Ilusi Penari Berdarah (Episode 14. Pagelaran Tari)
Ada waktu yang terus meninggalkan tanpa pernah permisif terhadap apa yang sejatinya bersua dan berpisah.
Tak terasa, kepergian Ningrum telah tercatat dalam hitungan beberapa purnama.
Meski dia menafikan Abinaya, darah daging yang dianggapnya haram tak didamba, namun ketika senja menepi, kala itu juga di tulang pipinya yang kian tirus, dalam keremangan tak terusik, diam-diam Ningrum akan mengelapi sayu rayunya rebas di pelupuk Netra.
Beberapa kali Else mendapatinya berurai tangis, meski sesungguhnya dia sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja namun tetap saja dengan berbagai dalih akan ditampiknya.
Sekat-sekat pedih itu masih tak seutuhnya dibuka olehnya, termasuk lelaki jahannam, begitu dia menyebut sosok yang membuatnya masuk dalam remahan kepingan tersobek yang dianggapnya telah mencincang harga dirinya.
"Berapa lama, sampai kemudian Mbak bisa fighting." tanya Ningrum agak kepo ke Else.
"Cukup lama,," Mbak.
Kondisiku tak jauh berbeda denganmu, bahkan untuk beberapa hal membuatku seperti orang gila ketika melihat lelaki." ujar Else tak merinci waktunya.
"Tadinya, sempat berjangkit kehilangan sosok, namun dari pagi ke malam lalu ke pagi lagi akhirnya kusimpulkan bahwa tak ada gunanya menyesali dan menyakiti diri sendiri." lanjutnya
"Mbak pun memaafkan lelaki itu?" sambung Ningrum dengan keheranannya.
"Semakin aku membencinya, semakin tumbuh rasa di hati. Terlebih ketika kemudian tiap hari juga aku bersua."
"Semudah itu??"
"Dia datang menemui, Mbak. Lalu meminta maaf dan menyesal," ringan sekali jawaban Else yang membawa Ningrum gusar.
"Biadab.....setelah mencoreng aib membekas lara, dan diri kita selamanya tak bernilai lagi, seenaknya juga dia meminta maaf."
Dalam hati terucap..."Rabbi...terbuat dari apa hatimu, Mbak,"
Ningrum menarik nafas sangat panjang lalu menghelanya bersuara.
"Lelaki itu????"
"Iya. Lelaki yang kemarin membuatmu begitu takut." jawab Else
"Mbak mencintai lelaki itu sekarang?"
Else diam, lalu mengembang senyumnya. "Belajar untuk mengikhlaskan semuanya."
Menyaksikan itu Ningrum bungkam, memandang lama Else. Lelaki yang sama, yang ingin dibunuhnya.
******
Lampu besar telah dimatikan, menyisakan lampu-lampu kecil yang dihidupkan di pinggiran panggung.
Celak tebal membuat matanya terlihat tajam..Dengan kebaya warna merah, Ningrum berdiri di tengah panggung. Musik penggiring terdengar mengalun.
Dengan gerakan maju seperti jaipongan, tari tayub yang menawan dengan keserasian gerakan.membuatnya lelaki yang hadir meleletkan lidah. Sampur terlilit dilehernya dan beberapa lelaki sudah mendekatinya dengan gerakan liar tangannya.
Lelaki yang menjadi incarannya itu telah berdiri tak jauh dari hadapannya.
Malam yang ditunggunya. Ningrum telah bersiap melancarkan aksinya.
Sebilah pisau yang di selipkan di balik bajunya berulang dipegangnya.
Sambil merebas air mata, jemari lentiknya mengangkat gagang. Seketika berkilauan kilatan yang sangat tajam menyembul....
Bersambung.....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Akankah Ningrum melanjutkan rencananya.. Silahkan tongkrongin terus chanel keren menewen ini.. Lanjuuut. Sukses selalu
Hahahahha..terima kasih
Hah?! Nekad akan membunuhnya? Waduh
Next ya
Akankah Ningrum melampiaskan dendamnya?
Next deh...hahah
Waduh apa yang akan kamu lakukan Ningrum, jangan gila kamu itu akan memperparah keadaan hehehe semakin tersulut emosi nih pembaca
Makin meresahkan pemirsaaaa
Waw......sangat menyakitkan hati NingrumDan siap sebilah pisau
Apa yang akan dilakukan Ningrum. Deg-degan.
Next...heheh