rachman firdaus

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Penguatan Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Rachman Firdaus

SMPN 1 Nagawutung Kabupaten Lembata

Propinsi Nusa Tenggara Timur

Pascasarjana Universitas Negeri Malang

e-mail : HYPERLINK "mailto:[email protected]" [email protected]

Abstrak: Pendidikan di Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai persoalan mulai dari proses hingga hasil pendidikan yang belum mencapai harapan. Proses pembelajaran di sekolah belum mampu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter positif. Pembelajaran di sekolah kurang melibatkan masyarakat dan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar yang mampu membentuk karakter positif siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kearifan lokal adalah salah satu upaya untuk lebih mendekatkan siswa dengan lingkungan serta kehidupan masyarakatnya. Kearifan lokal membelajarkan siswa untuk lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan potensi alam, serta menjunjung tinggi nilai-nilai sosial,ekonomi dan budaya masyarakat sebagai wujud penguatan nilai pendidikan karakter bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : pendidikan karakter. kearifan lokal

PENDAHULUAN

Pendidikan di era globalisasi saat ini menuai beragam masalah. Kurikulum pendidikan saat ini telah disesuaikan dengan arus globalisasi. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3, menyebutkan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kemendikbud, 2012). Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa pendidikan karakter menjadi hal penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Usaha untuk memperbaiki karakter peserta didik di Indonesia adalah bagian dari tujuan perubahan kurikulum untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Namun sayang, implementasi dari Undang-undang tersebut belum sepenuhnya mencapai harapan yang dinginkan. Proses pembelajaran di sekolah belum mampu membentuk karakter peserta didik menjadi pribadi yang positif dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik di era digital native, kini tumbuh menjadi generasi instant yang dimanja dengan fasilitas berkecukupan seiring dengan pesatnya arus globalisasi saat ini. Persaingan hidup menuntut mereka untuk menyimpang dari nilai dan norma hidup yang berlaku di masyarakat, misalnya eksploitasi lahan tanpa mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar serta mengubah pola hidup masyarakat dengan pola kekinian sehingga keaslian warisan budaya masyarakat telah beralih menjadi budaya modernisasi yang lebih mengedepankan kebebasan berkata dan bertindak sehingga kurang memperhatikan etika sosial yang menjadi budaya masyarakat Indonesia.

Pembentukan karakter dalam diri peserta didik mulai diabaikan. Rapuhnya karakter bangsa akan mengakibatkan kemunduran peradaban bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat yang memiliki karakter yang kuat akan semakin memperkuat eksistensi suatu bangsa dan negara. Mubah (2011: 303) menjelaskan bahwa arus globalisasi yang berjalan dengan cepat menjadi ancaman bagi eksistensi budaya lokal. Penggerusan nilai-nilai budaya lokal merupakan resiko posisi Indonesia sebagai bagian dari komunitas global. Globalisasi adalah keniscayaan yang tidak dapat dicegah, tetapi efeknya yang mampu mematikan budaya lokal tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang berkarakter dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat ini. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang diwujudkan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, sosial, dan budaya serta adat istiadat. Oleh karena itu, pembinaan karakter peserta didik juga perlu ditingkatkan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud telah mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jenjang pendidikan di tanah air. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada jalur dan jenjang pendidikan. Permasalahannya, adalah pendidikan karakter di sekolah belum menyentuh pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, serta pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan karakter bukan hanya sekedar megajarkan mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan pengetahuan yang baik, perasaan yang baik dan perilaku yang baik sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik.

Pendidikan karakter tidak bisa dipisahkan dari bentuk pendidikan yang sifatnya teoritis dalam pembelajaran. Pendidikan karakter harus dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran di sekolah. Materi pembelajaran di sekolah perlu dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran koqnitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini terjadi di Indonesia perlu segera dikaji, dan di cari alternatif-alternatif solusi serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah dan lingkungan belajar siswa lainnya. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal

Kemorosotan nilai karakter peserta didik menjadi catatan penting bagi dunia pendidikan saat ini. Sekolah di tuntut harus mampu membentuk kepribadian siswa menjadi generasi yang berkarakter positif di era globalisasi. Sumber daya manusia yang berkarakter hanya dapat dilakukan dengan menjadikan sekolah sebagai sarana pembentuk karakteristik siswa dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Selain dapat meningkatkan pemahaman materi siswa, pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia (Sudjana dan Rivai,2010:213).

