rafma teti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

kita bukan pengemis

Tema : Pengalaman lucu yang tidak terlupakan

Judul : “KITA BUKAN PENGEMIS”

Berkumpul, berjalan dan hang out bersama-sama penyandang disabilitas salah satu kegiatan rutin saya, sebagai upaya diri saya sendiri untuk menunjukkan “penampakan” kepada masyarakat sekitar bahwa tak ada yang berbeda dan perlu dibedakan pada diri mereka. Ada kalanya saya bersama-sama nongkrong di kawasan pedestrian dengan teman yang berkursi roda, tongkat penyangga, mereka dengan hambatan penglihatan dan mereka yang hanya berkata dengan bahasa “isyarat”.

Mereka semua adalah teman, sahabat, kawan bercerita yach layaknya seperti kumpulan komunitas yang duduk kongkow-kongkow di cafe. Ketawa kadang cekakak-cekikik, kadang saling cemooh, bercanda saling sindir dan heboh yang sangat luar biasa. Anehnya adalah “kumpul-kumpul kami” masih dianggap hal yang langka, tidak lazim bahkan mungkin dianggap tontonan yang tak jarang diantara yang lewat singgah sebentar berdiri memperhatikan kami bercengkrama. Kami tau tapi kami pura-pura tak tau.

Suatu ketika saya harus menemani seorang teman Tunanetra mencari makanan kecil, tempat kami berkumpul kami pilih memang dikawasan pedestrian yang ramai dikunjungi semua kalangan. Sepanjang jalan sambil menjadi pemandu teman yang memakai tongkat penunjuk jalan kami jalan layaknya orang-orang disekitar yang menikmati fasilitas umum tersebut. Ada kalanya saya membiarkan dia berjalan sendiri karena jalan yang dilalui cukup akses. Meski terkadang sang teman menyenggol benda yang ada didekatnya. Saya melakukan pembiaran sambil melihat berempatikah lingkungan disekitarnya. Sepanjang jalan kami terus bercerita dengan kembali mengabaikan pandangan-pandangan dan ekspresi penuh tanya.

Suatu ketika disaat ada kondisi jalan yang tidak memungkin kan sang teman mandiri sendiri berjalan sayapun menggandeng tongkatnya untuk mengikuti langkah saya. Jalan yang tidak akses dan berbahaya, ada lobang selokan di tratoar yang tiidak ditutup, serta ramenya pemakai jalan yang berlalu lalang. Coba deh anda bayangkan saya menggandeng tongkat sambil memberikan arahan penunjuk jalan. Satu tangan memegang tongkat dan satu tangan lagi telapak tangan seolah-olah memberi arahan, tiba-tiba datang seorang ibu-ibu paruh baya menyalami tangan saya yang terbuka dan berkata “bu, ini alakadarnya dari saya!” Walah ibu! Kita mah bukan pengemis!

Ini pengalaman yang menurut saya cukup lucu, adakah tampang pengemis diwajah kami, dan apakah identik yang mengalami hambatan defenisinya sama dengan pengemis?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post