Rahmat Nurdin, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Melawan Nafsu

Melawan Nafsu

۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Nafsu diciptakan dan ada pada diri setiap manusia gunanya adalah untuk menjaga dan melestarikan kelangsungan hidupnya manusia itun sendiri. Sebab, kalaulah tidak ada nafsu makan, minum, nikah, bekerja dll. Tentulah manusia akan mati dan punah, karena tidak makan, minum dan menikah dan tidak bekerja.

Maka memuji nafsu secara berlebihan juga tidak dibenarkan dan mencelanya secara keseluruhan juga juga tidak tepat. Sebagaimana marah tidak boleh dicela atau dipuji secara berlebihan pula.

Pada dasarnya nafsu adalah kecondongan jiwa kepada sesuatu yang disukainya dan senanginya, lalu jika condongnya kepada sesuatu yang sesuai dengan syari’at, maka ia terpuji, namun sebaliknya, jika kecondongan nafsu itu kepada sesuatu yang berlawanan dengan syari’at, maka ia tercela.

Dari sini sudah dapat kita pahami bahwa ada nafsu yang dibenarkan oleh syari'at dan ada nafsu yang dicela. Namun terkadang sering kita salah dalam memahami dan menempatkan nafsu itu sesuai dengan tempatnya masing-masing, dari segi pengertian dasarnya memang nafsu itu adalah kecondongan diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan agama.

Dengan sadar kita menyadari bahwa segala sesuatu yang disenangi oleh nafsu lebih condong pada yang melanggar aturan agama, dan kita melihat banyak orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya yaitu dengan mengikuti segala yang diinginkan oleh hawa nafsunya.

Orang yang menjadikan nafsu sebagai tuhannya, maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk dari Tuhan.

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?” (Al-Jaatsiyah: 23).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap ulasannya

21 Aug
Balas



search

New Post