Semua agama pasti mengajarkan umatnya untuk berdoa, karena berdoa merupakan salah satu bentuk ketundukkan seorang pada agama yang dipercayainya. Dalam islam berdoa juga dibaratkan sebagai satu kesatuan dengan tubuh yang saling melengkapi, kata Nabi "arraksul du'a 'ibadah". Berdoa adalah ibarat kepala dari ibadah, tentu sudah dapat kita bayangkan bagaimana jadinya badan kalau tidak ada kepala, seperti itulah bentuknya kalau dalam ibadah tidak ada do'anya.

Walaupun dalam syari'at, doa tidak ditetapkan sebagai hukum islam sebagaimana halnya sholat, puasa, haji, zakat. Namun dalam semua ibadah tersebut dipastikan ada doanya, berdoa tidak hanya untuk penyempurnaan ibadah, juga bukan hanya untuk sekedar memintak agar diberi kecukupan atas kekurangan.

Dalam al-qur'an Allah telah menegaskan "Ud'uni Astiblaukum" Ini adalah perintah untuk berdoa, namun bukan berdoa semata-mata meminta atas kekurangan, tapi juga berdoa atas kelimpahan, ini kaitannya nanti dengan rasa syukur.

Selama ini kita membangun paradigma berdoa pada Tuhan memintak untuk diberikan ini dan itu, sesuai dengan tujuan kita masing-masing, namun apa yang dimintak terkadang cukup lama untuk terkabul, mungkin salah satu sebabnya selalu berdoa atas kekurangan.

Sebelumnya perlu untuk kita ingaaaat dan renungkan bersama bahwa ketika kita berdoa agar dipenuhinya kebutuhan kita, di sisi lain kita telah membangun jalan pikiran bahwa kita adalah orang yang serba kekurangan, pesan yang dibaca secara terus menerus ini akan dibawa ke alam bawah sadar, sehingga menjadi sifat atau karakter.

Maka sering kita temukan orang yang rajin berdoa tapi pelitnya mintak ampun. Sebabnya yang tadi, dengan sengaja atau tidak kata-kata serba kekurangan yang telah sampai ke alam bawah sadarnya, contoh nyata lagi, kenapa begitu berat memberikan uang dua ribu kepada orang yang memintak di jalan atau tukan parkir, padahal uang sebesar itu ada di dalam kantong?

Jadi, mindset dari sebuah doa perlu kita bangun kembali, agar apa yang kita minta segera diijabah Oleh Tuhan. Kita pernah mendapat kisah nyata, bahwa ada seorang ulama Sufi selama 40 tahun tidak pernah berdoa pada Tuhan, karena dia malu berdoa pada Tuhan, sebab apa yang dia rasakan dari kelimpahan nikmat jauh lebih besar dari apa yang dia minta.

Sama halnya juga dengan Nabiyullah Muhammad SAW orang yang maksum dari kekhilafan dan kesalahan dan sudah dijamin surga dan bahkan kunci surga itu ada di tangan beliau. Tapi kenapa beliau tetap melakukan istighfar 70-100 kali dalam sehari, lalu apa rahasia dari istighfar Nabi? Istighfar yang dilakukan Nabi bukan lagi karena beliau melakukan kesalahan atau dosa.

Inilah letak rahasia istighfar Nabi yaitu. Beliau beristiqhfar adalah sebagai bentuk "Rasa Syukur beliau kepada Allah". Ya beristiqhfar Nabi bukan lagi karena kesalahan. Kalau direnungkan lebih dalam lagi, berdoa kita pada Allah bukan lagi memintak ini dan itu, tapi berdoa sebagai "bentuk rasa syukur kita pada Allah" Atas kelimpahan yang diberikan Allah pada diri kita....

Tentu kita sudah sangat familiar dengan ayat "jika kamu bersyukur atas nikmat yang telah aku berikan, maka Allah akan tambah nikmat itu, tapi jika kamu tidak bersyukur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Syukuri hidupmu hari ini tanpa harus meminta, syukuri pekerjaanmu hari ini, syukuri. Intinya apapun situasi dan kondisi serta apapun peran yang kita mainkan selalulah bersyukur dengan memperbanyak membaca alhamdulillah. Wallahu 'alam Bishowab.