WANGI NAMIRA MENGUNDANG AIR MATA

Destinasi wisata religi Namira mengundang penasaran kami. Beberapa rekan dan kerabat yang pernah kesana bercerita tentang keindahannya.

Ada yang bercerita kalau masjid yang berada di Lamongan ini arsitekturnya mirip Masjidil Haram. Oya? Ada juga yang bercerita bagaimana rapinya manajemen Namira ala Masjid Jogokariyan Jogjakarta.

Hari itu, mengawali September 2017. Usai sholat Idhul Adha di Gresik, kami sekeluarga meluncur ke kota Lamongan untuk mengunjungi Masjid Namira.

Masuk parkiran saya masih belum menemukan sesuatu yang istimewa. Bahkan sampai melihat masjid saya rasa biasa-biasa saja. Pikir saya, dimana cerita orang-orang tentang arsitektur Masjidil Haram? Hadeeh, benerlah kalau yang cerita belum pernah menginjakkan Masjidil Haram wajar kalau berandai-andainya seperti itu.

Masjidnya pun tak begitu luas. Masih lebih luas masjid Al Akbar di Surabaya. Dinding-dindingnya juga biasa, kacanya pun masih lebih cantik kaca masjid Unair kampus C. Saya masih penasaran, apa yang membuat masjid ini demikian booming di sosmed? :D

Bismillah, kami memasuki masjid menuju tempat wudhu. Saat masuk, kami mendapati masjid yang full karpet dan full AC. Naufa di samping saya tiba-tiba saja berbisik, " Mama ingat bau parfum ini?", saya tersenyum sambil mengingat-ingat sesuatu.

Menuju tempat berwudhu, di sinilah kami mendapati taman yang indah dengan kolam berhiaskan ikan berukuran jumbo. Setelah itu memasuki tempat berwudhu, nah yang ini hampir mirip tempat wudhu di Nabawi, ada tempat duduknya, bedanya di Nabawi tempatnya beratapkan langit, kalau di sini sama seperti masjid Unair kampus C , di tempat tertutup.

Meskipun agak mirip-mirip Nabawi, sayangnya saya melihat tak banyak jamaah yang mempergunakan tempat duduk itu untuk berwudhu sambil duduk.

Menuju tempat wudhu ada telivisi di dinding, disinilah saya baru mengerti kerennya masjid ini, ternyata masjid ini memiliki manajemen yang keren. Salah satunya adalah diberikannya sarapan gratis bagi pengunjung usai Subuh (ini masih cerita, belum saya buktikan hehe). Selain itu di masjid ini ada point-point yang bisa diperoleh jamaah jika mengikuti shalat berjamaah. Point-point tersebut bisa ditukar dengan hadiah.

Setelah berwudhu kami memasuki masjid dan masuk tempat kecil bersekat, tempat khusus untuk jamaah perempuan. Saya mengambil shaf terdepan.

Saya tak pernah mengira, demikian cengengnya saya. Saat sujud tiba, air mata saya meleleh tak bisa dihentikan. Saya sesenggukan saat memori itu terpanggil. Ya, wangi Namira membuat saya benar-benar membuncahkan rindu. Masjidil Haram...!! Ini wangi Masjidil Haram..!! Ya Allah, sujud-sujud ini dipenuhi oleh ketidak berdayaan menahan rindu dalam peluk-Nya, di rumah-Nya kembali.

Keluarga saya sudah menunggu. Saya masih asyik dengan permohonan tiada henti untuk bisa dipertemukan kembali wangi yang seperti itu di tempat pertama kali saya menciumnya.

Saat menemui keluarga saya, mereka melihat pipi saya yang masih basah. Tak lama kemudian, kami bertiga berkaca-kaca. "Kelak kami akan kembali menjumpai wangi Masjidil Haram kembali". Aamiin.

Surabaya, 2 September 2017

Kenangan 010917 di Masjid Namira-Lamongan.