Senangnya hati sepulang ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman seperjuangan. Saking senangnya, saya tidak terlalu memperhatikan tanda-tanda alam. Padahal saya lihat, langit sudah mulai mendung. Namun hati tetap positive thinking dan tenang. Di bagasi ada jas hujan koq. Kalau hujan di tengah perjalanan, saya bisa menepi dan memakai jas hujan.

Eh, benar saja. Hanya selang lima menit, hujan mulai turun. Belum deras. Saya menepikan motor yang saya kendarai. Dua anak saya suruh turun dahulu. Kami bersiap memakai jas hujan dan membuat posisi yang nyaman jika di tengah perjalanan hujan deras. Ternyata benar. Dua puluh menit berikutnya sungguh perjalanan penuh drama. Anak bungsu yang duduk di depan saya pun tertidur di perjalanan. Alhamdulillah kami kemudian sampai di rumah.

Baru saja menjejakkan kaki di rumah, anak yang besar melaporkan bahwa sandalnya terlepas di perjalanan. Hujan pun mulai reda. Saya teringat bahwa uang tunai di dompet saya habis. Saya izin kepada anak-anak keluar rumah untuk ke ATM, sekalian melihat sandal anak yang terjatuh tadi. Siapa tahu masih rezeki. Jas hujan bekas pakai tadi sudah saya gantung. Timbul perasaan malas membawa jas hujan. Saya pikir “ah, sepertinya hujannya sudah selesai dan gak akan hujan lagi”. Saya pun melajukan motor menuju ATM. Dan Ketika menunggu antrian di dalam ATM, “byuurr….”. Hujan turun kembali dengan derasnya. Saya pun hanya termenung melihat guyuran hujan di luar ATM.