Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menguatkan Diri

Menguatkan Diri

Lalu waktu akan terus bergulir, mengalir dari generasi kapur tulis hingga ke pemuda era gadget yang digadang-gadang memudahkan.

Keusangan dan kebaruan berjalan saling meninggalkan. Begitu juga dengan kita dan pencapaian hari ini.

Sejatinya, dalam napak tilas mundur ada banyak kerikil yang membuat kapalan telapak kaki, ikat pinggang yang kencang dan air liur yang turun naik ditelan karena menahan keinginan. Merinainya netra yang membuat bakup menganak pinak.

Bukan...tentu bukan sudut mata yang memandang dengan penuh curiga di antara intriknya yang menguliti, menjadi sembiluan yang melukai.

Namun, geliat dunialah yang memberikan ibrah.

Putaran di atas, akan berlabuh terjerab di bagian bawah paling dasar.

Sesungguhnya, keluh kesah itu bukan milik para pemenang tapi pecundang yang tersudut seiring detik berdetak. Tinggal waktu yang akan membawanya teronggok tak bernilai.

Sungguh....aku terlalu kagum dengan sederhananya Michael Faraday, dari jatuh bangun dalam peliknya kesusahan hidup hingga perjalanan penuh sabar mengubah dunia terang benderang dengan listrik sampai hari ini.

Terpesona dengan keterbatasan fisik Stephen Hawking, yang nyaris 40 tahun menuliskan karya hebatnya di atas kursi roda yang terus dibaca mendunia. Tak dinyana 28 tahun tak bisa berbicara dengan gangguan syarafnya.

Dia tak berhenti, seperti bergantinya hari.

Boleh jadi betapa berkecamuknya dada ketika kemudian vonis bodoh melekat dengan Isaac Newton, dalam putaran akhir terbantahkan dengan hukum gravitasi yang sangat fundamenfal dalam sains.

Suatu ketika Eistein kecil bersungut menangis, ada apa denganmu? Banyak orang yang menyuruhnya berhenti bersekolah hingga dianggap cacat mental, sepanjang itu cemoohan justru memotivasinya hingga abadi dengan relativitas dan pergerakan atom.

Estafeta kisah yang membawa pada kesimpulan bahwa akan ada masanya cerita ini seperti menyapu debu ketika hujan turun, hilang tak berbekas. Tepuk sorai yang akan senyap, tawa berderai yang hanyalah karena kepentingan. Orang terkasih, harta yang bergelimang itu akan pergi dalam kehidupan.

Dari semua kepedihan dan kejumudan yang nyaris menampar kuat pipi hingga memerah akan bersulih dengan banyaknya pencapaian yang akan ditemui, poinnya hanyalah terus menguatkan diri.

Lahir, berkembang dan memberikan manfaat.

Selamat Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2022.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post