Ilusi Penari Berdarah (Episode 15. Pagelaran Tari 2)
Lalu dengan bertumpu di kaki kiri, kaki kanannya melangkah sangat cepat. Tak mau gerak-geriknya mencurigakan, semua tindak-tanduknya disesuaikan dengan musik.
Gagang pisau yang sudah dipegang Ningrum ujungnya sudah lurus ke depan, bahkan telah diarahkan tepat ke lelaki sasarannya, tiba-tiba di luar dugaan lampu panggung terang-benderang menyala pertanda usainya pagelaran.
Semua lelaki yang ikut bergoyang turun satu-satu dan semua penonton bersorak sorai, tepuk tangan bergemuruh.
Ningrum terpaksa merosot balik kanan ke tengah panggung. Mujurnya kekagetannya tak berlangsung lama.
Ketika semua mata tertuju padanya, tangan kanannya sudah lebih dulu menarik selendang yang tergelung di leher sehingga mampu menyembunyikan pisau yang sempat terhunus lalu menyisipkan di balik kebayanya.
"Hampir saja," gumamnya.
Else dengan baju ketat dan rok mininya, duduk bersebelahan dengan lelaki itu, nampak dia memberi semangat langsung menyorongkan tangan, jempol kanannya di atas telunjuknya membentuk isyarat gaul sarangheyo.
Senyum genitnya mengembang, puas menyaksikan tarian Ningrum yang begitu menakjubkan.
Else naik panggung dan menyalami Ningrum. "Hebat, Mbak. Hebaaaaat.....Bagus sekali tariannya, semua menyukai."
"Apalagi Mas Andi. Sangaaaaaat terpikat," lanjut Else. Mendengarnya Ningrum agak mual.
"Eh....ada salam lho dari Mas Andi."
"Massss....Mas Andi, sini dong, kasih selamat ke penari kita nan cantik jelita ini." sambil menggapai-gapai.
Lelaki yang dituju, mengangkat gelas minumannya, "Ajak minum ke sini saja," balasnya.
"Yuk....turun yok. Itu diajak Mamasku minum."
Ningrum terbata, memaksakan diri tersenyum. Rautnya gerah.
"Mbak, lain kali ya. Handoko sudah menunggu di sana, disuruh Mama mengantarku."
"Ayolaaaah...,' ditariknya tangan Ningrum, agak memaksa.
"Jangan takut, Mbak kenalin sama Masku itu."
"Besok, mau buka butik." dalihnya.
Else tak meneruskan ajakannya.
"Ya sudah. Hati-hati ya." Else melambaikan tangan. Bilang ke Handoko, jangan macam-macam."
Ningrum buru-buru menarik langkah. Lalu turun dari tangga belakang, menemui Handoko. Pulang.
******
Seiring masa....Ningrum kian bimbang. Baginya kedekatan dengan Else, menjadikan silang-selimpat di posisi dilematis.
Sepihak dia menemukan kembali hidup yang menggairahkan semangatnya namun sebaliknya dia seperti sedang menikmati segala kemungkinan dengan memilah satu persatu ketidakmungkinan atas kebucinan Else dengan lelaki itu.
Apa yang ingin dilakukannya bertolak belakang dengan apa yang diinginkan Else dan ini sisi lain ruang tergelap yang tidak diketahui Else sama sekali.
Else tidak tahu apa yang sebenarnya tertanam kuat di hatinya.
Meneruskan niatnya sama juga dengan menghancurkan persahabatannya dengan Else.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi!
Siap..terima kasih pak
Keren cadas abangku.. Membuat penggemar makin tersulut esmosinya.. hehe.. Lanjuuut. Sukses selalu
Terima kasih apresiasinya
Beraat ini, antara sahabat atau membalas pengkhianatan.
Iya betul
Dilema menyelimuti hati Ningrum
Betul mas
Konfliknya makin asyik bang
Next ya bun..mksh hadirnya
Hampir saja ketahuan next bang
Lanjuuuut
Wah semakin keren...Ningrum dan Else memiliki pandangan berbeda terhadap cobaan hidupnya...
Duuhh...perang batin Ningrum tentunya. Lanjut, nang.
Betul oma..mksh hadirnya