Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 10.  Cerita Ningrum 1)
Galeri Pribadi

Ilusi Penari Berdarah (Episode 10. Cerita Ningrum 1)

Sesaat tubuh lelaki itu mendekat, beruntungnya tanpa diminta, di waktu yang bersamaan Else merangkul Ningrum yang suhu badannya dirasakan panas. Ada lega menjalar di balik gerak tiba-tiba dari Else itu.

"Istirahat dulu ya, nanti saya carikan obat," ajaknya masuk.

Setelah Ningrum berbaring, Else menutupkan selimut di kakinya. Gerakan tangannya memencet nomor telepon, ternyata menghubungi Handoko. "Han, tolong ambilin obat penurun panas ya di laci kamar obat, Mbak butuh, antar ke kamar Ningrum ya. "

"Eh, Han....jangan lupa bawa roti atau sarapan sekalian, kayaknya Ningrum belum ada isi juga perutnya." lanjut Else.

Jawaban "Siap," di ujung android dibalas Else dengan respon "Ok, jangan lama-lama."

Wajah Ningrum pucat, bibirnya juga terlihat biru kecut. Else duduk diam di sebelahnya.

"Mbak, nanti minum obat ya, semoga segera membaik. Cuma nanti jika suhunya belum juga turun, kita panggil medis yang biasa mengecek penghuni di sini."

Ningrum mengangguk, sesekali batuk-batuk kecil. "Flu juga kayaknya efek kehujanan beberapa hari yang lalu."

Beberapa kali tegak duduk, melongok keluar kamar, yang ditunggu akhirnya datang juga. "Kok lama sih, Han," ujar Else di depan daun pintu.

"Maaf Mbak, pipa sambungan ke bak mandi depan lepas tadi. Saya sekalian beli lem pipa." balas Handoko.

Else tersenyum, "Kirain sudah gak perhatian lagi sama Mbak," Else dengan agak genit.

"Ah...Mbak...aku padamu, Mbak." jawaban Handoko membuat tawa Else pecah, Ningrum yang berbaring pun terlihat tersenyum.

"Ya, sudah. Kamu lanjut, jaga keamanan negara." canda Else sambil menepuk bahu Handoko. Handoko mengangkat tangan posisi hormat lalu berlari tertawa.

Else geleng-geleng kepala dibuatnya, melepas Handoko sampai tak terlihat lagi. Pintu kamar dirapatkannya.

Di dipan, Ningrum duduk menyandar, Else meletakkan sarapan di atas meja persis sebelah Ningrum. Tangannya membuka aluminium foil pembungkus obat dan meletakkan di atas bekas kulit obat.

"Mbak, isi perut dikit gih, habis itu minum obat. Sehat itu penting, lebih penting dari segala kepentingan." ceramah Else.

Pada kenyataannya, ternyata Else teman yang baik. Di balik gaya menor dan penampilan yang cenderung seronok dari pribadi Else, ada bentuk perhatian alami.

Ningrum tak membantah, mengambil makanan lalu menyendoknya beberapa suap ke mulut. "Nasi gorengnya biasanya enak, Handoko pasti beli di tempat kita biasa pesan." Else melihat Ningrum makan berkomentar.

"Iya, Mbak. Nanti saya lanjut lagi, saya makan obatnya aja dulu."

Else membantu mengambilkan penurun panas yang tadi dibukanya. Mengangkat gelas dan memberikannya ke Ningrum.

"Monggo," Ningrum menyambutnya..

******

"Mbak, boleh Else tanya....,"

Ningrum menoleh ke Else. "Tanya?," sedikit mengeryit.

"Tadi saya perhatian, Mbak terlihat takut. Mbak ada masalah apa?" Else memberanikan diri mengulik kisah.

Sedikit tercekat, mendorong lamunan Ningrum.....

Di parasnya, salju menebal dingin.

Ningrum menabung banyak rentetan cerita pilu tak tersentuh. Tiap sesi mengajak untuk menyusuri sekelumit peristiwa yang pernah menabur perih, lalu memenjarakan rasanya.

Bahkan di lorong kesendirian, meskipun berisi api di tiap suluh kemarahan, sesaat menyala berkobar namun rinai membasah yang turun tak berhenti membumi di sudut netra menelikungnya untuk menahan diri.

Dalam diam idealita acap kali meronta memaksanya bersikap, akan tetapi kenyataan membawanya berpikir sejenak.

Sempat mengemuka sebuah keraguan, namun kebencian melumpur dengan sangat kuat menutup mata hati dari rapuhnya kalbu, yang menjadikannya kejam.

"Kisahku kelam, dan aku membencinya," singkat jawaban Ningrum.

"Lalu..lelaki tadi?"

Bersambung....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Else perhatian ternyata. Smg Ningrum ga kenapa2 ya.

31 Jan
Balas

Mantap ulasannya

30 Jan
Balas

Mksh bu hadirnya

30 Jan

Keren menewen mas. Salam sehat dan sukses selalu. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.

30 Jan
Balas

Terima kasih pakde

30 Jan

Siapakah lelaki itu?

31 Jan
Balas

Next deh..hahaha

31 Jan

Suer asyik ceritanya.. Hanyut bang

31 Jan
Balas

Terima kasih bu

31 Jan

Ditunggu lanjutannya pak

30 Jan
Balas

Siap bu..thanks

30 Jan

Semoga Arum akan baik-baik saja next bang

30 Jan
Balas

Next mbak

30 Jan

Semoga Ningrum bisa berdamai dengan kebencian masa lalunyaLanjutkan

30 Jan
Balas

Siap...lanjut..mksh bu

30 Jan

Duuhhh...pilunya. oma baper dech.

30 Jan
Balas

Iya kah.oma, terima kasih hadirnya

30 Jan

Kisah yang diurai dengan diksi apik. Membuat aku harus banyak belajar merangkai kata. Bagus amat ....aku suka. Sukses selalu ya

30 Jan
Balas

Saling belajar bunda

31 Jan

Suka banget diksinya... Lanjutt...

31 Jan
Balas

Terima kasih bu

31 Jan

Bikin penasaran nih. Keren ceritanya. Makin seru. Sukses selalu Pak.

30 Jan
Balas

Siap bun..makasih apresiasinya

31 Jan



search

New Post