Bu Nova meradang, suara omelannya melengking hingga menembus dinding ruang guru. Pasalnya, bu Fatimah teman sejawatnya tidak menepati janji yang sudah disepakati bersama. Yaitu, Bu Nova mengizinkan jam mengajar dan jam tambahannya selaku pembina OSIS dipakai oleh bu Fatimah, dengan kompensasi bu Fatimah memberinya bagian jika Tunjangan Sertifikasinya cair.

Yah, untuk triwulan ketiga dan keempat kali ini terpaksa Nova mengalah dari teman-teman satu mapelnya. Jumlah rombel yang menurun jauh, membuat semuanya jadi bubrah. Bayangkan, 32 jam tatap muka harus dibagi tiga guru, tentulah sangat tidak cukup syarat untuk mendapatkan TPG. Jadi, memang harus ada yang terkorbankan.

Awalnya bu Fatimah mengatakan bahwa dia akan memberikan 5 juta rupiah per cair dari 12 juta yang dia terima setiap triwulan. Namun, pada kenyataannya, ketika TPG cair, bu Fatimah merasa sayang kalau harus menyerahkan uang segepok kepada bu Nova. Akhirnya, dari jumlah yang disepakati dia hanya memberikan 4 juta saja. Lalu, bu Fatimah memberikan tambahan berupa kebohongan yang mengatakan bahwa TPG hanya cair satu Triwulan.

Suasana jadi kisruh, bu Noba teriak-teriak tanpa ampun. Entah dari mana dia mendapatkan info bahwa sebenarnya TPG bu Fatimah sudah cair seluruhnya. Sementara bu Fatimah, acuh saja sama sekali tidak perduli dengan teriakan bu Nova. Untung saja tidak sampai terjadi adegan gulat.

Memasuki semester genap, Bu Nova sudah memasang ultimatum bahwa dia tidak mau lagi jam mengajarnya dipakai oleh bu Fatimah. Kepalangan, biar tidak ada yang cair sekalian kata bu Nova. Selanjutnya, bu Fatimah dan bu Nova saling tak bertegur sapa.

Ah! Benar sekali kata orang, bahwa uang bisa membuat hubungan pertemanan jadi baik ataupun remuk redam.

#TantangaMenulisHariake-362

#YantanganGurusiana

#Menuju365Hari