Rachmani Dewi Sulistyawati

Terus melangkah, jangan menyerah apalagi berbalik arah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Konsekuensi Kolektif(tantangan hari ke-75)

Konsekuensi Kolektif(tantangan hari ke-75)

#TantanganGurusiana

Masih tentang siswa mujahid lagi bu dewi berkisah.

Kali ini pengalaman bersama angkatan kedua yang berturut-turut bu Dewi menjadi wali kelas.

Dari angkatan ini pula akhirnya bu dewi mulai menerapkan hukuman kolektif. Konsekuensi kolektif barangkali lebih tepat penyebutannya.

Suatu hari saat pelajaran bahasa arab, mereka dibimbing oleh bu guru baru yang masih muda dan belum punya pengalaman mengajar di kelas.

Gaduh dalam kelas terdengar oleh saya yang kebetulan menuju kelas untuk  mengambil buku di meja.

Alangkah terkejutnya melihat pemandangan kelas yang riuh.

Terlihat seorang siswa menangis dengan wajah penuh dengan tinta spidol yang berasal dari penghapus papan tulis yang diusapkan ke seluruh wajah.

Beberapa siswa terlihat tertawa menyaksikan pemandangan tersebut. Ada pula siswa yang tidak peduli karena khawatir menjadi sasaran berikutnya.

Sementara siswi yang menyaksikan semua peristiwa tersebut melemparkan pandangan protes kepada saya.

"Kemana bu gurunya?" Tanya saya karena tidak terlihat bu guru baru tersebut.

"Keluar bu. Katanya ke kamar mandi dulu", sahut seirang siswi.

"Kalian diberi tugas apa?" Tanya saya kembali

"Mengerjakan tugas di buku, bu. Tapi sudah selesai",  beberapa siswa bersahutan

Kemudian saya meminta siswa yang wajahnya kotor tersebut untuk segera mencuci wajahnya ke kamar mandi.

"Oh iya, nanti sebelum pulang kita akan bahas ini sama-sama ya." Ucap saya datar.

"Dan Bu Dewi sangat tidak suka melihat hal seperti ini."

Sontak kelas pun terdiam.

Tak lama seorang siswa berkata

"Ini gara-gara fulan, Bu" sambil menunjuk temannya yang terlihat memegang penghapus.

"Bukan saya aja Bu, si fulan, fulan dan fulan juga ikutan." Katanya mencoba membela diri.

"Nanti kita akan bahas nanti setelah selesai ini" kataku.

Tak lama bu guru baru datang kembali ke kelas.

"Ada apa, Bu? "Tanyanya menyadari raut wajah saya sedikit menegang.

"Itu ada yang mainan penghapus ke muka temannya."

"Iya, Bu. Dari tadi sudah saya tegur tapi malah pada tertawa-tawa" lapor bu guru

Berjalan kembali ke arah kantor saya mulai berpikir akan melakukan apa nanti pada mereka.

Sesuatu yang memiliki efek jera, tidak menyakiti, tidak membuat dendam, dan mengandung pembelajaran.

Ada banyak yang harus dipertimbangkan sebelum seorang guru memberikan konsekuensi untuk keisengan semacam ini. Sebetulnya sudah bisa disrbut sebagai perilaku pembullyan 

Pemahaman psikologi sosial di kelas amat dibutuhkan agar jalan keluar yang diberikan menjadi efektif.

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post