Sejak kecil tertanam bahwa untuk apa mengikuti kegiatan Pramuka, cari susah saja. Hidup itu cari enak, cari nyaman. Di Pramuka malah tidur di tenda, di alam terbuka yang terkadang ada hewan atau serangga yang mengganggu. Bukankah itu tidak enak? Mau jalan-jalan ya jalan saja di jalan yang rata, ini malah jalan-jalan di semak-semak, menjelajah hutan meski belum hutan yang lebat. Mau mandi, bukankah ada kamar mandi yang bersih, kenapa harus mandi di sungai, basah berikut bajunya. Belum kalau ketemu hewan lintah si penghisap darah, tidak bisa lepas jika belum kenyang. Mengganti baju juga setelah benar-benar kotor dan terkadang bau, bukankah itu tidak sehat?

Hal-hal buruk itu yang tertanam kuat di benak, sehingga kami berpandangan kurang baik dengan kegiatan Pramuka. Sejak sekolah ogah-ogahan mengikuti ekstra Pramuka. Termasuk ketika kami sudah mempunyai anak, anak-anak tidak kami rekomendasikan mengikuti kegiatan Pramuka. Ikut syukur tidak ikut ya tidak apa-apa. Tidak ada penguatan atau motivasi untuk membuat anak-anak mengikuti kegiatan Pramuka.

Ternyata lain orang, lain sudut pandang. Kami mengajar anak-anak usia dini, KB dan TK (usia 3–6) tahun. Saat ini lembaga pendidikan anak usia dini diimbau untuk menggalakkan kegiatan prasiaga. Wah, kegiatan yang cukup berat bagi kami. Bagaimana memulainya? Membuat kami menerima kegiatan prasiaga itu sudah berat, apalagi mau mengaplikasikan. Siapa guru yang layak untuk mendapat pembekalan yang nantinya menjadi penanggung jawab kegiatan prasiaga di sekolah. Tentunya guru yang muda, energik, semangat, ceria, bisa mengkomunikasikan.

Subhanallah, Allah Maha Pemurah. Guru yang kami ajak diskusi antusias diajak bicara tentang Pramuka. Siap dikirim sosialisasi dan pembekalan prasiaga ke dinas, dan nantinya siap menjadi penanggung jawab kegiatan prasiaga di sekolah. Alhamdulillah.

Beliau, sebut saja bu En, bercerita, saat muda kegiatan Pramuka membuat beliau terbuka wawasannya, bahwa dunia ini variatif, gembira dan menyenangkan. Sejak SMP bu En sudah 'ngenger' ikut orang. Sudah menjadi tradisi di kampung Bu En kecil, anak-anak mulai dianggap dewasa perlu merantau ke kota. Dan karena kekurangmampuan keluarga Bu En, tidak bisa memfasilitasi yang cukup untuk merantau, Bu En diikutkan orang. Bu En disekolahkan. Sebagai gantinya Bu En berperan sebagai 'pembantu' di rumah ini. Masak, mencuci, bersih-bersih rumah.

Dan untuk kegiatan sekolah, setiap Jumat sore, siswa wajib mengikuti kegiatan Pramuka. Bu En kecil rajin ikut, hampir tidak pernah absen. Bagi Bu En kegiatan Pramuka membuat dia senang. Bernyanyi-nyanyi, bermain, membuat Bu En kecil bebas berekspresi. Bertualang/menjelajah, meneriakkan kata semangat, membuat Bu En kuat baik secara fisik maupun mental. Bekerja sama dengan teman, berkompetisi tapi menyenangkan, suasana akrab dan kekeluargaan, adalah kegiatan yang tidak di dapat Bu En di rumah yang semuanya serba sendiri dan bernada perintah dan dikte. Kebahagiaan 1 hari mengikuti kegiatan Pramuka bisa menutup 6 hari kesedihan beban di rumah. Banyak ilmu yang didapat saat mengikuti kegiatan Pramuka. Jadi Bu En semangat sekali ketika diberi tugas mengurusi prasiaga di sekolah.

Bismillah, semoga semua lancar. Kegiatan prasiaga di PAUD bisa membawa dan menanamkan kegiatan positif di benak anak-anak. Bisa membuat anak lebih mandiri, disiplin, tanggung jawab melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan.*