Pertemuan kedua pelatihan menulis melalui WA Group diisi oleh narasumber keren, Bapak Dedi Dwitagama. Pak dedi ini seorang guru yang mengajar di SMKN 50 Jakarta. Beliau menyebut dirinya sebagai pendidik, pemimpi makin banyak anak negeri yang berani berkompetisi & jadi pemimpin. Seorang Blogger sukses yang telah berhasil meraih mimpi-mimpinya memmpengaruhi semakin banyak orang bermimpi dan bergerak untuk merealisasikan mimpinya. Blogger yang telah mempunyai personal branding yang kuat.

Perkenalan diawali dengan memamerkan brandingnya di Gooooooooooogle. Ketika googling Dedi Dwitama, muncul berbagai akun media sosialnya, blog-blog yang dikelolanya, dan berbagai karya publikasi yang dibuat dan dimuat di berbagai blog tersebut. Tepat sekali jika Pak Dedi akan menyampaikan materi tentang merawat motivasi mengelola atau menulis di blog.

Diskusi sangat menarik. Beliau memaparkan sejarahnya nge-blognya pada 2005 dan terus berlanjut. Pak dedi ini tidak memiliki waktu khusus untuk menulis di berbagai blognya. Menulis bisa kapan saja dan dimana saja. Menulis bisa kapan saja, sambil menunggu rapat, saat menjemput anak, istri, di parkiran, mengantar istri ke pasar, menunggu jadwal pesawat, juga saat menjemput anaknya pulang sekolah.

Mengapa Pak Dedi bisa melakukan itu semua? Itu dilakukannya karena melalui blog, bisa melakukan dan mengungkapkan hal-hal yang tidak terungkap di sekolah atau di kelas. Blog lebih leluasa untuk mengungkapkan berbagai hal. Menceritakan perasaan hati, mengungkapkan kesan bahkan mengirimkan foto dengan berbagai komentarnya. Ide ini diperoleh dari jurnalis profesional yang punya artikel dan tak bisa di terbitkan di medianya karena bertentangan dengan misi media tempagnya bekerja. Melalui blog juga bisa melakukan promosi tentang sekolahnya dan pekerjaan-perkerjaan sampingan yang tentunya menambah saldo tabungannya.

Lalu bagaimana mengatasi berbagai kesulitan menulis di blog? Peserta menyampaikan berbagai kendalanya seperti takut dibilang pamer, tidak bisa fokus, tidak ada rekan untuk ngeblog, tidak ada waktu sampai perasaan was-was jika tulisannya masih amatiran. Sangat sederhana ide pak Dedi untuk mengatasi masalah tersebut. Tulis saja apa yang kita rasakan, apa yang kita pahami, apa yang kita ketahui dan jangan pikirkan tanggapan orang lain sepanjang itu tidak menyinggung SARA. Misalnya yang hobi memasak, unggah foto masakan yang dibuat berikan informasi dan komentar singkat lalu upload di blog. Mengenai kualitas tulisanjangan terlalu khawatir. Kritik dan masukan dari pembaca jadikan bahan latihan untuk penyempurnaan tulisan di masa yang akan datang. Kalau kita sebagai guru, setiap hari tuliskan berbagai hal baik yang terjadi di sekolah. Praktik baik pembelajaran, sikap dan prilaku semua warga sekolah. Prestasi siswa dan berbagai foto aktivitas warga sekolah yang produktif tulis dan upload di berbagai blog dan media sosial dengan pengantar dan penjelasan singkat. Hal itu menjadi nilai tambah dan personal branding yang kuat bagi sekolah. Juga dapat meminimalkan hal-hal negatif tentang sekolah kita.

Jadi untuk menjaga motivasi menulis di blog ada tiga rahasia dan resepnya. Rahasia pertama adalah menulis. Rahasia kedua adalah menulis. Rahasia ketiga adalah menulis. Menulis dan menulislah setiap saat dan setiap kesempatan. Tulislah apa yang menjadi kesenangan dan membeirkan motivasi untuk selalu menjadi lebih baik tentang berbagai hal yang dilakukan, dirasakan dan dialami. Lakukan terus dan terus dengan cinta dan kecintaan mendalam pada apa yang dilakukan sehingga akan tumbuh rasa cinta pada apa yang dilakukan dan melakukan apa yang dicintai.

Terima kasih pak Dedi semoga diskusi malam ini memberi bara pada jemari ini untuk senantiasa menekan tuts mengungkapkan isi hati dengan cinta.