa citra diri yang saya pajang.

Siswa tadi memilih, saya anak santun, saya cantik, saya berbakti pada orangtua, saya menerima diri saya apa adanya.

Sangat sederhana memang, namun hasilnya luar biasa. Dia menjadi tidak minder meskipun badannya besar dengan kondisi kurang menguntungkan bagi orang yang melihat hanya dengan mata telanjang.

Bersyukur saya, melihat perkembangannya setiap hari. Dia berani dan mampu menjawab pertanyaan saya sesekali.

Saya mencoba memberi pertanyaan dengan penalaran, sedikit demi sedikit ada yang nyambung.

Pada pamungkasnya, dia mampu mendapatkan jumlah nilai SHU 180,0 sehingga rata-rata 6,0. Bagi saya sebagai guru kelasnya sungguh sangat bangga dengan keberhasilannya. Begitulah cerita salah satu siswa saya. Di buku "Tercurah" ini ada 37 buah cerita yang berbeda sesuai fakta setiap siswa.

Keberhasilan sekolah kami menjadi peringkat I tingkat korwilcam yang ke-10 kali ini merupakan karunia Allah semata. Allahlah yang memahamkan mereka, hanya Allah pulalah yang bisa membolak-balik hati setiap manusia.

Selamat jalan anak-anakku, insyaallah buku itu sebagai hadiah terindah bagi kalian dan ibu.