Selama di rumah dik Phi menjadi dik Phi (lagi). Bongkar-bongkar properti di rumah. Ngetik berjam-jam di depan laptop, ngeprint kertas berserakan, gunting menggunting bikin sesuatu. Hadeww…. Rumah seperti kapal pecah.

Kalau ditegur, katanya sebentar masih perlu dipakai. Nanti kalau diringkesi bingung nyarinya. Rumah jadi seperti perpustakaan, penuh dokumen-dokumen. Jadi berpikir, kalau rumah ada anak kecilnya berantakan masih bisa dimaklumi. Lha ini anak-anak sudah besar-besar kok masih berantakan. Berharap jangan ada tamu… agak malu soalnya. Memang berantakannya lain, kertas-kertas, buku-buku dan dokumen-dokumen.

Ada lagi yang berantakan. Boneka. Sebelum mondok dik Phi sudah menghibahkan puluhan bonekanya ke panti atau ke anak-anak yang mau. Dan masih banyak yang di lemari. Ketika Phi di rumah, boneka dibongkar, dibuat mainan. Boneka yang disimpan di plastik pun dibuka. Alasannya, di pondok ada anak yang membawa boneka. Bonekanya dibiarin tidak dibuat mainan. Ternyata lama kelamaan boneka ini dimasuki 'sesuatu', pemiliknya menjadi aneh.

Maka bagi yang membawa boneka harus dimanfaatkan, entah dipangku, dibuat bantal atau apapun yang penting tidak untuk pajangan saja. Pernah ada gerakan mengumpulkan boneka, tidak diizinkan ada boneka. Boneka yang terkumpul dimasukkan gudang. Ternyata di gudang malah tidak tersentuh, jadinya banyak 'sesuatu'nya. Masak sih, Dek? Wallahu 'alam… katanya.