Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
MEREKA YANG LELAH MENEPI DI SINI

MEREKA YANG LELAH MENEPI DI SINI

Berawal tanpa warna, di mayapada doa hatiku menjingga.

Sejatinya diri ini tak pernah mengeluhkan lelahnya namun selepas menulisi tepian senja dan memunguti selarik bayang menguning yang masih tertinggal di ujung bumantara, entah mengapa perlahan mulai menyadari untuk membumikan keinginan yang terlanjur membuncah.

Puncak yang ingin ditapaki mulai longsor dalam bilangan kata yang berhamburan di pelataran yang sepertinya tak mau enyah mendekam, bahkan dengan sorot netra yang dikuatkan, langitku membasah.

Tak ingin larut dalam hingar bingar, obsesi dan semua yang berlabel harapan, pelangi di ujung langkah ini seketika membawa atmosfir semestaku melarungkan doa ke awang-awang.

Heiii....Aku benci gelak tawamu.

Terpingkal dalam tontonan goyangan spontanitas yang sempat menghebohkan singasana ketika ada frekuensi yang dirasa seirama.

Seperti titik hitam ke arah bawah,

perlahan makin kutangkap bayang kelam tentangmu, ber-polemik tak berkesudahan yang memusingkan jelata.

Lalu persada ini seperti kehilangan indahmu, menguras isi bumi dan laut, hutan-hutan mulai tak rimbun dan mataku seperti melihat lapangan golf di puncak gunung.

Pekikan merdeka yang baru saja berlalu mulai bersulih dengan teriakan isi perut yang mulai ramai kembali.

Menuai keraguan di bawah bayang bayang keputusan ironi yang terus menggejala menjadi lingkaran setan yang makin meninggalkan jargonmu.

Menggerus optimisme dari laporan open kamera yang selalu berdongeng tentang indahnya swasembada.

Memukul ribuan harapan untuk terus-menerus berada pada zona menadahkan tangan yang tak punya posisi tawar.

Tak lagi kulihat ikan yang berloncatan, nelayan yang menari, berteriak dengan penuh girang.

Cemara laut bergoyang dalam paraunya angin, orang-orang yang duduk ini hanya menanti harap dari cericit burung yang membawa kelamnya.

Mereka yang tertindas, menepi di sini. Mengadukanmu pada Tuhannya.

(Rumah Cinta, 6 September 2022).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post