Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 8. Babak Baru 2)
Galeri Pribadi

Ilusi Penari Berdarah (Episode 8. Babak Baru 2)

Ningrum menunduk. Ada ragu yang terselip. Pusaran kepalanya memanas. Gelak kecil Bu Arun mendengking tinggi seperti tawa wanita nakal.

Sejurus perempuan muda mengetuk pintu yang terbuka separuh. Di tangannya, membawa baki yang berisi suguhan.

Dari penampakannya sungguh percaya diri, membuat Ningrum membeliak terpukau. Baju pendek press body warna transparan, dipadu dengan rok sangat mini tanpa stoking.

Bu Arun menekuk leher keluar, lalu menyeru masuk. Posisi duduknya agak maju sembari menggeser tumpukan majalah di atas meja.

"Minum, Mbak."

Suara basahnya menggoda. Tersungging seringai menyapa sambil menyajikan minuman.

Ningrum merapatkan tangannya sambil menjawab "Terima kasih, Mbak."

"Ma, ada tambahan lagi." perempuan yang kemudian dipanggil Else bertanya ke Bu Arun.

"Nanti saja.....," Bu Arun menjawab gelas berisi minuman, didekatkan di depannya.

"Else ada di luar, kalau Mama memerlukan nanti," sambil melangkah ke pintu.

Dua jari Bu Arun terangkat, telunjuk dan jempol bertemu ujungnya membentuk lingkaran. Gelang yang melingkari pergelangan serta merta beradu, menimbulkan suara gemerincing. "Oke, Say."

"Diminum. Santai saja."

Selaras dengan Bu Arun, Ningrum mengangkat gelas lalu menempelkan di bibir, menyeruput sedikit isinya dan meletakkan kembali di tatakan.

"Dari CV kamu, mama sangat tertarik memintamu untuk bekerja dengan Mama."

"Iya, Bu...."

"Panggil Mama saja, seperti teman-temanmu di sini...."

"Iyy....ya. Ma...." lidah Ningrum kaku menyebutnya.

"Suami dan anakmu gak masalah kan kamu tinggal di sini,"

Ningrum mendongak. Senyumannya terjatuh. Senoktah noda seketika mencemburui takdir dari selarik dendam mengendap yang memadamkan hati.

Duhai jiwa, kuatlah....

Di tempat paling dasar, Ningrum telah merendahkan setiap sudut pintu jumawa yang menggerogoti kalbu.

Emosinya serta-merta naik menyapa kenangan tatkala meladeni kalimat terakhir Bu Arun.

Dia sengaja berbohong dengan status menikah yang ditulisnya pada lamaran.

Ningrum memang Ibu, tapi tak bersuami. Ningrum memang punya anak, tapi buah hati yang tak dirindu.

Wahai asa yang tak berbalas.

Menyeret letih. Menyisir luka dalam kepedihan. Langit seperti meragu. Menggaris perjumpaan dalam sesak tak bercorak

Memangkas sesi yang tak terselesaikan. Menadahi tiap kisah yang tak selaras. Harapan mengering pekat di sudut netra.

"Tenang saja, pekerjaan kamu sesuai iklan. Mama, perlu guru tari untuk mengajar anak-anak dan mengisi acara di panggung besar ruang belakang, seminggu sekali. Siang hari menjaga butik Mama di pasar." lanjut Bu Arun yang seperti bisa membaca pikiran Ningrum yang gelisah..

"Kamu sepakat dengan gaji yang diterima?" lanjutnya menawarkan.

"Tempat tinggal saya gimana, Ma." Ningrum angkat bicara, menunggu jawaban.

" Ada tempat kos yang sudah disiapkan unukmu, hanya saja karena masih direnovasi ruangannya, kamu tinggal di sini dulu. Gimana?"

"Berapa lama, Ma?"

"Dua tiga hari ke depan selesai, kemarin saya cek sudah selesai dicat," jawaban yang membuat Ningrum menarik nafas lega.

"Else....!!" panggil Bu Arun berdiri membalik badannya ke arah luar.

"Iya, Mama..."

" Antar Ningrum ke kamar, beberapa hari ini dia nginap di sana." lanjut Bu Arun.

Tubuh Else menyeruak, mengajak Ningrum ke kamar.

******

Di kamar.. gelap melantaikan bayangan

Merebahkan badan, memeluk bantal guling. Lorong menuju ke Kamar yang tadi dilewatinya cukup membuatnya bergidik meremang.

Kelakar dan gurauan antara lelaki dan perempuan merebak sayup dari dalam kamar mengiringi langkah.

Saat di setiap malam rembulan selalu mengejek karena kesendiriannya.

Menjadi budak dari kesepian masa lalu.

******

Tengah malam...Ningrum, baru saja terlelap, pintu kamarnya diketuk dengan agak keras....

Bersambung.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Membuat pemirsa jadi penasaran... Lanjuuut. Sukses selalu

26 Jan
Balas

Suap dilanjut...mksh

26 Jan

Siapa gerangan si pengetuk pintu kamar Ningrum? Semakin seru nih ceritanya

26 Jan
Balas

Siap mas...lanjut

26 Jan

Penasaran nih.. siapa . Selalu mantap bapak merangkai diksinya

27 Jan
Balas

Mksh bu...lanjut

29 Jan

Siapa ya yg ketuk pintu? Luar biasa diksi. Saya suka.

27 Jan
Balas

Terima kasih bu...lanjut next

29 Jan

Duh siapa lagi ituuu

26 Jan
Balas

Next bunda

29 Jan

Nah loh siapa gerangan yang mengetuk pintu tengah malam lanjooot baaaang

26 Jan
Balas

Sepertinya....besok aja dah episode lanjutan..haha

26 Jan

Siapa ya...degan

26 Jan
Balas

Sdh tayang episode 9 bun

29 Jan

Waduhh...siapa tu yg ngetuk?

27 Jan
Balas

Next oma...

29 Jan

Keren cerpennya. Ditunggu kelanjutannya.

27 Jan
Balas

Terima kasih bu, next lanjut

29 Jan

Suka kisahnya, Bapak. Menarik... Salam sukses selalu.

27 Jan
Balas

Next, lanjut bu

29 Jan

Wah semakin penasaran nich. Next

26 Jan
Balas

Siap bu...next

26 Jan

Duh...siapa ya. Penasaran. Keren nih merangkai ceritanya. Sukses selalu Pak.

26 Jan
Balas

Siap bu...lanjut

29 Jan



search

New Post