Masih dengan suasana bulan ramadhan, dengan bahasa ibu

"Ingat ya.... Apa pun hasilny nanti itulah yg tetbaik,boleh sedih atau kecewa tapi sekedarny saja.kalaupun gak lulus, artinya kita gak cocok disana,kita cari sekolah lain okey. .. .nasehat ku sambil menatapnya yg sedang berersiap.

"kenapa gak sama mamak aja nengok pengumumannya".ucapny dengan pelan penuh harap

"kalau mamak yang ngantar naufal , kasihan nanti adek rafa" ,adek rafa kayak mana. ..." jawabku beralasan.

Sebenarny bukan itu alasanku. Aku hanya merasa gak siap melihat ny bila nanti ternyata dia tidak menemukan namanya dipapan pengumuman.dia gak tahu kalau aku merasakan kecemasan yg sama denganny.

"Cepat lah keluar, ayah udah nunggu itu".titahku

"ya udahlah, naufal pigi ya mak, doakan semoga naufal lulus" .ucapnya sambil mencium punggung tanganku dengan raut wajah datar.

"iya, hati2 ya"

Peristiwa 3 tahun lalu yang bagiku mendebarkan, mencemaskan hatiku tentang bagaimana putra pertamaku yg baru menginjak remaja itu akan menyikapi jika kenyataan yg terjadi nanti tidak sesuai dengan harapanny.

Jauh sebelum hari itu, setelah putraku melalui serangkaian tes memasuki sekolah menengah pertama tujuannya aku selalu mengatakan ,kita hanya berusaha, jangan terlalu berharap agar kita tidak terlalu kecewa bila hasil tidak sesuai harapan.Bukan apa2,hanya aku masih mengingat air matanya jatuh saat namanya tidak ada dipapan pengumuman salah satu sekolah dasar.

Dan sekarang ini, belasan hari lagi mungkin,saat saat itu akan terulang kembali,