A. Puspitaning G.D.L

Staf pengajar di SMP/SMA Kristen Kanaan Cianjur ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMBACA SEBAGAI NAFAS HIDUP

MEMBACA SEBAGAI NAFAS HIDUP

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Taufik Ismail pernah mengatakan, “Kita adalah generasi nol buku” karena menurutnya, sejak tahun 1950 para siswa dan mahasiswa tidak pernah diwajibkan membaca buku. Bahkan Taufik Ismail pernah membandingkan budaya baca di kalangan pelajar saat ini. Ia menyebutkan, rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 buku, sedangkan Indonesia nol buku.

Melihat kenyataan tersebut, tentu saja sangat memprihatinkan. Di era teknologi informasi ini orang lebih suka berlama-lama menatap gadget untuk berinteraksi di media sosial dibandingkan membaca buku. Bahkan para pelajar paling malas membaca artikel, materi pelajaran bahkan soal-soal yang panjang. Kemudahan mencari informasi di internet juga menjadi salah satu sebab malasnya orang membaca buku. Tidak salah jika kita mencari informasi di internet karena sangat mudah dan sangat cepat mendapatkan. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua informasi yang tersaji di internet berasal dari sumber yang terpercaya. Kemudahan informasi yang didapat tanpa dibarengi dengan pengetahuan yang akurat seringkali membuat orang sangat mudah terprovokasi dengan informasi yang ada. Oleh karena itu membaca adalah salah satu cara menghindarkan kita dari berita-berita dan informasi yang tidak benar.

Bagaimana menghilangkan anggapan bahwa kita adalah generasi nol buku? Untuk menghilangkan anggapan tersebut, kita harus mulai dengan menumbuhkan minat baca di kalangan anak-anak. Tidak mudah menumbuhkan minat baca itu. Kebiasaan membaca harus dimulai sejak dini. Anak-anak mulai diperkenalkan dengan membaca hal-hal yang sedehana sehingga minat dan kecintaan mereka terhadap buku mulai tumbuh. Hal ini harus dibarengi dengan pembiasaan yang dimulai dari diri kita sendiri. Sebagai orang yang lebih dewasa, kita harus bisa menjadi teladan bagi anak-anak. Karena itu peran orang tua sangat penting dan menentukan minat baca anak.

Banyak hal yang kita dapatkan dari membaca buku. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, manfaat dari membaca buku diantaranya adalah membaca buku dapat meningkatkan imajinasi, mengembangkan critical thinking (cara berpikir kritis), meningkatkan kreativitas, dapat meningkatkan otak Anda, membaca buku dapat menghilangkan stress dan buku dapat memotivasi Anda. Dengan melihat begitu banyaknya manfaat membaca buku yang bisa kita dapatkan, tidak salah jika kita terus berusaha agar minat baca di kalangan anak-anak dan generasi muda kita meningkat. Dengan membaca buku wawasan dan pengetahuan kita juga bertambah. Buku membuka cakrawala ilmu kita sehingga makin banyak hal yang kita dapatkan untuk menghadapi dunia yang makin cepat berubah.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, kita tidak hanya dapat membaca dari buku cetak namun juga dapat membaca buku-buku digital yang tentunya lebih mudah diakses dan menarik bagi generasi muda. Saat ini telah banyak pula lembaga-lembaga pendidikan/sekolah/kampus dan perpustakaan umum yang menyediakan perpustakaan digital, sehingga dibandingkan bermain media social akan lebih bermanfaat jika kita membaca buku digital yang sarat ilmu.

Sekolah/lembaga pendidikan dapat juga membuat gerakan untuk menumbuhkan minat baca seperti membuat jadwal kunjungan ke perpustakaan dan membaca untuk setiap kelas atau jika menggunakan perpustakaan digital siswa diberi kesempatan untuk membaca buku digital. Memberi penghargaan kepada siswa yang membaca buku terbanyak dalam tiap periode waktu tertentu dan siswa secara bergantian menceriterakan kembali apa yang sudah dibacanya dari resume yang dibuat. Selain itu sekolah juga bisa membuat kebijakan yang mewajibkan siswa untuk membaca sejumlah buku tertentu dalam satu tahun ajaran untuk mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara lain.

Dengan kebiasaan membaca, lama kelamaan membaca akan menjadi suatu kebutuhan seperti halnya kita bernafas. Setiap hari kita bernafas untuk bisa hidup. Membaca sebagai suatu kebutuhan menjadi nafas kita untuk melanjutkan kehidupan, menjadi sumber informasi bagi solusi-solusi masalah kehidupan yang terjadi. Sebagai nafas untuk kehidupan, membaca akan kita lakukan setiap hari dan terus-menerus. Hal ini bisa kita sebarkan ke banyak orang sehingga kebiasaan membaca akan membudaya di semua kalangan. Dengan demikian sedikit demi sedikit akan meningkatkan literasi kita yang saat ini juga tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Ayo membaca karena buku adalah jendela dunia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post