Kak Puputnya Aiz

AKU RUMAH KETIKA ENGKAU MENJADI PENGEMBARA (30 Mei 2017 / @PutyAisy) PEREMPUAN BIASA YANG BERIKHTIAR MENJADI PEREMPUAN YANG DICEMBURUI BIDADARI SURGA Tak kena...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENJADI PELAYAN TAMU ALLAH ????

PELAYAN TAMU ALLAH 💕

Sai di putaran keempat, saya melihat wajah Bapak dan Ibu yang sudah kelelahan. Gandengan lebih saya eratkan, Ibu di sisi kiri, Bapak di sisi kanan. Kedua tangan mereka saya kempit di bawah lengan saya.

Rombongan masih meneruskan prosesi. Audio Hajj yang dipasang di telinga kami masing-masing membantu apa yang disampaikan muthowif kepada kami. Meskipun jaraknya berjauhan.

Tiba-tiba Bapak ribet dengan baju ihramnya, yang mau melorotlah, yang inilah, itulah. Ibu yang melihat rewelnya bapak, berkomentar ini dan itu. Saya menjelma guru TK yang mendamaikan muridnya.

Headset yang ada di telinga Bapak dan Ibu satu-persatu jatuh, butuh waktu untuk membenarkannya kembali. Saya mengajak mereka berdua lewat di jalur tengah, sedikit berjauhan dari rombongan.

Sampai di perjalanan menuju bukit Marwah, Bapak bingung dengan ihromnya lagi. Kami pun berhenti. Saya membenarkan sabuknya, tiba-tiba tanpa disadari, air deras mengucur dari balik kain ihrom.

Ya Allah, Beliau pipis dan berceceran di bawah kami. Laki-laki yang lewat di samping kami mengajari saya untuk ngepel dengan bahasa yang saya tidak paham.

Saya menarik slayer, dan meminta tolong Ibu untuk mengambilkan air zam-zam di depan kami. Saya mengepel lantai dengan slayer, dan mensucikan lantainya. Kemudian membasuh kaki Bapak, merapikan kain ihram Beliau kembali.

Ibu yang dari awal sudah ingin menasehati Bapak tentang ini dan itu, tapi saya stop untuk tidak rame masalah apapun. Guru TK, iya guru TK, ujian di Tanah Haram ya seperti ini hihi 😂

Kemudian kami melanjutkan perjalanan, suara audio hajj sudah hilang. Rombongan sudah jauh dan saya memandu beliau berdua dengan bacaan sai seperti saat manasik haji cilik murid-murid saya.

Proses Sai adalah proses panjang yang melelahkan, di lantai 2 itu naik bukit begitu terasa, dan akhirnya putaran ketujuh terlampaui. Alhamdulillah.

Usai proses tahalul, saya peluk Bapak dan Ibu, mirip drama Korea, tangis kami pecah. Alhamdulillah, lega rasanya. Lelah ini terbayar sudah.

Bagi saya, ini umrah special. Jika umrah sebelumnya saya banyak dilayani oleh anak dan suami saya, kali ini kondisinya berbalik 100%.

Menjaga dua kesayangan kami, Ibu dan Bapak yang sudah sepuh, harus sering-sering meluruskan niat. Kapan lagi bisa menjadi pelayan mereka, tamu Allah yang kebetulan adalah orang tua saya.

Ya Allah, tiada yang saya harapkan di antara banjirnya air mata ini selain ridho-Mu.. 😭😭😭

Mekkah, 12 Desember 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah dahsyat

06 Jan
Balas

Matur nuwun Suhu..

16 Jan

Alhamdulilah bu...masih bisa mendampingi ke dua orang tua umroh. Tidak seperti saya, hiks....

06 Jan
Balas

Matur nuwun sdh mampir di akun saya Bunda..

16 Jan

Ladang pahala yang sangat subur. Pasti, mencapai mardhatillah.

06 Jan
Balas

Aamiin yaa Ribbal alamiin

16 Jan



search

New Post