Bagian 11

Kupingku rasanya ingin kucopot saja untuk sementara. Setiap hari selama tiga hari ini cerita yang kudengar selalu itu-itu saja. Bu Bos tak henti-hentinya bertutur tentang masalahnya dengan istri Bima. Belum lagi Adis yang juga bolak balik curhat tentang kekesalannya terhadap Bima yang mau meladeni chatingan dari bu Bos. Duh Gusti! Ini kenapa dua wanita beda usia ini, ya??

"Eh! Istri Bima itu nggak banget lho, San! Cerewet banget dia!" Nah, kan? Itu lagi! "Jelek aja belagu! Kamu udah lihat potonya, kan? Gendut, item pula!" Bu Bos mulai dengan aktifitas barunya ini, ngomel tanpa juntrungan. Menghina habis-habisan padahal rupa asli orang yang dihina saja dia belum tahu.

"Emang dia ngapain lagi, Bu?" Tanyaku pelan.

"Ya itu, dia bilag kalau ibu sudah tua!"

Aku tersenyum, ternyata bu Bos ingin menolak tua. "Ya nggak usah diladeni, Bu." Kataku akhirnya.

"Masa, San! Dia tanya ibu udah diapain aja sama suaminya, kan gila!" Seru bu Bos sambil melebarkan bola matanya. "Ih! amit-amit! Nggak level! Suami ibu lebih ganteng."

Aku dan penghuni ruangan yang lain tidak ada yang menyahut perkataannya, termasuk Adis yang juga ada di depanku.

Tapi tiba-tiba Liana memancing emosi bu Bos kembali. "Trus, apalagi katanya, Bu?"

"Oh iya, masa dia bilang ibu ini pelakor. enak aja! Dia nih, yang pelakor!" Seru bu Bos seraya mengarahkan telunjuknya ke muka Adis.

Wadau! Bu Bos remnya blong nih, batinku. Aku kaget luar biasa. Tidak menyangka bu Bos akan berkata seperti itu. Kulirik Adis, wajahnya memerah, tapi dia masih tersenyum tipis. Pasti dia malu dengan perkataan bu Bos. Apalagi dikantor sedang banyak orang.

Benar saja dugaanku. Malam harinya Adis mengirimkan pesan yang isinya penuh pisuhan untuk bu Bos. Aku bingung mau berkomentar apa. Bu Bos salah, tapi Adis masih tetap salah juga di mataku.

(Bersambung)

#TantanganMenulisHariKe-361

#TantanganGurusiana

#Menuju365Hari