Rasamu Adalah Doamu

Tubuh kita dilengkapi berjuta piranti yang berguna dalam menjalani fase kehidupan. Salah satunya adalah perasaan atau feeling. Konon para ahli neurosaintis mengatakan perasaan kita bekerja 5 kali lebih hebat dari pikiran kita.

Benarkah perasaan yang kita beri emosi kuat akan mewujud? Dalam tuntunan Agama Islam "Allah sesuai persangkaan hambanya".

Maknanya, jika perasaan kita negatif atau berprasangka buruk, maka keburukan itulah yang akan datang. Sebaliknya jika perasaan kita selalu positif, berprasangka baik maka kebaikan itulah yang kita dapatkan.

Wow keren bukan? Sayangnya kita sering lupa. Ketika menghadapi sebuah kejadian yang tidak sesuai harapan langsung berprasangka buruk meski tanpa disadari.

Berikut ini salah satu dari fakta "perasaanmu adalah doamu" yang saya alami saat ini.

Satu tahun yang lalu, di akhir tahun pelajaran, saya berseloroh di ruang guru. Kayaknya selama setahun berkutat dengan tugas mengajar dengan jadwal yang padat. Sehingga kadang kurang waktu untuk bercengkrama dengan teman guru satu sekolah. Maka saya munculkan ide untuk wisata khusus guru. Naik kereta dari Purwokerto turun di Surabaya.

Gayung bersambut, pada saat itu semua setuju dan tertarik dengan usul saya. Enam bulan berikutnya sudah berubah, dengan berbagai persepsi teman-teman memberi alasan, meski masih tetap berharap ada momen kebersaamaan.

Menjelang ujian kurang tiga bulan, kegiatan itu akan dilaksanakan. Ada yang memilih ke Dieng, ke Jogja. Saya sendiri meminta jika dilaksanakan sebelum ujian, saya minta yang dekat saja. Hal ini karena saya harus menjaga kondisi agar tetap sehat dan bugar menemani anak-anak ujian.

Berbagai kendala muncul, kegiatan seakan tak bisa diajak kompromi. Berbagai lomba, TO (Try Out), PTS (Penilaian Tengah Semester), PAS (Penilaian Akhir Semester ) dll sepertinya telah memupuskan harapan dilaksanakan wisata dalam waktu dekat. Selain jadwal yang padat, setiap mulai diskusi tak jua menyatukan pendapat.

Saya pribadi tetap enjoy. Keinginan naik kereta ke Surabaya biarlah menjadi angan dan terbang bersama mimpi yang indah.

Saat ini saya sedang fokus mengantar siswa siap menghadapi ujian. Kegiatan ini lebih bermakna bagi 35 siswa. Gagal wisata naik kereta tak mengapa. Jadi tak terpikirkan yang lain selain mengatur kegiatan saya agar bisa memberi pelayan prima untuk para siswa. Semua keinginan pribadi saya tunda dahulu, toh usai ujian masih banyak waktu pikirku.

Hari Sabtu menjelang PAS hari Senin, saya memotivasi siswa. "Anak-anak, kalian harus bisa menerima dengan senang hati apa pun yang sedang terjadi, karena Allah selalu memberi yang terbaik, jaga kesehatan ", begitu pesanku.

Sabtu malam, usai salat Maghrib mendapat kabar untuk mengikuti bintek (bimbingan teknik) tentang masalah guru yang sedang booming yaitu Publikasi Ilmiah. Alhamdulillh...usai salat istikharoh akhirnya saya putuskan bersedia mengikuti. Bertepatan kegiatan PAS Senin -Jumat, saya berangkat dengan naik kereta ekskutif ke Surabaya. Persis yang saya imajikan satu tahun yang lalu.

Di Kereta Ranggajati, saya sedang membuktikan bahwa Allah izinkan dengan cara-Nya yang tak bisa dilogika. Bersyukur saya mendapatkan kesempatan belajar yang langka, bersama teman-teman dari Sabang sampai Merauke.

Pulang membawa semangat baru dan masih dua Minggu beradu dengan waktu. Mengisi hari menyiapkan siswa ujian meraih mimpi-mimpi. Kerinduan pada siswaku sebentar lagi kan terobati.

Terimakasih Bapak Ketua dan Bapak Wakil Ketua PGRI Kabupaten Purbalingga yang memberi kesempatan kepada saya mengikuti pembelajaran yang sarat pengalaman ini. Semoga esok saya dapat berbagi merajut arti bagi negeri dengan rekan- rekan kami insyaallah.