Rahma Yulia Isnaini

Bangga sebagai Ibu rumah tangga dengan dua putri dan satu putra. Bertahun-tahun ijazahnya disimpan karena fokus dengan putra putrinya. Ketika putra putri sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kabayan dan Sapi

Kabayan dan Sapi

Masih ingat cerita lama ini? Ternyata masih relevan dengan zaman sekarang. Cuma sudah tidak banyak orang tua yang menyampaikan kepada anak-anaknya. Cerita ini melatih kemampuan berpikir matematika, dan memecahkan masalah dengan sersan. Serius tapi santai.

Tokoh-tokohnya banyak versi, tapi ini tentang Kabayan.

Pada suatu hari, Kabayan sedang tidur siang. Tiba-tiba ayahnya membangunkan dengan tergesa-gesa.

"Kabayan, gawat…gawat,"

"Ada apa, Yah?" masih mengantuk.

"Ada warga, 3 bersaudara menghadap pak Lurah. Mereka meributkan warisan yang baru saja ditinggalkan oleh orang tuanya. Tidak ada yang mau mengalah. Sekarang pak Lurah sedang pusing." berpikir sejenak.

"Oh… baiklah, aku akan ke sana," Kabayan bangkit hendak mandi.

"Bener kamu bisa bantuin? Kalau kamu bisa menyelesaikan masalah, Ayah akan traktir kamu makan sate sepuasmu," kata ayah dengan mata berbinar.

Di halaman rumah pak Lurah, banyak berjajar sapi-sapi. Pak Lurah tampak kehabisan akal. Tiga bersaudara diam dengan wajah tegang dan tidak ada senyum.

Kabayan duduk dan mendengar kronologisnya.

"Begini, Kabayan. Orang tua Mereka meninggalkan warisan sapi sebanyak 41 ekor. Kepada si Sulung diberi bagian 1/7, si Tengah ⅓, dan si Bungsu ½. Ternyata bagiannya tidak utuh. Mereka tidak mau dan minta bagian utuh. Dan tidak ada yang mau dikurangi. Bagaimana ini, Kabayan?" pak Lurah menatap Kabayan penuh harap.

Kabayan diam sejenak. Kemudian…

"Pak Lurah, saya pinjam sapi pak Lurah 1 ekor saja,"

"Hah?" pak Lurah terkejut, wajahnya pucat.

"Tenang, pak Lurah, hanya pinjam. Tidak ikut dibagi," kata Kabayan meyakinkan. Pak Lurah sedikit lega. Dia minta kepada pembantunya untuk mengambilkan 1 ekor sapi, dan membawa ke halaman.

"Baiklah, sekarang berapa jumlah sapi keseluruhan?" tanya Kabayan.

"42," jawab 3 bersaudara, pak Lurah beserta warga yang melihat dengan kompak.

"Sekarang, Si Sulung, ambil bagianmu," perintah Kabayan. Si Sulung berpikir, 1/7 dari 42 adalah 6 ekor. Si Sulung tersenyum puas. Tadi dikiranya dia dapat 5 6/7 ekor. Tidak utuh. Ternyata sekarang dapat 6.

"Sekarang, Si Tengah, ambil bagianmu, ⅓."

Si Tengah menghitung ⅓ dari 42 adalah 14 ekor. Si Tengah tersenyum puas juga. Tadi dikiranya dia dapat bagian tidak utuh, 13 ⅔.

Si Bungsu pucat, dia merasa dirugikan, karena kakak-kakaknya mendapat bagian lebih. Dia mau protes, tapi sudah dipotong oleh Kabayan.

"Ambil bagianmu, Si Bungsu," Si Bungsu menghitung. ½ dari 42 adalah 21. Si Bungsu tersenyum. Dikiranya tadi dia akan mendapat kurang dari 21.

"Sekarang dihitung, Si Sulung mendapat 6 ekor. Si Tengah 14 ekor, dan Si Bungsu 21 ekor. 6+14+21 sama dengan 41 ekor. Apakah kalian sudah puas dengan bagian masing-masing?" Tanya Kabayan kepada ketiga saudara.

"Sudah." Kata mereka kompak.

"Lho, itu masih sisa satu sapi," celutuk ayah.

"Itu kan sapi pak Lurah, tadi hanya pinjam,"

Wuahh…orang-orang bertepuk tangan. Mereka memuji kecerdikan Kabayan menyelesaikan masalah dengan baik dan cepat.

Pak Lurah menjabat tangan Kabayan dengan erat, mengucapkan terima kasih.

"Kabayan, kamu memang anak Ayah yang hebat. Sekarang ayo Ayah traktir makan sate sepuasmu. Hehe…"*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik

27 Nov
Balas

Salam literasi, Bunda..

27 Nov
Balas



search

New Post