Pernahkah sesekali merasa takut pada makhluk lain ciptaan Allah SWT? Seperti pada bunga atau hewan ternak yang kita rawat dan biakkan? Merasa tidak bertanggung jawab atau berbuat zalim?

Bagi sebagian orang bisa jadi hal yang sepele, kesannya terlalu hiperbolais. Namun akhir-akhir ini ketakutan justru menjadi kesyukuran untuk saya. Mencegah saya untuk khilaf menambah koleksi bunga-bunga cantik atau memelihara ayam kampung (yang ini punya ponakan sih).

Takut berbuat zalim, menyiksa mereka tanpa sengaja. Nggak sempat menyiram, lupa memberi pupuk atau makanan atau sekedar menikmati keindahannya. Sementara mata ini masih jeli mencari koleksi unik, yang sudah ada malah terbengkalai. Acapkali, bunga yang sudah diminta pun mati teronggok karena lalai ditanam. Astagfirullah, betapa zalimnya saya.

Ketakutan akan hal tersebut yang menuntun mata ini, agar ketika melihat bunga yang cantik dan menarik hati cukup dengan bersyukur betapa indahnya ciptaan Allah SWT, tanpa perlu meminta dan dipotek pemiliknya. Tanpa perlu lagi berjuang selepas Subuh berburu bunga dari halaman rumah orang ke halaman rumah lainnya, dari desa yang satu ke desa lainnya.

Biarlah menjadi penyejuk mata bersama disepanjang perjalanan, menjadi pengingat nikmatNya. Biarlah menjadi sedekah dari pemiliknya, bagi para pejuang kehidupan yang melintas, menambah semangat mengais rezeki.

***

Note: Tulisan ini terinspirasi dari percakapan dengan ibu penjual ikan tadi siang. Beliau bertanya, apakah pokok bunga mawar yang diberikannya hidup dan berkembang atau jangan-jangan tangan aku berdarah panas. Maklum saja, sudah dua kali beliau memberikan saya pokok bunga itu, dan belum ada hilal akan berkembang.