Ilusi Penari Berdarah (Episode 18. Jalan lain Ningrum 3)
Di depan pintu yang bergembok besar, seorang sipir berpakaian seragam lengkap membukakan terali tinggi. Nampak perempuan paruh baya berdiri menunggu dengan baju muslimnya. Satu tangan memegang tas hitam besar dan tangan kirinya beberapa kali tertangkap netra mengelap lubang hidungnya dengan tissue.
Gurat-gurat tua termakan usia sudah mulai melapisi wajah, namun di balik jilbab panjang yang telah membawanya hijrah, masih tergambar jelas di usia muda perempuan ini tentu sangat cantik. Di sebelahnya dengan gagah anak muda berparas ganteng, seumuran SMA menggamit tangannya dengan kuat.
Senada dengan takdir, warna gelap busana yang membalut tubuh perempuan itu seperti berbicara, sebuah catatan sangat panjang di belakang hari sebelum hari ini yang menorehkan banyak kisah, mengisyaratkan pernah singgah kepiluan yang menyesak kalbu, memasok banyak kedukaan yang meredupkan garis tangannya. Pernah berada di posisi paling bawah dengan taruhan harga diri yang terasa terinjak-injak.
Sedikit mendekatkan badan, beberapa kali tangisnya pecah memuntahkan isi lautan lara dari sembiluan yang telah lama menjuntai dengan sejuta nestapa. Menciumi tubuh lelaki berperawakan sedang yang tegak di dekatnya, dibalas dengan dekapan yang begitu hangat
Membentang bahu, melepas rindu akan waktu yang dengan kejam menghabisi kasih sayang yang mestinya menyentuh hari, gempita rasa melebam menyapu air mata yang bercucuran sangat deras menggarisi tanah, nyaris tak menyisakan semangatnya.
Ada sunyi yang telah tergadai lama, memapah lengang, menerbangkan mimpi-mimpi yang kemudian meruah memenuhi hari-hari tanpa bayangan yang dilaluinya sendiri. Pagi di matanya adalah kesedihan, senja di hatinya adalah gelap yang melingkupi perjalanan kisahnya.
Meskipun garis nasib membuat hidupnya kelam tertampar kenyataan, namun dengan langkah pasti, keduanya berjalan beriringan meninggalkan lembaga pemasyarakatan.
Meninggalkan genangan perih sisa-sisa luka yang pernah mendera, membuang semua kemarahan yang pernah meletup-letup di tengah Ilusi ketakutan, membasuh permadani sanubari yang terlanjur membuatnya memercikkan noda darah. Hari ini dengan penuh harap berjuang merekatkan puing-puing berkeping yang telah tersobek untuk melangkah pasti di lembaran yang akan ditulisi dengan menggenggam kenyataan.
Berlabuhnya semesta kebebasan, setelah Ningrum mempertanggungjawabkan kisah penuh dramatis yang membawanya terpenjara. Sekelumit pergolakan mengaduk rasa dari kesumat seorang penari berdarah.
Langit mengalihkan kisah, ilusi yang sering menghantuinya itu terbenam dalam gigitan awan hitam yang telah menjauh. Melambaikan tangan dengan ucapan lirih
“Selamat jalan Bu Ningrum, jaga ibumu Abinaya.”
****** Tamat *******
*****
Catatan singkat:
Tanpa bermaksud mendramatisir, begitulah kasus rudapaksa yang meninggalkan trauma, sakit hati dan rasa malu para penyintas. Bukan perkara mudah ketika harus memutar harapan, dilecehkan dengan ketidakperawanan statusnya ketika kesucian direnggut dengan paksa
Fenomena tak tersorot kamera ini, menjadi sisi kelam yang masih banyak mendera, acap kali memposisikan perempuan berada di jejak tawar yang lemah, tak ada kekuatan untuk melawan, bahkan tak kuasa menceritakan kembali.
Dapat saja perempuan melawan, memperjuangkan harga dirinya, namun tak sedikit yang memilih bungkam dan menelan pil pahit dari kejamnya hidup. Ningrum menjadi contoh miniatur kehidupan yang tak berpihak.
Penanganan yang tepat akan memulihkan harapan, termasuk bagaimana penerimaan lingkungan. Semoga menjadi kontribusi positif bagi perlindungan perempuan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap abangku.. Sukses selalu
Mksh ya..aamiin
Satu kisah dari sekian banyak kenyataan kelam di luar sana. Makasih ceritanya, Pak.
Sama sama
Mantap ulasannya keren
Terima kasih bu
Kisahnya lompat ya Mas?
Iya..hehe
Duh, kok kayak nya saya ada yang tertinggal episode nya ya
Iya bu..Kisah kleniknya gak saya masukkan
Ayo dilanjutkan pak, ceritanya keren
Siap bu, versi cetak ya
Kisah Ningrum yang begitu menyedihkan, mungkin ada yang lebih buruk nasibnya dari Ningrum di luar sana.Cerita yang luar biasa bang, tapi sayang kenapa ceritanya dipersingkat ya?, pembaca belum puas mengikuti alur ceritanya hehe.
Biar penasaran di versi cetak mbak...hehe
Ya Allah....Akhirnya Ningrum terbalaskan sakit hatinya. Mantab pak..Akhirnya habis ku baca
Aduhhh...kok berakhir to nang? Masih pengin diperpanjang crt nya lho...he he. Dtggu crt berikutnya, nang.
Versi cetak ya oma..hehe
Waduh...tamat...lagi enak'...nyimak...dah nnt buku aslinya dech...sukses
Siap..next versi cetak
Kisah yang mengharukan. Di sana banyak yang mungkin lebih parah dari Ningrum. Kok saya baper, yaa....sayang sudah tamat. Ditunggu kisah lainnya. Salam sukses,Bapak.
Mksh bu..salam
Lho kok sudah tamat, ternyata
Iya bu
Ceritanya bikin penasaran.. seperti lagi sayang-sayangnya terus ditinggal. Semoga sukses selalu Pak.
Hehehe...next versi cetak aja bu..