Kearifan lokal adalah salah satu upaya dalam proses pembelajaran yang dapat mendekatkan siswa dengan lingkungan belajarnya. Kearifan lokal mampu memberikan pembelajaran bermakna pada siswa tentang kebijaksanaan menjadikan lingkungan belajar dan masyarakat sebagai sumber belajar yang efektif. Hal tersebut akan sangat membantu siswa dalam pembentukan karakter yang positif. Pannen (2005) menyarankan agar kearifan lokal dapat menjadi bagian dari materi pembelajaran. Lingkungan belajar yang sesuai dengan kearifan lokal siswa akan membuatnya lebih nyaman, lebih menyenangkan, dan lebih memungkinkan untuk berperan aktif dalam pembelajaran yang pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajarnya.

Hasil Penelitian Adnyana (2014) menunjukkan bahwa, pembelajaran kontekstual dapat memudahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan membawa lingkungan siswa ke dalam situasi pembelajaran. Pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan budaya memudahkan siswa mengimplementasikan nilai kearifan lokal terhadap lingkungan hidup. Setiap masyarakat di suatu bangsa tentunya memiliki keunggulan lokal di daerahnya masing-masing. Adapun keunggulan lokal setiap daerah satu berbeda dengan daerah lainnya. Keunggulan lokal dapat lahir sesuai kondisi geografis, natural resources, human resource, sejarah, dan budaya. Pada dasarnya, keragaman tersebut diharapkan dapat terkonservasi dari generasi ke generasi, yang pada akhirnya dapat berperan memperkuat identitas nasional (Santoso, 2010: 479).

Kurikulum 2013 sendiri dalam implementasinya sangat menekankan pengenalan peserta didik terhadap lingkungan belajarnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak mengabaikan akar budayanya dan asing terhadap lingkungan sekitarnya. Walaupun dalam pembahasan materi memiliki cakupan nasional, namun materi harus dikaitkan dengan potensi lokal yang ada di sekitar lingkungan belajar siswa. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut, akan sangat membantu peserta didik dalam kaitannya dengan penguatan pendidikan karakter.

Penelitian yang dilakukan Astawa (2015), berkenaan peran kearifan lokal, pengembangan kurikulum seharusnya disesuaikan dengan potensi daerah melalui pengakomodasian nilai-nilai budaya lokal daerah bersangkutan (kearifan lokal) ke dalam kurikulum. Daerah dan sekolah mempunyai peran sangat menentukan dalam proses pengembangan kurikulum pendidikan, dengan harapan dapat dikembangkannya secara optimal potensi daerah dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Hal ini menjelaskan bahwa peserta didik di harapkan dapat bersikap memahami dan menghargai potensi alam, nilai ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang terdapat di lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan bukanlah semata-mata sebagai tempat tinggal namun dipahami sebagai tempat terjadinya berbagai aktivitas yang bisa di jadikan sebagai sumber belajar guna memperkuat pendidikan karakter siswa menjadi pribadi yang sehat, cerdas berilmu dan beriman serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara baik dan konsisten.

Kesimpulan

Kemerosotan nilai generasi di era globalisasi saat ini adalah salah satu catatan kelam kualitas pendidikan di indonesia. Pendidikan karakter adalah alternatif solusi dari persoalan tersebut. Sekolah sebagai wadah Implementasi pendidikan karakter harus dapat menjalankan perannya sebaik mungkin agar mampu menciptakan generasi yang berkarakter positif dalam kehidupannya sehari-hari. Pentingnya pendidikan karakter dalam kehidupan berbangsa akan akan melahirkan generasi bangsa yang berkarakter positif. Proses pembelajaran yang mendekatkan siswa dengan lingkungan belajarnya akan mampu mewujudkan pembelajaran bermakna serta membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang berbudaya dalam kehidupannya sehari-hari. Kearifan lokal menjadi salah satu upaya penguatan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah. Kearifan lokal membelajarkan siswa untuk lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan potensi alam, serta menjunjung tinggi nilai-nilai sosial,ekonomi dan budaya masyarakat sebagai wujud penguatan nilai pendidikan karakter bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Saran

Pembentukan karakter yang baik dimulai dari keinginan untuk mengetahui dan mengimplementasikan hal yang positif agar melahirkan kebiasaan baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Peserta didik tentunya diberikan alasan mengapa berpikir positif, berkata santun, dan bertindak baik.

Pendidikan berbasis kearifan lokal, akan mampu memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam proses pembentukan karakternya. Lingkungan alam dan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang efektif dalam proses pembelajaran sebagai wujud internalisasi nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal harus dapat di implementasikan melalui bahan ajar baik cetak maupun non cetak sehingga lebih mendekatkan siswa dengan lingkungan belajarnya agar siswa mampu memahami dan mengimplemntasikan nilai-nilai positif dari kearifan lokal dalam kehidupannya sehari-hari.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa..

20 Aug
Balas

Mantap pak Nabil

22 Aug
Balas



search

New Post