Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Salju di Atas Lukisan Baba (Episode 1. Deprem)

Salju di Atas Lukisan Baba (Episode 1. Deprem)

Malam tak lagi bergeliat, segala kepenatan mengendur satu-satu seiring denyutnya. Seperti biasa sepanjang jalan di seputaran İsmet Paşa, Azerbaycan Dulkadiroğlu aktivitas mulai terasa senyap dan lengang.

Merve yang dari tadi sibuk dengan boneka cantiknya, sudah tak terdengar suara riangnya, begitu juga Ahmed, sepertinya telah menarik selimut menghangatkan tubuh.

Musim dingin kali ini memang cukup menusuk tulang, wajarlah jika Anne berniat mengajak anak-anak refreshing di musim semi bulan Maret mendatang dan Baba sepertinya mengamini.

Musim yang paling ditunggu dengan hawa yang hangat, daun menghijau dan bunga bermekaran. Yang paling senang adalah anak-anak karena dengan siang hari yang terasa lebih panjang menjadikan waktu bermain akan kian puas.

Baba yang tidak bisa tidur, menyandarkan tubuh besarnya di kursi. Anne mendekati sembari menyuguhkan teh hitam. Malam ini Baba kekenyangan setelah dengan lahap menyantap Corba buatan Anne, baginya itu sup terlezat. Anne hanya semringah tersenyum mendengar pujian itu.

Di balik buku yang sedang dibacanya, cerita Anne mengalir dan Baba menyimaknya, sesekali menimpali. Sudah menjadi kebiasaaan suami isteri ini, tatkala anak-anak telah kembali ke peraduan lalu malam mulai meninggi, saat itulah menjadi momen luang untuk ngobrol panjang. Menghabiskan malam hingga netra terbenam.

Semua aktivitas harian Anne dengan polos tumpah-ruah di hadapan Baba. Berawal dari topik percakapan tentang sekolah dan dunia pendidikan sesuai profesi keduanya, semakin larut obrolan berlanjut dengan kejadian kemarin dan hari ini yang cukup membuat Anne terusik.

Baba yang biasanya cukup kalem dan tak banyak praduga, terlihat serius menanggapi.

Di luar, langit Kahramanmaras menurunkan salju dengan sangat menawan, butiran putih seperti menghias bumantara di antara gedung-gedung yang berkilauan. Turun dengan penampakan yang begitu menakjubkan. Anne menyapukan matanya keluar.

Sembari mengibas jilbab panjangnya, Anne menarik tangan Baba untuk menyaksikan peristiwa tak biasa itu.

“Vay baba, çok güzel bi kar yağıyor,’ (Wah…salju turun sangat indah ya, Pak) pekik Anne.

Baba mendongak, lalu mengikuti arah jemari Anne. Telunjuknya diletakkan di depan bibir, isyarat kaget supaya mengecilkan volume suara.

Sambil melepas pandangan.

“Evet, olağandışı. çok ilginç bir şey.” (Iya, tidak biasa begitu menarik).

Baru saja melebarkan mata, belum lama berselang dari balik jendela apartemen, suara berisik terdengar sangat ramai. Segerombolan hitam berputar-putar, lalu secara massal berperilaku aneh berterbangan ke sana kemari, sambil berdiri Baba melihat pohon-pohon nampak menghitam bergoyang disinggahi oleh burung-burung Gagak yang begitu banyak yang entah datangnya dari mana. Samar suara menyayat bergantian.

“Anne, Köpek uluması duyuyor musunuz?” (Ibu mendengar bunyi lolongan anjing?)

“Evet..Duyuyorum. Kuşlar da uçuyor,” (Iya, saya mendengar. Burung-burung juga beterbangan)

Sejurus dari tengah langit berkilat pendaran cahaya terang silih berganti, kadang memutih, kadang juga membiru. Dengan posisi berdampingan Anne memegang tangan Baba, rautnya mengirim sorot serius.

“Sizce ne olacak annecim?” (Pertanda apa ya bu?)

“Hadi dua edelim, Allah bize korusun,” (Kita berdoa yang terbaik saja, semoga kita dilindungi).

Belum mengatup mulut Anne, lampu listrik padam, tak lama bak kiamat bumi bergetar, berapa kali tubuh tergocang meluluhlantakan bangunan-bangunan besar dan seisi kota.

“Alla…Alla, Allahim ya Allah, Deprem.” (Allah, ya Allah Gempa), teriakan histeris memekik dari penghuni apartemen yang berhamburan.

Gelap memisahkan Anne dan Baba.

Assalamualaikum Langit Turki

Dini hari ini salju turun lebih cepat. Tak seperti di tempat lain, salju di negeri kami merah. Anyir darah mengaliri dinginnya, yang membuat tangisan kami pecah. Pilunya menyaksikan hunian kami amblas di telan bumi, bahkan tak menyisakan apa pun. Tiap sudut negeri hanya berselimut salju yang membekukan jiwa kami.

“Sakın panik yapmayın, güvenli bir ortama geçin,” (Jangan panik, berkumpul di lokasi yang aman)

Bersambung .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang luar biasa abangku.. Lanjuuut. Sukses selalu

14 Feb
Balas

Ugh, awal cerita yang bikin khawatir. Keren, Pak

15 Feb
Balas

Keren menewen mas. Seakan penulisnya menikmati langsung tempat tersebut. Terima kasih telah mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.

13 Feb
Balas

Siap pakde..mksh ya

13 Feb

Luar biasa Gus penuh inspirasi dan mencerahkan

14 Feb
Balas

Kisah yang sangat mengharukan. Semoga saudara kita di Turki diberikan kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi musibah yang menimpa mereka, aamiin.

17 Feb
Balas

Wah kisah yang keren Pak Radino

15 Feb
Balas

Semoga mereka selalu dalam lindungan Alloh. Mereka diberikan kekuatan kesabaran

14 Feb
Balas

Tergambar jelas suasana yang sangat mencekam dan menegakkan. Luar biasa penggambaran suasananya bang keren keren keren banget. Lanjut bang

13 Feb
Balas

Siap mbak...lanjut

13 Feb

Wauw...hadir crt keren lg nih. Lanjuutt, nang

14 Feb
Balas

Saya suka dengan narasinya,membuat cerita menjadi lebih indah. Sukses Pak Radinopianto

17 Feb
Balas

Duh Mas..ini kisah pasti menguras air mata.. Keren kisah gempa Turki bisa terbaca .

14 Feb
Balas

Kisahnya menarik. Ada bahasa asingnya. Turki? Ditunggu lanjutannya, Bapak. Salam sukses.

14 Feb
Balas

Sangat menarik pak ceritanya

13 May
Balas

mantap keren cadas...cerita keren menewen, baru buka udah Te O Pe...salam literasi sehat sukses selalu mas Radinopianto bersama keluarga tercinta

17 Feb
Balas

Cerita yang luar biasa meski menegangkan apalagi diselingi bahaya Turki. Keren Pak.

13 Feb
Balas

#bahasa#

13 Feb

terima kasih bu

13 Feb

Kereen banget.Izin follow ya

13 Mar
Balas



search

New Post