Rahma Yulia Isnaini

Bangga sebagai Ibu rumah tangga dengan dua putri dan satu putra. Bertahun-tahun ijazahnya disimpan karena fokus dengan putra putrinya. Ketika putra putri sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Cinta SMA tahun 90-an (1)

Cerita Cinta SMA tahun 90-an (1)

Selasa, 19 Mei 1992

"Win, ada tamu, temanmu," Ibu mengetuk pintu kamar Windy.

"Siapa, Bu?" Windy keluar masih memakai mukena.

"Sepertinya temanmu, laki-laki. Gak tahu, lepas maghrib harusnya ngaji dulu, ini malah keluyuran," kata Ibu ketus. Windy tersenyum samar. Ibunya mesti gitu, kurang suka jika ada temannya laki-laki datang. Jangankan malam seperti ini, siang pulang sekolah pun Ibu tidak suka.

Gegas Windi ke ruang tamu, dan cukup syok ketika melihat Andi, teman SMA nya duduk manis di ruang tamu. Jantungnya berdetak lebih kencang. Tidak bisa dipungkiri, Andi sedang menjadi bahan perbincangan teman-teman cewek di kelasnya. Cowok rapi dan santun di kelas, cukup tampan dan pintar meski bukan ranking teratas. Teman- teman pengin menjadi pacarnya. Tapi Windy tidak, hanya sebatas kagum. Windy tidak berani melanggar aturan orang tuanya, tidak boleh pacaran selama masih sekolah. Nanti saja pacaran kalau sudah kerja.

"Eh, Andi, tumben," Agak canggung Windy duduk. Andi juga tampak gelisah.

"Iya, aku ada perlu sedikit. Kalau tidak repot, mau ngajak kamu keluar,"

"Eh,...," Windy bingung. Seumur-umur belum pernah keluar dengan cowok.

"Kenapa? Gak boleh ya?" Andi menebak melihat kebingungan Windy.

"Aku gak tahu. Bingung pamitnya," Windy ngomong apa adanya.

"Oh gitu, oke, tidak apa," Andi diam. Windy juga diam. Canggung.

"Kamu ada perlu apa?" Windy bertanya setelah beberapa saat hening. Andi melihat Windy, masih diam, seperti berat mau menyampaikan sesuatu. Berdehem sedikit.

"Gini, Win, … sebenarnya aku tertarik sama kamu. Kamu merasa nggak kalau selama ini aku sering memperhatikan kamu?" Deg. Windy tersentak, tidak menduga Andi ngomong sefrontal itu.

"Tapi aku gak mau kita pacaran, Win. Sebentar lagi kita kelas 3, waktunya fokus belajar. Aku hanya tidak mau mendam perasaan. Harus aku sampaikan," Windy masih diam. Speechless. Andi melanjutkan.

"Tadi siang aku dapat surat cinta dari Yanti…," Hah… Windy kaget. Melihat Andi seperti tidak percaya.

"Iya, Yanti teman sebangkumu. Aku tidak bisa. Aku sukanya sama kamu. Jadi aku menyampaikan saja. Tapi sungguh, aku tidak mau mengganggu kamu, tidak memaksamu untuk menjadi pacarku. Kamu cukup tahu saja," Andi buru-buru menjelaskan. Windy masih diam. Berusaha mencerna kalimat dari Andi.

"Terus maksud kamu apa? Dengan aku tahu, aku harus bagaimana?"

"Nggak ada," sahut Andi cepat.

"Kamu seperti biasa saja. Baik-baik. Aku tidak minta apa-apa dari kamu. Aku hanya tidak mau sesak mikir sendiri. Dengan begini aku sudah plong," kata Andi seperti lega.

"Sekarang malah aku jadi kepikiran." Windy tidak terima.

"Kamu seenaknya ngomong seperti itu, terus tidak memberi kesempatan aku untuk mengambil pilihan, kamu sudah menentukan aku harus bagaimana. Kamu benar-benar tidak berperasaan," Windy uring-uringan. Andi terperangah. Dia tidak menduga reaksi Windy seperti itu.

"Bagiku lebih baik kamu diam saja, gak usah bilang suka sama aku jika kamu meminta aku biasa saja. Jelas aku gak bisa biasa,"

"Apakah berarti kamu juga suka sama aku? Mau jadi pacarku?" Tanya Andi pelan dan hati-hati, mencondongkan tubuhnya di depan Windy. Windi kaget, tidak menduga. Sesaat dia diam.

"Maksudku tidak begitu. Ah entahlah… Lebih baik kamu pulang. Aku belum bisa mikir. Kamu kesini saja sudah bikin aku kaget. Kamu ngomong seperti itu tambah bikin kaget." Windy ngomong apa adanya. Andi diam. Beberapa saat masih seperti itu. Sayup-sayup terdengar adzan Isya.

"Kamu pulang ya, An. Sudah malam," kata Windy lirih.

"Ok. Sampai besok di sekolah," Andi beranjak pamit.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post